27. Back To Murren

1.5K 192 4
                                    

Diana menolak untuk memandang Lucifer, dia mengalami kesusahan di hati sebab diam-diam menyukai perbuatan yang baru saja mereka lakukan.

"Ana, tatap aku." Lucifer menarik kepalan tangan Diana dari atas bibirnya. Diana sempat menolak namun dibuat tidak berdaya oleh perbedaan kekuatan.

Diana masih merasakan sengatan listrik statis setiap Lucifer menyentuh bibir yang dibasahinya, mengalir hingga menyeka setiap sisa tetesan saliva yang dibuang mereka.

"Jangan menahan dirimu, katakan apa yang kau pikirkan secara langsung."

Kekhawatiran Diana terlihat jelas di wajahnya. "Aku hanya.. Takut. Entahlah, aku takut menjalani hubungan semacam itu."

"Itu karena kau tidak pernah mencobanya. Normal bagi seseorang untuk bersikap waspada pada sesuatu yang tidak dipahaminya." Lucifer senantiasa menenangkan Diana dengan berbagai kontak fisik ringan yang sudah biasa mereka lalui.

Kecupan di pelipis Diana, usapan di tangan halus gadis itu, juga tepukan yang tak kenal di sekitar punggung Diana semenjak posisi baringnya memiring.

"Apa itu baik-baik saja?" Diana tidak perlu menjelaskan, Lucifer tahu apa yang dicemaskannya.

Tetapi Lucifer balik bertanya, "Apa kau pernah menderita selama ini hidup bersamaku, seorang iblis?"

Diana menggeleng cepat. "Tidak pernah. Aku selalu bahagia." Dia kembali menunduk untuk mengakui fakta yang dia kira akan sedikit memalukan. "Aku hanya mempunyaimu di hidupku. Dan kau juga membiarkan aku merasakan kasih sayang yang sama. Aku sangat bahagia, Lu."

"Itu bukan kasih sayang yang sama, Ana. Karena yang kukembangkan berbeda dari milikmu."

Diana takut kecewa, "Kau tidak?"

"Aku mencintaimu. Kau menyayangiku sebagai adik. Apa menurutmu itu sama?" Lucifer melihat Diana tepat di mata.

Dan itu menjadi penyebab Diana salah tingkah sampai bergerak seperti robot.

"K-kau mencin-apa? Hah! Hahaha, ada apa denganmu.. Sudah kubilang jangan menonton yang tidak sesuai usiamu." Diana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jantungnya hampir lepas mendengar pengakuan Lucifer.

Pria itu menaruh tangan di bagian kiri dada Diana, gadis itu terlalu malu dan membiarkan posisi ambigu itu berlalu. Meski tidak tepat di atas bongkahan aset Diana, itu masih mendekati.

"Kau harus jujur untuk menenangkan benda ini, atau kau akan kesakitan atasnya."

Diana masih memukul Lucifer dengan kekakuan. "Kau berbicara seperti pernah merasakannya!"

"Aku merasakannya." Lucifer tidak bercanda, dia serius dan mengacuhkan elakan beruntun Diana. "Aku gelisah dan kesakitan hanya dengan membayangkan kau meninggalkanku, atau hanya tidak ada di depan mataku. Itu menyakitkan. Aku hampir gila dibuatnya."

"Itu jika aku meninggalkanmu, tapi aku tidak akan." Tambah Diana.

"Bila kau tidak bisa menegaskan perasaanmu, yang akan melangkah pergi adalah aku, Ana."

Diana, "... Hah?"

"Kukatakan, aku tidak bisa terus berada di sisimu sebagai seorang adik. Aku mengulanginya, jadi apa kau bisa memahaminya lagi?"

Diana merengut. Tapi dia tidak segera menjawab. Memikirkan rasa semacam cinta, dia sungguh asing dengan kata itu. Dia hanya tahu bahwa dia sangat menyayangi adiknya. Dan Lucifer adalah orang selain Daniel yang membiarkannya bersandar dari pada lelahnya dunia.

Mengira kepergian Lucifer yang akan diatas-namakan cinta, Diana tiba-tiba mengolah gelisah dan kesedihan mendalam. Semenjak janji kelingking mereka, Diana sudah menetapkan untuk menghabiskan seumur hidupnya bersama Lucifer.

Namun sebagai apa mereka, dia tidak mempertimbangkan sama sekali.

"Aku akan memikirkannya." Diana mengambil tangan Lucifer, wajahnya masih tertular suasana hati gelapnya. "Jadi beri aku waktu. Kumohon, jangan gegabah dan pergi. Begitupula aku, hubungan seperti apa itu, biarkan aku menimbangnya."

Lucifer merasa itu cukup untuk hari ini. Dia mematuk dua kali dan menarik tangannya. "Aku mengerti. Sekarang, ayo kita pulang?"

Diana kembali melukis senyum. "Ya, pulang ke rumah kita."

Dengan itu, mereka berdua tiba di ruang tengah rumah kayu di Murren.

Diana memindai sekeliling yang masih bersih, berhubung mereka hanya bepergian selama satu hari atau lebih sedikit. Dia segera berdiri agar tidak mengotori rumah sebelum darah menstruasinya lebih banyak.

Untungnya, perempuan secara umum mengeluarkan lebih sedikit di jam-jam pertama mereka. Itu akan menjadi lebih deras setelah satu malam.

Diana bergegas ke kamar mandi di pojok belakang rumah. Membiarkan Lucifer menikmati pemandangan dalam ketinggian berbeda.

Dia hendak membuka pintu kamar tempatnya tertidur selama ini, dan dia menemukan bingkai foto Diana dan Daniel. Lucifer mengambil benda pipi itu dengan wajah keras.

Takdir yang sangat menyenangkan. Dia bisa melihat tiga sosok lain yang menjadi pendahulu dari wujud kedua jiwa itu.

Lucifer ingin memusnahkannya. Dia sudah menggenggam Diana di telapak tangan, mengapa harus menyisakan jejak pria lain di tempat mereka berdua?

Saat sudut bingkai mulai hancur menjadi butiran abu, teriakan Diana menarik atensi Lucifer. Dia meletakkan figura kembali ke atas meja kecil lalu berjalan ke depan pintu kayu kamar mandi.

"Ada apa, Ana?"

Wajah Diana mengintip dari selah kecil pintu. "Lu, begini. Kau tahu aku tidak mungkin menyusahkanmu tanpa alasan berarti."

"Ana, sebutkan saja. Aku sudah tidak bisa membaca pikiranmu."

Diana merenung, dia takut menerima penolakan, tapi juga ragu untuk meminta. Apa boleh buat, dicoba saja. "Pembalutku habis, tolong belikan aku?"

Lucifer lantas mengangguk. "Begitu, maka akan kubelikan."

"BENAR?! Mengapa sangat mudah?!" Diana membuat mata persiknya semakin besar, dan membuat Lucifer menahan gemas.

"Apa salahnya?"

"Aku tak jarang mendengar wanita kesusahan meminta bantuan pria untuk hal ini. Terlebih mereka yang belum menikah."

Lucifer menaikkan alisnya, "Kita akan segera menikah, jadi apa masalahnya?"

"Lu! Tempat ini tidak cocok untuk rayuanmu!" Diana hanya belagak marah, sungguh dia setengah malu dan bersemangat mendengarnya. Bahkan dalam sepersekian detik, dia sudah menghayalkan masa depan panjang sampai perut berisi sesuatu yang entah apa itu.

Diana akan hilang kendali, dia harus cepat mengusir Lucifer sebelum pria itu membuka mulut. "Bilang saja kau ingin yang bersayap kepada penjaga toko, dia akan mengambilkan apa pun merknya untukmu. Uangnya kau tahu di mana. Terima kasih, Lu!" Lalu Diana membanting pintu.

"Ah, berhati-hatilah! Seluruh wanita di desa sangat haus dengan penampilan seperti milikmu. Jangan terlalu lama terhalang, usir saja! Aku akan mengurus selebihnya untukmu."

Lucifer di depan pintu, "... Kau belum memberitahu imbalan apa yang bisa kudapatkan."

Diana yang berjongkok karena rasa malu di lantai kamar mandi, "Imbalan?"

"Iblis tidak melakukan apapun secara percuma. Tawarkan sesuatu." Lucifer mengetuk pintu kayu dengan jemarinya.

Diana terlalu lelah untuk bermain, dia sebenarnya lelah secara mental. "Apa yang kau inginkan?"

"Lain kali, biarkan aku masuk ke kamar mandi bersamamu. Saat kau membersihkan tubuh."

1st March 2022

Hiii makasih udah baca sampai sini. Udah kasih bintang juga belum?? Gak bakal rugiin apa pun kokk, tinggal pencet.

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang