Andra menutup pintu perlahan. Berusaha untuk meminimalisir suara agar bayi kecilnya tidak terganggu dalam lelapnya. Saat kakinya menapak dilantai kamar, Andra tidak menemukan keberadaan Jeana didalamnya. Hanya ada Himeka yang tertidur pulas didalam box bayi.
Andra mendengar suara lirih terdengar dibalik pintu kaca yang menghubung ke arah balkon. Dia menyibak sedikit gorden dan menemukan Jeana yang tengah duduk disebuah sofa. Wanita itu tengah menelpon.
"Hai." sapa Andra saat Jeana kembali masuk ke kamar.
"Sudah pulang?" tanya Jeana. Tadi Andra mengantar kedua orang tua dan Eyang pulang kerumah orang tuanya.
"Sekitar sepuluh menit yang lalu. Gisel sudah tidur?"
"Dia berhasil terbujuk Val untuk menginap dirumah Bang Ian." Jeana ikut mendudukan tubuhnya disisi Andra. Mereka berdua menatap Himeka yang tidur dengan nyenyak. "Rumah lama bagaimana sekarang?"
Andra menghela nafas pelan. "Aku nggak mau urusan dengan Hana semakin panjang, jadi ya.. Aku melepasnya. Apalagi rumah itu memang atas nama Dia." Andra menoleh menatap Jeana. "Maaf ya, Aku lupa kalau itu sudah atas nama Hana dan Aku malah ngajak Kamu tinggal disana."
"Never mind." Jeana menarik sebuah bantal dan memeluknya. "Jadi, setelah ini masalah Kamu dan Hana sudah benar-benar selesai kan?"
"Sejujurnya, tidak bisa selesai tuntas karena Hana masih ada hak atas Gisel meskipun hak asuh jatuh kepada Aku." Andra ingin mengulang kata maaf tapi menahannya. Sepertinya, Ia terlalu mengumbar kata maaf akhir-akhir ini. Ya, walaupun Ia pantas melakukannya.
"Tolong sampaikan kepada Hana, Dia boleh menemui Gisel dengan syarat harus atas izinku juga. Bagaimana pun sekarang Aku Mami Gisel, orang tua Gisel secara hukum kan?"
Kali ini Andra tidak bisa menahan senyumnya untuk mengembang sempurna. "Iya, Kamu Mami kesayangan Gisel."
"Gisel bilang gitu?" Jeana tampak tertarik.
"Gisel bilang Mami emang nakutin sih kalo lagi marah tapi Gisel sayang sama Mami-" kalimat Andra terhenti. Dia melirik Jeana takut-takut.
Bego, kenapa harus mengatakan 'nakutin' sih. Batin Andra memaki. Menyesali diri karena terlalu detail menirukan kalimat Gisel.
Jeana terkekeh mendengar kalimat Gisel dan raut wajah Andra. "Iya, itu kalimat Gisel banget."
"Gisel benar-benar sayang sama Kamu, Jean. Kami sangat bersyukur memiliki Kamu dalam hidup Kami." Andra menatap kedua mata Jeana dengan lembut.
"Good to hear then."
¤¤¤
"Namanya Himeka Arkadewi Atmaja." ucap Andra. Ada luapan bahagia disetiap kata yang diucapkannya.
"Himeka ini diambil dari bahasa sanskerta artinya bermata emas. Arti lengkapnya Anak perempuan bermata emas seperti bidadari yang akan menerangi keluarga Atmaja." kali ini suara Andra terdengar bergetar diakhir kalimatnya. Tanganya bergerak menyusut sudut matanya pelan.
"Pepatah mengatakan nama adalah do'a. Dan Kami pun berharap nama yang Kami berikan akan menjadi do'a untuk putri kedua Kami juga menjadi harapan bagi keluarga Saya."
Andra menoleh menatap Jeana yang duduk disebuah kursi memangku Hime. "Kepada Istriku, Jeana. Terimakasih karena telah melahirkan seorang putri lagi untukku. Terimakasih juga karena Kamu dengan tulus merawat Gisel. We love you, Mami." Andra menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum yang paling indah. Menghantarkan perasaan bahagianya yang membuncah.
Kepala Jeana menunduk, berusaha menyembunyikan tawa dan air mata yang datang bersamaan. Dia menatap wajah Himeka yang setiap harinya semakin mirip dengan Andra. "And we love you to Papi." bisik Jeana. Lirih, Ia yakin hanya Himeka yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Take You
Fiksi UmumTake and Give Seharusnya seperti itu juga cara kerja untuk semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Tapi Jeana merasa Dia too much to give, dan terdengar terlalu serakah karena Ia menginginkan lebih banyak hal untuk diterima dan dimiliki. Karena sedar...