Lucifer duduk dengan wajah merah sebelah, yaitu bekas tamparan telak Diana. Gadis di seberangnya meneliti sepotong daging besar dengan diameter dua sampai tiga kepala manusia.
Diana menunjuk, "Apa ini?"
"Itu ikan."
Tepat saat Lucifer menjawab, raungan hewan buas menggetarkan tanah tepat mereka berpijak. Sontak banyak jeritan menyahuti, seperti: "Naga itu menyadarinya!", "Sudah kubilang izin saja dulu, jangan langsung mengambil ekornya!", "Pergi tenangkan dia!"
Diana yang menatap jijik daging di atas piring saji, "... Kau membodohiku?"
"Itu naga air, sama saja dengan ikan. Kau akan setuju begitu melihatnya. Makanlah, itu aman untukmu." Lucifer menghapus ketertarikan pada apa pun, tanpa perhatian Diana tentang bekas tamparan yang sengaja dia tinggalkan. Sebenarnya, tenaga gadis itu sangat besar bagi manusia normal. Tetapi baik-baik saja untuk Lucifer.
"Maksudmu, ada yang tidak aman untukku di antara ini semua?"
Lucifer mengangguk acuh, "Tapi kau tidak akan mati. Tenang saja."
Diana merengut tidak suka, ada apa dengan respon itu?
"Bukan itu masalahnya. Mengapa disajikan jika berbahaya untukku, di saat kau juga tidak akan memakannya." Diana mendorong piring di depannya. Melirik bagian kosong di area Lucifer.
"Mereka bodoh dan tidak banyak tahu. Apa yang kau pikirkan?" Lucifer mendapati kerutan kening Diana lantas melanjutkan dengan sengit. "Kau mengira aku sengaja? Lalu untuk apa aku memberitahumu?"
Diana bisa saja memuntahkan bola matanya. "Kenapa aku begitu? Kau bisa membaca pikiranku, dan apa isinya? Kau paling tahu tentang itu. Dan aku sendiri yang tidak memahami apa pun di sini."
"Tubuhmu bereaksi bahkan sebelum memikirkannya, Diana."
"Hah! Aku menghabiskan lebih dari setengah usiaku dalam kendali diri. Apa ada yang lebih mengenal reaksi tubuh ini selain diriku?" Diana entah mengapa lebih mudah membesarkan kekesalannya terhadap Lucifer saat ini dari pada dirinya yang kecil.
Mungkin, karena Diana menyadari wujud dewasa pria yang mengeraskan diri di depannya. Sosok sedewasa itu yang memaksakan kehendak terhadap siapa pun sesukanya.
"Memaksakan kehendak?" Wajah Lucifer bengkok. "Sejak awal, kau yang terus memakai emosi berlebihan padaku. Lalu bagaimana bila aku membaca pikiranmu, itu terjadi begitu saja."
Diana memutar mata jengah, "Dan kau sekali lagi membaca pikiranku. Sebutlah, menurutmu siapa yang akan bertahan setelah bagian privasinya dikoyak untuk godaan menyebalkanmu? Yang hidup selama ratusan tahun tanpa demi apa-apa sehingga tidak tahu cara mengendalikan kekuatannya sendiri. Tidak masuk akal."
Lucifer tidak menyangka Diana akan sangat berkeras. Dia selalu memahami Lucifer, dan tidak pernah berprasangka buruk terhadapnya. Mengira reaksi Diana akan sebesar ini karena perbedaan ukuran fisiknya, Lucifer sedikit kecewa. Meski gadis itu tidak memiliki pengalaman dengan pria lain, dia bukan sosok yang cukup lemah lembut untuk bersabar.
"Baik, kau paham bahwa itu hanya godaan. Lantas apa yang perlu ditekankan, sejak kau sendiri yang selalu sangat terbuka denganku di Murren. Membaca pikiranmu atau tidak, aku tetap mengetahuinya." Lucifer menyandar lalu menutup matanya, menahan diri agar tidak berlaku terlalu banyak kepada Diana.
"Kau cobalah mengatur kekuatanmu agar tidak dipenuhi jeritan ratusan ribu jiwa, lalu ajarkan aku untuk tidak mendengarkan isi kepalamu."
Diana juga tidak terima untuk mengambil semua kesalahan, dia tentu saja berpikir lebih pendek pada sosok sekecil Lucifer kala itu.
"Kata-katamu seperti aku sangat terbuka, di mana aku sendiri tidak tahu perihal jati dirimu. Entah bagaimana kehidupanmu selama ini, namun itu sangat penting bagiku. Kubiarkan itu berlalu, jadi mengapa kau terus mengungkit? Kita saat ini keduanya orang-orang dewasa. Tentu saja berbeda!"
"Bukankah kau yang tadi setuju tidak mengubah cara menghadapiku?"
Lucifer tersenyum remeh, mulai mengetuk meja dengan telunjuknya. Kemarahan Diana kali ini berbeda dengan yang selalu dia terima selama ini, jadi bersabar tidak menjadi pilihan Lucifer. Dia menerobos isi pikiran Diana, dan gadis itu juga mengucapkan hal yang sama.
"Betapa egoisnya. Apa normal bagi seorang manusia dewasa dengan kontak fisik sebanyak itu? Bertindak sama yang kumaksud tentu tidak termasuk keadaan ini."
Diana bangun dari duduknya dengan memundurkan kursi, namun ditekan paksa kembali ke tempat semula oleh Lucifer setelah bergerakan kilatnya.
"Bila aku egois, untuk apa aku mengutamakan kebahagiaanmu? Aku berbuat apa pun demi dirimu, Ana. Dan meski pun aku berwujud kecil saat itu, apa kau mengabaikan laki-laki mana pun hanya karena ukuran tubuhnya? Kau tidak tahu cara kerja pertumbuhan." Lucifer dalam posisi tertunduk, memegang kedua bahu gadis di tangannya memakai sedikit kekuatan.
Diana hampir mendapat tremor di ujung jemarinya. Dominasi yang diberikan Lucifer bukan hal yang mampu disepelehkan oleh manusia biasa.
"Dengan reaksi ini, kau mungkin melakukan segalanya untuk dirimu sendiri. Dan jika kau menganggapku begitu gila, akan kubuat sesuai keinginanmu. Apa ada kesempatan lain untukku bertemu pria dewasa lain dengan kebohongan mirip dengammu?"
Diana mengambil keputusan yang lebih baik dalam mempertahankan keberaniannya dengan memejamkan mata. Mengosongkan benak atas keengganan dengan memberi Lucifer langkah lebih. Mengabaikan pandangan menusuk dari pria di atasnya.
Lucifer mendapat terlalu banyak stimulasi untuk kesabarannya, dia meremas kain di daerah punggung Diana. "Sangat mudah bila semua kulakukan hanya untuk diriku sendiri. Kau membebaskanku atas dasar bentuk tubuh, mengapa tidak mencoba terbiasa untuk menerimaku selayak adanya?"
Diana mendapatkan tebakan buruk, dia menahan pergelangan Lucifer yang sudah menarik kain yang menutupi tubuhnya.
Dalam sekali hendakan, wilayah utara dari gaun maroon Diana hampir dibelah dua sepenuhnya.
"LUCIFER!!" Diana menggenggam sisa sobekan kain untuk memeluk bagian depan badannya. Dia menatap nyalang, membentak menggunakan amarah yang sangat jarang muncul. "KAU GILA?!"
Lucifer gelap mata, dia sekali lagi memakai sihir untuk memindahkan posisi mereka berdua. Keduanya sampai di atas ranjang berselimut hitam dalam ruangan bersuhu lebih rendah beberapa derajat.
Keseluruhan kamar bernuansa abu dan hitam. Gelap dan berhias bebatuan yang ditata rapih. Di atas semuanya, itu masih bersih tanpa debu. Sebenarnya layak tinggal.
Namun Diana tidak diberi kesempatan untuk mengamati sekitar ketika seorang pria dewasa menekannya kepada ranjang. Di ruangan yang hanya berisi mereka berdua, Diana hanya bisa menjadi lebih panik.
"Menyingkir dariku!!" Diana memukul apa pun dari Lucifer yang berjarak paling dekat darinya. Kakinya ingin menendang pria itu, tetapi dengan tubuhnya di antara kedua kaki Diana, gadis itu terhambat.
"Kau hanya harus membayangkanku dalam tubuh kecil. Kau biasa memelukku dengan posisi ini untuk tidur." Lucifer menumpu kedua tangan di kedua sisi Diana, perlahan menjatuhkan tubuh.
Tetapi Diana, gadis itu tiba-tiba merasakan sesuatu yang janggal. Sangat janggal. Meski familiar, Diana membenci karena itu terjadi di waktu terburuk.
Diana tidak menahan teriakannya di telinga Lucifer saat sesuatu mengalir di selangkangannya. "AKU MINTA MAAF, JADI LEPASKAN AKU!!!"
Diana pasti menstruasi.
27th February 2022
![](https://img.wattpad.com/cover/293247283-288-k381648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] LUCIFER (5 Cents Of Love)
FantasyDiana memelihara seorang bocah, tanpa mengetahui identitasnya sebagai raja iblis penuh obsesi. ㅤㅤㅤㅤ *** Lucifer memuja Diana, maka dia rela membuang kebanggaannya, menaruh kepalanya sejajar dengan k...