03. Wound

3.8K 391 3
                                    

Jadi perempuan ini sebenarnya penyuka anak-anak?

"Itu permintaanmu? Maka aku akan tinggal denganmu." Lucifer tidak peduli. Baik Diana seorang penyuka anak kecil, atau mengonsumsi bagian tubuh anak, dia hanya akan ikut karena keuntungan baginya.

Dua tahun, dia akhirnya menemukan sedikit petunjuk atas pemanggilannya ke dunia manusia. Dia yakin setelah insiden sepuluh franc swiss, Diana ada hubungan terkait dirinya. Untuk sementara, Lucifer memutuskan memperhatikan Diana dari dekat.

Sedangkan Diana sama sekali tidak mengarah pada hal rumit. Alih-alih, dia mengira Lucifer sangat naif karena mengiyakannya begitu saja. Bagaimana jika seseorang berniat buruk padanya, apa yang dapat dilakukannya dengan tubuh sekecil dan selemah itu?

"Lu, kau tahu, kau tidak apa-apa mempertimbangkannya terlebih dulu."

Diana memang tidak berniat memaksa. Seorang anak yang lama hidup sendiri, meski mereka membutuhkan kasih sayang, tak dapat disangkal mereka memegang lebih banyak kecurigaan. Mereka sudah terbiasa sendiri.

Diana masih bisa mendekati Lucifer perlahan, dan menggoyongnya saat anak itu siap.

Jadi dia menawarkan sebelumnya tidak untuk mengharapkan jawaban positif yang gamblang.

"Tidak ada yang perlu dipikirkan. Apa kau tidak mampu menampungku segera?"

Dia lekas menggeleng. Bahkan jika dia tidak memungkinkan, hidup bersama sosok adik akan selalu menjadi mimpinya. Bagaimana dia bisa menolak?

"Bukan begitu. Apa kau tidak curiga padaku? Mengapa kau menyetujui begitu saja.."

Kekhawatiran Diana akhirnya dibongkar. Dia juga menambahkan, "Bagaimana bila yang mengatakan itu adalah sosok yang berniat jahat padamu? Kau juga akan menjawab hal yang sama?"

"Tapi itu adalah dirimu."

Diana bungkam. Menatap dengan tanda tanya.

"Selama itu dirimu, tidak masalah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Diana berlutut sekali lagi untuk menyamai tinggi badan mereka. "Aku berterima kasih, tapi jangan lakukan ini pada orang lain. Termasuk diriku. Ragukan aku lebih, baik?" Dia mengusap sayang rambut hitam Lucifer. Dia menyadari suhu rendah tubuh si kecil dan langsung mencari baju hangat dari tasnya, kemudian dipakaikan pada Lucifer. Terlihat lucu pada badannya yang kecil, tapi tak satupun dari mereka yang protes.

Diana tertawa lembut dan mendapati penampilan Lucifer sangat menggemaskan, tidak bisa menahan diri untuk memeluk tubuhnya. "Berhati-hati agar tidak sampai jatuh sakit. Kenapa mengenakan baju setipis ini? Tubuhmu membeku."

Diana meraih tangan Lucifer dan digosokkan pada tangannya sendiri yang sedikit lebih hangat. Dia juga kedinginan, tapi merasa tubuhnya menyimpan daging dan lemak lebih banyak dari Lucifer. Selain itu, dia tetap akan memilih menghangatkan sosok yang sudah dianggapnya seorang adik dari pada dirinya sendiri.

Lucifer memang menghabiskan waktunya lebih banyak untuk diam. Dia merasa sangat asing dengan kehangatan gadis ini, serta perhatian yang dirasanya berlebihan. Dia bukan manusia, jadi suhu tidak berpengaruh banyak dalam kehidupannya. Dia masih bisa hidup dengan makan tidak teratur meski tubuhnya semakin kering.

Diana merasa tubuh Lucifer tak kunjung menghangat, lantas memeluk bocah laki-laki itu dan menggendongnya. Berjalan tenang menuju rumah kecil yang sedikit berada di pinggir desa. Harga sewa di sana lebih murah dibanding di tengah, namun Diana menikmati tanpa keluhan. Pemandangan yang disediakan jauh lebih baik, apa yang harus dibenci?

Lucifer membaringkan lengannya di bahu Diana, merasa semakin aneh dengan posisinya saat ini tapi bukan untuk dibilang tidak nyaman. Sebaliknya, ini sangat nyaman. Diana hangat dan lembut, dalam posisi ini juga keduanya bisa saling bertatap lebih mudah. Tak jarang Diana menoleh untuk melihat keadaannya sambil membicarakan hal-hal yang terpintas di benaknya.

"Dari mana asalmu? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."

Lucifer senantiasa mengamati kain hangat kebesaran yang membalutnya. Ada jahitan kecil dibeberapa tempat dengan warna benang yang berbeda. Apa gadis ini kekurangan?

"Aku seorang pelancong. Ini desa kelima yang kudatangi."

Diana tidak menyembunyikan keterkejutannya, "Sejak kapan kau menjalaninya?"

"Dua tahun." Lucifer beralih pada wajah sehat Diana. Dia melihat dengan ekspresi tak terbaca. "Tapi, sekarang sudah tidak perlu."

Diana menangkap maksud baik dari kata Lucifer. Dia merasa sangat bahagia diterima dengan mudah oleh si kecil. "Kau pandai mengangkat orang dengan kata-kata."

Hanya saja Lucifer kecil tidak memahami. Apa maksud Diana? Dia tidak perlu melakukannya lagi karena pintu kembali ke alamnya mungkin di depan mata. Sebab menuruti Diana mungkin akan menuntaskan kontraknya dengan sang pemohon yang masih anonim.

Tanpa disadari, mereka tiba di rumah kayu Diana. Tampak klasik dan rapih, tidak mengecewakan Lucifer yang sudah muak hidup di gubuk busuk. Tentu saja, seumur hidupnya dihabiskan dalam kastil megah penuh dengan pelayan. Apa kekurangan yang perlu dipusingkannya? Dua tahun belakangan terasa sangat berat bagi Lucifer.

Diana membuka pintu dan suhu di dalamnya sangat berbeda dari luar. Dia menurunkan Lucifer sebelum kembali menutup pintu. Si kecil meneliti isi dalam rumah kayu tersebut dan bisa mengatakan itu nyaman dan sangat layak huni.

Perabotannya tidak terlalu banyak, semuanya teratur dan tanpa debu. Terdapat karpet bulu di tengah ruangan juga penghangat di sudut. Sisi barat diberikan ruang yang besar untuk kaca tembus pandang. Terang tanpa membutuhkan lampu, cahaya matahari tersuplai dengan adil dalam rumah ini.

Ruang tengahnya tersambung dengan dapur kecil dengan meja makan di sebelahnya. Pada arah timur ada dua pintu dengan meja di masing-masing sisinya. Satunya dihiaskan vas bunga, dan yang lainnya mendapat bingkau foto.

Lucifer memiliki mata yang tajam, dia bisa menangkap figur bocah laki-laki yang terlihat mirip dengan Diana. Dia ingin bertanya, tapi merasa waktu kurang tepat untuk pertemuan pertama mereka. Dia bisa melakukannya lain waktu.

Diana selesai melepaskan sepatunya, saat itu dia menyadari kaki telanjang Lucifer. Dia tidak bisa membantu namun bertanya, "Sejak kapan kau tidak mengenakan alas kaki?"

"Aku tidak pernah memakai satu." Lucifer masih dengan baju hangat Diana yang terseret di lantai akan kebesarannya. Dia menunduk dan mengangkat satu kakinya untuk melihat, apa Diana marah karenanya mengotori rumah?

"Maaf, aku akan-"

"Kemarilah, biarkan aku melihat kakimu."

Lucifer bingung, "Apa?"

Diana meraih sebuah kotak di dekat lemari pada dapur. Mungkin itu adalah tempat penyimpanan persediaan pangannya.

"Entah apa saja yang sudah kau pijak saat menuju sini, bagaimana bila terinfeksi?" Diana mengangkat Lucifer dari bawah bahunya saat bocah itu tidak mendekat. Dia mendudukkan Lucifer pada sofa empuk dan berlutut di depan si kecil.

Lucifer tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang memikirkan kondisi telapak kakinya, saat dirinya sendiri yakin dia tidak terluka.

"Kau benar-benar terluka di sini. Terlihat buruk, katakan jika menyakitkan. Aku harus mengeluarkan duri ini."

Apa? Kapan dia mendapatkan duri itu?

20th February 2022

Hiii makasih udah baca sampai sini. Udah kasih bintang juga belum?? Gak bakal rugi apa pun kokk, tinggal pencet. Yukk

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang