24. Break In While You Shower

1.7K 221 1
                                    

"Jadi ini salah satu dari tipu dayamu?"

"Tidak, aku ini bentuk asliku." Lucifer tidak sudi disangka buruk rupa oleh Diana. Dia akan menyalahkan siapa pun yang mencetus mitos mengerikan perihal ciri-ciri fisiknya.

Diana mematuk beberapa kali. Sekiranya Lucifer memang berpenampilan bagus sejak awal. Tetapi dia masih mencurigai sesuatu.

"Lu, kenapa kau tidak pernah berubah sebelumnya?"

Bahkan saat mereka dalam keadaan terancam, Lucifer tidak mengambil tindakan apa pun. Meski dirinya berkemampuan sangat besar.

"Manaku tertahan tanpa adanya pengontrak, dan dia ternyata adikmu. Karena permohonan belum dipastikan, aku tidak bisa secara bebas memakai sihir." Lucifer memberi penerangan lalu memanggil seorang budak agar menyiapkan makan malam untuk Diana.

Diana tidak bisa tidak terkejut, "Adikku mengikat kontrak denganmu? Kapan? Mengapa? Apa kau biasa menerima harapan siapa pun?" Gadis itu melirik ke pintu samping di mana budak berkepala domba menerima perintah Lucifer. Di atas kepalanya terdapat dua tanduk melengkung.

"Kau bilang kalian terlihat baik untuk menipu manusia.." Diana memberi sedikit iba terhadap budak tersebut juga atas bualan Lucifer.

"Kau tidak akan membandingkanku dengan hewan itu, bukan?" Lucifer tegap, menunjukkan kesombongannya dari pada manusia berkepala domba yang hampir meringkuk karena komentar Diana.

Mengira akan ada seorang manusia yang mengobrol santai bersama penguasa mereka, budak tersebut hanya mampu memberi penghormatan canggung dan mengundurkan diri.

Satu Lucifer ialah sebuah lapas. Namun bila ada yang berhasil menyetarakan pijakannya dengan raja itu, entah akan bagaimana sengsaranya mereka.

"Memangnya kalian berbeda?" Diana bingung.

"Mereka merupakan jiwa yang ditumbalkan oleh keluarganya. Menunggu kematian setiap lima tahun demi harta palsu."

Diana tersentak. Ketika Lucifer membicarakan tumbal, dia bermaksud untuk seluruh pemohon yang dilayaninya, bukan?

"Apa Danny, dia.. Juga bekerja di sini? Menjadi salah satu dengan kepala binatang?" Diana membasahi bibir bawahnya saat memilin katun maroon, merasa cemas tapi enggan membebani Lucifer sedangkan dia hanya mengerjakan tugasnya untuk mengabulkan harapan Daniel.

Lucifer mengambil tangan Diana, menyerap sedikit banyak kehangatan dari tangan ramping si gadis.

Mencium buku-buku Diana dengan wajah menghangat, Lucifer juga menjawab: "Dia adalah adikmu, bagaimana aku bisa. Aku lebih baik membiarkannya bebas. Tinggal di sini tidak pantas membebani kematiannya."

Diana sangat senang mengetahui adiknya mendapatkan dispensasi khusus, juga sedikit menyesal karena tidak dapat bertemu adiknya di sana. Tapi itu jauh lebih baik. Walau terasa tidak adil bagi Lucifer, Diana akan memikirkannya lain kali. "Lu, apa yang terjadi setelah kematian?"

"Mereka akan membayar perbuatan buruk semasa hidupnya di neraka, lalu melewati siklus reinkarnasi tanpa ingatan dari kehidupan yang lalu."

"Apa ini di neraka?"

Lucifer menggeleng, "Tidak, itu berbeda. Namun dekat dari sini."

"Kau bisa ke neraka?" Manik Diana menyala-nyala.

"Aku bisa. Tapi kau tidak berpikir Daniel akan berada di sana, 'kan?" Lucifer menggesek pipi Diana dengan ujung hidungnya.

Diana menahan kening Lucifer sehingga keduanya saling menatap. "Mengapa dia tidak?"

"Menurutmu, Daniel sudah membuat dosa besar untuk berada di sana?"

"... Ah, jadi dia sudah bereinkarnasi." Diana menurunkan tangannya. Rasa seperti ini, seakan ditinggalkan untuk kedua kalinya atas kematian yang sama. Setidaknya, adiknya tidak perlu menjalani siksaan.

"Apa kau tidak menyukainya?"

Lucifer sebentar lagi membangkitkan kecemburuannya yang langsung dipadamkan mengingat hal tidak berguna yang hampir dibuatnya.

Dia telah memutuskan benang takdir Diana dan Daniel dengan cara seadil mungkin untuk kedua pihak. Tidak terlalu kejam untuk melalui penyiksaan jiwa sebagai penghancuran, tidak juga terlalu lembut untuk dibiarkan bereinkarnasi.

Ini menjadi keadilan pertama Lucifer sebagai seorang iblis, dia memberi Diana sedikit wajah tanpa sepengetahuan gadis itu.

Diana sontak menyangkal prakira Lucifer, "Tidak mungkin! Kau sangat banyak membantuku." Diana mengangkat diri dari pangkuan Lucifer. Dia mengelilingi wajah tampan itu dengan kedua telapak tangannya.

"Kau bilang dirimu masih Lucifer kecil-ku, maka aku percaya kau sepenuhnya tahu apa yang telah kau lakukan. Sebab Lu yang kukenal, sangat cerdas dan penuh kepedulian. Dia hanya sedikit pemalu."

Diana sedari tadi masih menjaga segan terhadap Lucifer. Dan saat dia menggali tampilan menggemaskan Lucifer di ingatannya, Diana tidak tahan untuk tersenyum dan sekali lagi menganggap pria dewasa—tidak, mungkin kakek yang terlalu tua di hadapannya sebagai anak kecil.

Lucifer yang merasa didukung meski Diana tidak tahu menahu tentang kenyataan Daniel, masih dengan senang hati mengambil kasih sayang penuh Diana kepadanya.

Rasa bersalah adalah hal tabu bagi iblis, hati mereka telah lama dihanyutkan dalam sungai perbatasan akhirat. Lucifer yang dasarnya dilahirkan di tengah tanah tandus di istana Lucifer II pada saat itu, tidak bisa menjadi lebih baik.

"Ana, aku senang kau tidak berbeda dalam memperlakukanku." Lucifer menarik belakang paha Diana dan diangkatnya dengan mudah ketika berdiri.

Diana refleks merangkul Lucifer, menjaga agar tubuhnya tidak terlepas dari lengan Lucifer walau itu hampir mustahil. "Yah, meski tindakanmu seperti ini masih terasa aneh bagiku."

"Kau tidak menyukainya?" Lucifer bertanya tanpa mengalihkan perhatian. Setia memandang lurus untuk setiap langkah.

"Tidak juga. Ini seperti menukar posisi kita. Aku selalu menggendongmu dulu, jadi hal wajar untuk adik kecil membalas jasa kakaknya. Kau harus berbakti, Lu." Diana bercanda semenjak kalimat ketiga.

Lucifer menoleh sekali menyapa mata persik Diana, tersenyum hangat memamerkan lebih banyak poin kerupawanan. "Aku akan. Semua yang pernah kau lakukan padaku, akan kubaktikan kembali kepadamu."

Diana terlalu gemas akan kata-kata manis Lucifer. Dia hampir menciumnya selayaknya kerasukan persis dengan kejadian dulu. Diana menenangkan hatinya, terlalu banyak ekstasi, terlalu banyak dopamin. Dia akan mati karena antuasias berlebih jika dibiarkan berlanjut.

Diana memilih untuk pura-pura mati di bahu lebar Lucifer. Biarkan pria itu berbicara dengan tembok, maka tembok itu akan rubuh lima belas menit setelahnya karena dipaksa merasakan emosi secara tiba-tiba.

Lucifer kecil adalah boneka hadiah natal, tetapi Lucifer besar adalah perampok di malam natal! Jauhkan dari jangkauan Diana, walau gadis itu masih memeluk tanpa niatan membiarkan pria itu pergi.

Lucifer mendengarkan semua ocehan Diana di kepalanya. Hanya bisa bekerja keras untuk menahan tawa.

Namun ini masih belum cukup, dia harus lebih banyak menggoda.

"Aku akan memelukmu di pagi hari."

"Menyuapi setiap makanan untukmu."

"Memaksamu menonton Dora."

"Menciummu setiap saat, dan tepat di bib-"

"LU!!"

"... Mendobrak masuk ketika kau mandi."

Dengan ini, Lucifer menerima tamparan pertamanya.

26th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang