08. What They Called 'A Beauty'

2.8K 312 2
                                    

Diana dan Lucifer menggandeng tangan satu sama lain, berada di sebuah toko pakaian tempat gadis itu biasa berbelanja. Harga di sana terjangkau, bahannya juga cukup baik dengan jahitan yang rapih. Pemilik toko ini ramah dan salah satu dari sekian banyak yang mendambakan Diana sebagai anak mereka.

Nyonya Brown, nama sang pemilik toko. Dia wanita berumur setengah abad tanpa anak. Entah apa masalah keluarga mereka, namun mereka tak kunjung dikaruniai keturunan.

"Nyonya, aku akan merepotkanmu malam-ini." Diana merasa tidak enak tetapi tidak melihat pilihan lain. Dia tidak mungkin membawa Lucifer dengan penampilan seperti pemulung. Meski wajahnya tak terkalahkan sekali pun, apa yang akan dipikirkan orang-orang jika melihat pakaian Lucifer? Mereka mungkin diam di depan, tapi Diana masih enggan untuk membiarkan Lucifer dipandang rendah.

"Tidak masalah, Dia. Apa kesibukan yang perlu dikerjakan wanita tua ini sementara seorang anak kecil hampir membeku dengan pakaian tipisnya?" Nyonya Brown melirik Lucifer yang masih berbalut baju hangat Diana.

Hati Diana menghangat. Dia tahu Nyonya Brown selalu berusaha untuk menyamankan hati siapa pun, meski miliknya sendiri tidak jelas kabarnya. Diana biasa ke toko ini, dan mengetahui keadaan Nyonya Brown yang tidak stabil. Terkadang wajahnya sepucat kapas, kadang dirinya terbatuk beberapa kali dalam semenit. Di meja kasir tempatnya selalu menanti pengunjung, terdapat berbagai jenis obat dengan bentuk cair hingga tablet.

Diana sering datang hanya untuk mengobrol atau makan siang bersama Nyonya Brown, menemani wanita tua itu dan merasa itu hubungan yang mutual. Dia sendiri memiliki trauma yang berat, sendiri tanpa teman berbicara akan membuatnya semakin parah. Menemani Nyonya Brown juga menyenangkan hati wanita tua itu, merasa adanya sosok putri di sisinya.

"Kami akan menghadiri acara di rumah kepala desa. Apa Nyonya juga ikut serta? Kita bisa berangkat bersama."

Nyonya Brown bahagia atas perhatian Diana. "Aku takut aku tidak bisa. Kau tahu, Dia.."

Nyonya Brown tidak perlu menegaskan, Diana memahami. Kondisi Nyonya Brown sedang memburuk, dia tidak nyaman jika harus merepotkan tamu yang lain dengan kondisinya.

"Aku akan mengunjungimu besok," janji Diana.

Nyonya Brown berterima kasih atas itu, lalu mengarahkan Diana dan Lucifer pada satu rak berisi pakaian anak laki-laki. Diana dan Nyonya Brown menikmati waktu mereka memilih untuk Lucifer, saat subjek utama tidak peduli dengan apa yang akan dikenakannya. Dia sudah lebih dari cukup dengan baju hangat Diana. Ini nyaman, hangat, dan wangi.

Sesekali dua perempuan itu tertawa saat melihat desain pakaian yang menggemaskan dan membayangkan itu dikenakan oleh Lucifer kecil berwajah dingin.

Lucifer duduk di salah satu kursi kayu sambil memperhatikan pemandangan sekitar. Toko itu baik. Terlihat layak meski tidak mencapai tahap butik berkelas. Pandangan Lucifer yang berputar terjatuh kembali pada porosnya, yaitu Diana.

Saat itu dia mempunyai banyak waktu kosong, jadi memperhatikan Diana dari ujung rambut sampai kaki bukanlah masalah besar.

Gadis itu tidak terlalu tinggi, Lucifer memperkirakan tingginya akan sebatas dada tubuhnya-Lucifer-yang asli. Rambutnya sebatas punggung, saat ini digeraikan tanpa hiasan apa pun. Kecokelatan dan bergelombang. Alis Diana panjang dan penuh, hidungnya kecil juga tinggi. Bibirnya tidak tipis, juga tidak tebal. Kemerahan dan tampak sehat. Kulitnya seputih susu, mudah dibuat kemerahan saat Lucifer mengatakan hal tertentu juga bisa dari faktor cuaca.

Sampai sini, tidak ada cela pada Diana. Penampilannya alami tanpa berhias, dengan gaun sederhana berwarna cokelat dan putih. Dia perwujudan dari tokoh utama dalam sebuah dongeng. Mengingat Murren benar memiliki pemandangan seindah negeri dongeng, Lucifer membenarkan keputusan Diana untuk hidup di sini. Dia memang pantas.

Lucifer terus mengobservasi sampai Diana selesai membayar belanjaannya. Semua berisi perlengkapan untuk Lucifer.

"Ayo," ajak Diana mengulurkan tangan pada Lucifer. Disambut dengan baik, keduanya berjalan di bawah langit yang tidak bisa dikatakan gelap sebab cahaya bulan dan jutaan bintang yang berhias di kanvas Tuhan.

Udara terasa dingin, namun tidak menyakitkan. Suara gemerisik dedaunan yang bermain dengan angin tidak lagi terdengar menakutkan. Setiap tarikan napas yang dibuat keduanya sangat lega tanpa beban. Tidak ada percakapan langsung, tetapi terdapat banyak di dalam hati.

Mungkin, pertemuan mereka benar adanya ialah takdir. Tidak ada kekurangan di antaranya. Kehidupan mereka tidak sejaya cerita dongeng dengan harta yang melimpah, tahta yang diperebutkan. Tetapi itu juga yang menjadi kebahagiaan mereka.

Diana tidak mengucapkannya, tapi di dalam hati dia menyusun rencana masa depan bersama Lucifer. Dia akan sering mengajak anak ini bermain di taman, membantunya bersosialisasi dengan penduduk desa, agar mereka juga terbiasa dengan ekspresi datar Lucifer dan tidak menganggapnya tidak sopan di kemudian hari. Diana ingin menyempatkan diri untuk memasak makan siang, dan menikmatinya bersama Lucifer.

Tanpa dia sadari, dan syukurlah tidak dia sadari atau gadis itu akan tenggelam dalam trauma sekali lagi. Dia tengah berencana untuk menebus dosanya, meski hanya satu dari jutaan bagian terkecil, melalui Lucifer. Dia ingin melepaskan penyesalannya pada sosok baru yang dianggapnya seorang adik.

Sebaliknya, Lucifer tidak memikirkan untuk terus dimanja oleh Diana. Dia mencari cara bagaimana untuk mendapatkan wujud aslinya kembali. Dahulu, dia menginginkannya untuk kembali pada alamnya. Tapi kali ini, dia menginginkan pengakuan dari Diana yang selalu memperlakukannya sebagai balita.

Dia juga memikirkan masa depan mereka. Tetapi di sana, Lucifer sudah dewasa dan memegang kekuatannya kembali. Untuk melindungi Diana, melindungi senyum gadis itu agar tidak sekali-kali beranjak.

Lucifer telah hidup selama tujuh abad. Dia menduduki tahta selama lima di antaranya. Tak sekali-kali dia jatuh cinta, atau tertarik dalam hal khusus pada siapa pun. Walau pun begitu, dia bukan sebuah kebodohan. Dia tahu apa itu cinta yang selalu dibicarakan Hades setiap kali menyebut nama Persephone. Bagaimana deskripsi Hades mengenai efek ekstasi dari kehadiran sang istri.

Meski Lucifer belum sampai ke tahap tergila-gila selayaknya Hades, dia sadar mulai menumpuk keinginan untuk menguasai Diana. Dia sadar bahwa Diana tidak bisa dibandingkan dengan hal lain di mata Lucifer, bagi Lucifer. Dia sadar beban yang menimpa hatinya kala dia berpikir untuk mengucapkan hal buruk pada atau tentang Diana.

Hati kecilnya berkata bahwa Diana ada untuknya menghormati, menghargai, dan melindungi. Diana tidak seperti iblis betina yang pernah dia nodai. Diana berbeda dari mereka. Diana cerah dan mulia. Begitulah pemikiran Lucifer, sang raja iblis yang menghabiskan hampir seluruh kehidupannya dalam kegelapan yang dingin. Jerit tangis dan permohonan para pendosa.

Lucifer tidak pernah berpikir akan menemukan sosok yang menjadi cahaya baginya. Jadi, dia akan menjaga Diana segenap hatinya.

Dalam hati Lucifer bertanya, mungkinkah Diana seorang makhluk surgawi.

20th February 2022

Hiii makasih udah baca sampai sini. Udah kasih vote juga belum??

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang