LIMA BELAS

6.5K 484 9
                                    

Andra kembali mengetuk pintu kamar Gisel yang masih tertutup rapat. Hampir satu jam Andra berdiri di depan pintu kamar Gisel. Membujuk Gisel supaya mau membuka pintu dan keluar untuk makan malam.

"Sayang, Papi minta maaf ya?" ucap Andra disela ketukan.

Kali ini Gisel marah besar kepadanya. Setelah Ia melupakan acara parenting disekolah Gisel, Ia juga tidak ada dikantor saat Jeana dan Gisel menyusulnya. Bahkan Gisel berteriak pada Jeana karena mengira Jeana berbohong dan mengingkari janjinya.

Gisel dengan kesal membuang cupcake yang mereka buat dan berlari menuju tempat mobil jemputan di parkiran. Dia bahkan meninggalkan Jeana di Florida Grup Tower yang tidak sempat mengejar lari Gisel karena terlambat mengejar lift.

"Papi janji besok-" ucapan Andra terhenti saat sebuah sentuhan Ia rasakan di lengan kananya.

"Biar Aku aja."

"Gisel pasti akan semakin marah kalo Aku nggak bujukin Dia."

"Apa bujukan Kamu didengar Gisel setelah satu jam? Aku rasa tidak." sahut Jeana ketus. "Turun dan bersihkan dulu badan Kamu."

Tidak menunggu jawaban Andra, Jeana mengeluarkan kunci cadangan kamar Gisel. Kedua mata Andra terbuka lebar melihat apa yang dilakukan Jeana.

"Jean jangan ya? Gisel nggak suka kalau ada yang membuka kamarnya pakai kunci cadangan." larang Andra lembut.

"Dan membiarkan Gisel mati kelaparan maksud Kamu?" Jeana mendengus menatap Andra. "Turun dan mandi. Sekarang, Ndra."

¤¤¤

Sebuah gundukan di atas ranjang berseprai Frozen menyambut kedatangan Jeana. Tidak ada suara sesenggukan atau jeritan dari Gisel. Hening. Jeana mendekat dan meletakan nampan di atas nakas.

"Makan yuk. Tante buatin macaroni cheese buat Kamu."

Hening. Lagi.

Tidak ada sahutan apapun dari Gisel yang masih mengubur tubuhnya dibalik selimut.

Jeana menarik pelan selimut Gisel. Dibalik selimut, Gisel diam dan menatap kosong pada foto Andra dan Gisel yang mengenakan seragam sekolahnya. Ada jejak air mata di pipi Gisel dan cetakan basah pada bantalnya.

"Makan yuk." ajak Jeana lagi. Gisel masih diam memandang foto yang ada ditanganya. Tak mengindahkan kehadiran Jeana.

"Sel, makan. Nanti Kamu sakit loh kalo nggak makan."

"Bagus dong kalo Gisel sakit. Biar Papi perhatian." Sudut hati Jeana sedikit tercubit mendengar kalimat Gisel. Anak ini hanya ingin mendapatkan perhatian.

"Mana ada Papi perhatian. Yang ada Papi nggak tahu kalo Kamu sakit." ledek Jeana mencoba membuat Gisel kesal. Anak itu tak akan terima kalau Jeana meledek.

"Gisel tambah nggak mau makan."

Jeana memutar mata malas. "Ayo makan. Dari pada Kamu berniat sakit hanya untuk mendapatkan perhatian Papi Kamu, lebih baik Kita kerjain aja si Papi biar kapok dan nggak ingkar janji mulu."

Gisel melirik Jeana, tertarik dengan usulnya. Ada senyum lega saat Jeana berhasil menarik perhatian Gisel. "Gimana caranya?"

Jeana terkekeh. "Sebelum Kita melakukan genjatan senjata sama Papi Kamu, sebaiknya Kamu makan dulu."

Gisel mendengus sebal. Meski begitu anak cantik itu tetap menurut dan duduk. Menyibak rambutnya yang menempel di lehernya yang berkeringat dengan asal.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang