DUA PULUH ENAM

5.7K 404 13
                                    

[ 9 Hari yang lalu ]

"Selamat pagi anak Mami yang paling cantik. Mau berangkat sekolah ya?" Gisel dan Mama Andra menoleh saat mendengar sapaan yang cukup keras terdengar dari arah gerbang.

Hana berjalan semakin cepat saat berhasil mendapatkan perhatian Gisel. Senyumnya semakin lebar saat langkahnya sampai didepan Gisel dan Mama Andra. "Mami anter yuk?"

"Selamat pagi Hana." sapa Mama Andra datar.

Hana menoleh dan mengembangkan senyum kecil. "Selamat pagi Mama." tatapanya kembali menghadap Gisel. "Yuk berangkat?"

"Gisel sama Oma aja."

"Loh kenapa? Mumpung Mami disini loh."

"Kamu kesini naik taksi kan? Kalau mau anter Gisel ikut mobil Saya aja. Lebih praktis, Gisel agak kesiangan hari ini. Ayo Sel."

Tidak ada percakapan disepanjang perjalanan menuju ke sekolah Gisel. Bahkan stereo mobil pun membisu. Gisel duduk bersama Mama Andra di kursi belakang, sementara Hana terpaksa duduk dikursi depan.

"Nanti biar Saya yang jemput Gisel. Saya mau ajak Gisel jalan-jalan."

"Lain kali, jangan hari ini maksud Saya."

Hana menaikan sebelah alisnya, menuntut penjelasan lebih. "Ada hal penting apa sampai Saya, Ibu Gisel harus mengalah untuk membawanya jalan-jalan?"

Mama Andra menoleh pada Gisel. "Gisel masuk ya? Nanti Om Ian yang jemput Gisel."

"Bye, Oma."

"Seharusnya, kalau Kamu sudah bersikap tidak bertanggung jawab maka cukup perbaiki sikap burukmu itu. Bukan menambahnya dengan bersikap tidak tahu diri seperti sekarang." Mama Andra menatap Hana tajam. "Apa pun yang sedang Kamu rencanakan. Saya mohon, hentikan. Bukankah terlalu kejam bagi seorang wanita yang mengaku sebagai Ibu, tapi mengganggu kebahagiaan anaknya? Kenapa kembali lagi Hana? Kenapa tidak pergi selamanya dari hidup Andra dan Gisel seperti 5 tahun lalu?"

"Anda tidak berhak melarang Saya menemui anak Saya sendiri." Hana menatap mantan Ibu mertuanya dengan mata tajam. Tanganya menyilang didepan dada.

Rahang Mama Andra mengeras. Nafasnya menderu lebih berat. "Saya tidak akan melarang Kamu seandainya Kamu bisa bersikap tahu diri setelah meninggalkan Gisel dan Andra dulu."

¤¤¤

Andra menunduk, menyandarkan dahinya diroda kemudi saat mobilnya terhenti di lampu merah. Pikiranya sangat kusut, perasaanya sangat berantakan. Tersapu badai yang datang menghantam tiba-tiba.

Langkah Andra terhenti saat mendengar denting alat makan dari dari ruang keluarga. Dia memutar langkah, menyeretnya menuju sumber suara itu. Saat langkahnya berhenti tepat dibelakang sebuah set sofa yang menghadap TV, Ia menemukan seseorang yang tengah menyuap makanan. Mengenakan dress rumahan dengan rambut yang tercepol asal.

Andra terpaksa meninggalkan Jeana dirumah sakit saat mendapat laporan dari Mbak Ani kalau Hana datang lagi kerumah, kali ini wanita itu membawa sebuah koper besar. Setelah pergi dari hidupnya dan Gisel lima setengah tahun lalu, wanita itu kembali datang secara tiba-tiba.

Setelah hampir enam tahun perpisahannya, tanpa ragu meninggalkan Ia dan putri kecilnya belum genap satu tahun dilahirkan. Andra tidak pernah sekalipun berpikir wanita itu akan datang kembali dalam hidupnya. Kehidupan yang mulai Ia bangun dari kepingan-kepingan baru. Berusaha menebus banyak hutang kebahagiaan pada putrinya.

"Kenapa Kamu disini?" tanya Andra dengan suara yang sarat dengan amarah.

Wanita itu menoleh dengan raut terkejut. Dia mengembangkan senyum secerah mentari, bersikap seolah tidak menangkap nada marah yang ditahan oleh Andra. "Hai, Ndra. Aku berencana menginap disini beberapa hari." seru Hana. Dia meletakan mangkuknya yang hampir tandas keatas meja.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang