SEBELAS

6.3K 446 12
                                    

Meski sedikit canggung, Jeana terlihat luwes beradu dengan aneka macam bahan makanan dan peralatan memasak. Setelah mengiyakan tantangan Gisel, pukul 4 sore tadi Jeana sampai di rumah Andra bersama Gisel dengan membawa dua kantong belanjaan penuh. Hasil berburu Gisel dan Jeana, Andra sangat ingin ikut acara belanja mereka tapi pekerjaanya tidak bisa ditinggalkan.

Saat Jeana dan Gisel sampai di kediamanya, hanya pengasuh Gisel yang menyambut. Sedangkan asisten rumah tangga Andra sedang cuti tiga hari untuk ke Garut.

"Tante mau masak apa?" tanya Gisel yang duduk di salah satu bar stool. Menikmati milkshake oreo yang baru saja Jeana buatkan.

"Gurame bakar, tumis buncis daging cincang, sambal matah sama goreng terong crispy." Jeana menjawab sambil menyiapkan bumbu untuk masakanya.

Gisel kembali menyedot milkshake sampai menimbulkan suara. Jeana menatap Gisel sebentar dan menyunggingkan senyum melihat Gisel menikmati minuman yang Ia buatkan sebelum kembali fokus pada masakanya.

"Tante nggak googling resep dan cara masaknya kan?"

"Mana ada tante googling." Jeana mulai membakar ikan gurame kemudian mulai memasukan bumbu tumis pada teflon di tungku lainya. Ia bersyukur kompor tanam Andra memiliki empat tungku.

"Tante nggak kelihatan bisa masak tuh." Gisel mendorong gelas yang sudah kosong. Menumpukan kedua tanganya di atas meja bar. Menonton kegiatan Jeana yang sedang mengaduk tumis buncis.

Jeana hanya mendengus pelan. Ada lengkungan senyum diwajahnya. "Tante kan nggak kaya Kamu."

"Emang Gisel kenapa?"

Menoleh menatap Gisel dengan sebuah spatula yang Jeana putar di depan wajahnya. "Manja, pemalas, jorok dan bisanya cuma makan doang."

Kedua mata Gisel melotot mendengar keburukan yang disebutkan oleh Jeana. "Gisel nggak jorok."

"Jarang sisiran, disuruh mandi suka rewel. Itu sudah termasuk definisi jorok." Jeana membalik ikan. Ia menikmati percakapan ditengah kegiatan memasaknya. "Kamu juga nggak mau ganti rok sekolah dulu setelah sampai rumah. Cuci tangan juga nggak apa lagi cuci kaki."

Gisel menatap kebawah. Benar saja. Ia masih memakai rok rampel dengan garis-garis di bagian bawah rok berwarna coklat muda. "Ini karena mbak Ani aja yang males gantiin baju Gisel."

Jeana mengaduk tumis buncis yang hampir matang. Sebuah senyuman mengejek terbit dibibirnya. "Ah ya, Kamu baru saja mengakui betapa manja dan malasnya Kamu."

"Menunggu mbak Ani ambilkan baju dan menggantikanya. Ugh.. Manja dan pemalas." ledek Jeana setelah menuang tumis buncis daging cincang di sebuah piring.

"Nggak bisa jawab?" tanya Jeana. Ia masih sibuk membolak-balik terong didalam mangkuk berisi tepung. Siap untuk menggorengnya.

Tangan Jeana terhenti saat spatula yang akan Ia ambil sudah di pegang oleh Gisel. Anak itu sudah melepas rok seragamnya. Membiarkan Ia memakai celana pendek dan kaos tipis sebagai dalaman baju.

"Gisel nggak bisa masak karena nggak dibolehin Papi dan Mami nggak pernah ajarin."

Ada rasa nyes saat Gisel menyebut nama Ibu kandungnya.

"Lalu?"

"Gisel mau belajar lah." teriak Gisel dengan kedua tangan dipinggang. Sukses menarik tawa Jeana yang sudah tertahan sejak tadi.

¤¤¤

Gisel berjalan dengan cepat setelah Jeana selesai menyisir rambut panjangnya. Ia buru-buru ingin menyambut Ayahnya yang sudah pulang tepat waktu. Saat sampai di ruang makan Gisel menyerbu Andra yang tampak segar dengan baju rumahan dan menyibak rambutnya ke belakang yang masih tampak basah.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang