23. "I Still Love You."

2.1K 263 4
                                    

Diana menolak untuk percaya, dia segera membuang muka dan menggambar tanda silang besar berkat akal sehatnya. Berpendirian untuk menganggap dirinya telah memasuki lingkaran tipu muslihat iblis.

Diana sekali lagi menoleh untuk mendapatkan kebenaran. Ternyata, Diana tidak punya pendirian. Karena dia berakhir membenarkan keindahan figur Lucifer yang duduk dengan tenang di atas altar.

Namun bukan itu hal utama yang dicemaskan Diana.

Apakah,

Pria tampan ini..

Benar-benar bocah yang telah diciumnya?

DIANA INGIN MATI!

Seluruh kepalanya diserang demam. Gunung merapi Diana siap untuk meletus. Dia ingin menutup wajahnya tapi menggeleng kencang dalam hati, tidak akan kehilangan kebanggaan di depan bocah yang bahkan biasa dia angkat untuk bermain ayunan!

Diana memutar banyak kalimat yang menjelekkan Lucifer sebagai bocah ingusan-yang sebenarnya hanya sudut pandang Diana saja. Lucifer murni anak yang penurut. Dia sangat baik.

Diana mengingat dirinya yang selalu memarahi Lucifer untuk menonton siaran dewasa, tetapi dia sendiri ragu apakah usia pria itu seperti kelihatannya. Diana malu untuk kedua kalinya.

Lalu mengingat kembali dia sering memasuki kamar mandi ketika Lucifer sedang mengisinya, bertindak seakan dirinya adalah orang dewasa yang paling bijaksana. Diana malu untuk ketiga kalinya

Apa lagi saat dirinya keluar kamar mandi hanya berbalut jubah mandi, memeluk Lucifer tanpa malu memperlakukan bocah itu sebagai boneka kecil. Diana malu untuk keempat kalinya.

Dia telah membual tentang kebahagiaan masa kecil, pelecehan mulut, serta hidup bersama selamanya dengan seorang iblis besar! Diana juga memilih memeluk lutut di depan Lucifer. Tadinya ingin berlutut, namun dia sedikit malu.

"Kau pembohong." Diana mulai bergumam.

Lucifer, yang sedari tadi menyimak isi pikiran Diana, "..."

"Aku tahu kau sengaja tidak menegurku untuk menikmati situasi ini. Kelicikan macam apa, menyebar omong kosong seperti Lucifer-ku dan Lucifer siapa pun."

Lucifer, "??? Aku selalu menegurmu!"

Diana menuduh, dia tahu Lucifer benar. Tetapi mengusik gengsi seorang perempuan adalah kesalahan terbesar. Melebihi kesalahannya terhadap Lucifer. "TIDAK! Sewajarnya bagiku mengira kau adalah anak kecil. Kau harus mengatakan sesuatu dengan jelas untuk mencegah kesalahpahaman! Aku memberitahumu!"

Ups, Diana memegang bibirnya. Dia kembali memegang peran pengasuh tanpa sadar. Padahal hanya ingin sedikit membela diri.

"Pft," Lucifer lekas menggigit bagian dalam bibirnya. Hampir terbahak mendengar ocehan Diana di balik cakar kecilnya. Menggemaskan. Lucifer mengetes tenggorokannya guna mengalihkan Diana dari ciri-ciri tercela atas sesuatu bernama tawa. Baru kali ini Lucifer merasa canggung untuk mengibuli seseorang.

Diana mengangkat kepalanya, memandang Lucifer sebagai penjahat besar. "Apa yang kau tertawakan!"

"... Aku tidak tertawa."

Diana bangkit sambil menggenggam gaun maroonnya. Mendekat pada Lucifer dan meyakinkan diri bahwa laki-laki di depannya masih sama dengan anak kecil yang dia pangku beberapa jam yang lalu.

"Aku mendengarnya. Apa kau sudah biasa berbohong padaku, Lu?"

Lucifer menatap Diana dengan senyum miring. "Mengapa aku harus berbohong padamu, tidakkah kau yang menolak untuk percaya?"

Lucifer menarik pinggang Diana yang kini pas dengan telapak tangannya. Meski dia sedang duduk sedangkan Diana di atas kedua kakinya, tinggi mereka sejajar.

Kaki panjang Lucifer memanjang di kedua sisi Diana yang berdiri di hadapannya, menahan di kedua bahu Lucifer sebab kegundahan hatinya. Mereka sering melakukan kontak fisik, tapi saat ini sangat berbeda! Diana ingin mengeluh, tapi orang ini masih Lucifer-nya!

"Kau tidak akan memanggilku Cifer?" Bisiknya.

Diana memutar mata, tetapi gerakan ini dilakukan terbata-bata. "Tidak, sebenarnya itu terdengar buruk."

Lucifer menaruh sisi wajahnya di pundak Diana, menyamping ke leher jenjang gadis itu dengan mengendalikan dirinya agar tidak menghirup rakus bagian tubuh Diana ini.

"Tapi aku menantinya."

Diana menelan ludah. Napasnya juga segan untuk dilaksanakan secara normal. Persetan dengan Lucifer, iblis kecil ini masih tetap seorang iblis. Betapa keji! Betapa penggoda dirinya itu!

Diana membayangkan Lucifer kecil yang selalu menurut padanya walau harus diselingi perdebatan, dia tidak pernah berpikir Lucifer akan menjadi seorang pembunuh wanita ketika dewasa.

"Kau bisa kembali menjadi kecil."

Lucifer mendengus, "Setelah kau mengingkari janjimu?"

Diana ingin memukul wajah indah di lehernya itu! Tahan Diana agar tidak menciptakan kericuhan di kandang harimau. Atau lebih. Apakah itu buaya? Apa pun itu! Dia masih harus memberi iblis perayu ini hukuman!!

"Dengan apa kau akan menghukumku?"

Refleks, Diana menjawab. "Pukulan di pantat."

Tunggu.

Diana seketika melotot. Dia mendorong Lucifer tapi pria itu telah siap. Memeluk pinggang Diana lebih erat, membiarkan punggung gadis itu berada di tangannya yang lain.

"Kau membaca pikiranku!"

"Sudah kulakukan sejak awal kau membuka mata di sini," aku Lucifer ringan.

Diana semakin kesal hingga bingung. Dia mematung dengan tangan mengepal, diam dan memejamkan mata. Mengangkat bendera putih, Diana memeluk leher Lucifer di depannya. Dia sangat butuh tempat untuk bersembunyi, dan dalam situasi sulitnya, pelukan pria yang dia keluhkan menjadi satu-satunya pilihan.

"Kau semakin menyebalkan. Aku mengira kau akan menyadari kebijaksanaanku ketika dewasa. Dan berterima kasih padaku."

Lucifer membalas pelukan erat Diana yang sengaja tidak sampai menyesakkannya. Dia merasa wujud ini tidak sepenuhnya buruk. Berada di pelukan gadis itu, atau memiliki gadis itu dalam pelukannya, keduanya sama-sama patut diperoleh.

"Aku berterima kasih kepadamu, Ana."

Lucifer mengecup telinga hangat Diana, lalu berbisik. "Aku berjalan selama tujuh abad untuk menemukan tujuan hidupku. Dan itu adalah kau."

Diana malah tidak memikirkan hal selain tujuh abad yang bercetak tebal di pikirannya. Dia mulai putus asa atas rasa malu. "Tujuh abad.. Kau boleh menonton siaran berita kalau begitu."

Lucifer tidak bisa menahan tawa. Diana mengabaikan kata-kata cintanya, dan itu sangat jujur. Gadis itu membuatnya merasakan hal aneh dari ketertarikan lain setelah perasaan diacuhkan.

"Ana, kau masih menyayangiku?" Lucifer membawa tubuh Diana agar duduk di atas salah satu paha padatnya.

Diana tanpa sadar mengikuti. Pengalaman pertama berada di pangkuan seorang pria setampan Lucifer tidak terlalu buruk. Diana masih seorang gadis dengan mata yang perlu dihibur. Dia tidak bisa menolak untuk mengagumi visual Lucifer.

"Tentu aku masih." Diana sedikit cemas, "Ada apa? Kau akan pergi setelah ini?"

Lucifer menepuk kepala Diana. "Tidak mungkin. Aku tidak siap untuk menerima hukuman seribu bulan."

Diana mengenang singkat kenangan beberapa bulan lalu, sontak dia tersenyum hangat. "Yah," dia mencoba memberi sentuhan di wajah Lucifer yang terpahat sempurna. "Mengapa iblis bisa terlihat sebaik ini?"

"Agar mudah mengambil hati manusia."

26th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang