26. First Kiss (M)

1.9K 180 0
                                    

"Maafkan aku, oke? Biarkan aku pergi, lalu kita bicarakan baik-baik." Diana membatasi kedua tubuh mereka dengan tangannya, kekuatan yang tidak berarti tapi terjadi karena refleks tubuh.

"Kau sedang menstruasi?"

Diana menutup wajahnya. "BERHENTI MEREKA ULANG PIKIRANKU!"

Lucifer meninggalkan Diana berbaring di ranjang, kemudian mengendus beberapa kali. "Mungkin benar, ada aroma darah dari bawah sini."

"LU!!!" Diana hampir menangis, dan sungguh akan menangis jika Lucifer mengucapkan hal lain. Dia segera memeluk lututnya, menyerah untuk memghadapi Lucifer. Juga tidak mungkin meminta pembalut pada pria itu.

Diana sangat frustasi sampai melupakan gaunnya yang telah rusak, menunjukkan punggung mulus dengan seutas tali pakaian dalamnya.

Lucifer hampir terlena. Dia mengalihkan pandangannya dan mengambil satu kemeja hitam lain guna menutupi tubuh Diana. Menepuk kepala Diana sambil tersenyum.

"Tidak apa, biarkan mereka membersihkannya. Kau tidak tahu itu akan terjadi, 'kan? Kita bisa pulang sekarang." Lucifer menenangkan Diana atas kegelisahan besar yang memenuhi kepala gadis itu.

Dia juga sempat melihat perkara efek dari menstruasi pada perempuan diangkat. Salah satunya, gangguan yang terjadi di ketidakstabilan emosi. Lucifer melihat kejadian itu sendiri kali ini, dan hanya bisa mempercayainya.

Diana menahan isakannya, merasa malu dan menyesal atas tingkah hiperbolanya pada Lucifer. Dia mendapat perlakuan baik secepatnya dari pria itu berkat dampak kenaikan hormon estrogen terhadap psikologisnya.

Diana jarang mengalami ini karena tidak pernah begitu canggung berhadapan dengan seseorang. Kali ini, Lucifer yang harus menyaksikan.

"Maafkan aku.. Kau pasti hanya ingin membiarkanku menikmati makanan sepuasnya." Diana berkata dengan getar. Menghentikan diri agar tidak menarik ingus.

Dada Lucifer segera menghangat. Dia cukup dengan kepala Diana, lalu menukar posisi tangan memakai kecupan ringan. "Ya, karena aku selalu bisa mengobatimu sebelum rasa sakit datang. Juga maafkan tanggapanku yang membuatmu kesal, aku hanya mencari perhatianmu tadi."

Diana menengadah begitu kata terakhir Lucifer jatuh. "Perhatian? Aku selalu memperhatikanmu." Jarak kedua wajah sangat dekat, kali ini tanpa kecanggungan yang sedia mengacau.

"Kau menamparku, tetapi tidak mencium atau sekedar mengusap setelahnya." Lucifer menunjuk sisi wajahnya yang sudah dia bersihkan dari tadi.

"Maaf, aku benar-benar malu tadi." Diana lantas memberikan yang Lucifer inginkan, tak terkecuali sebuah ciuman sebagai penghilang sakit di sana.

Dalam pergerakannya, Lucifer mengamati wajah Diana dengan sangat baik. Mulai dari bulu matanya yang bergerak seperti kupu-kupu, hidung dengan puncak merah muda mengingatkannya kepada boneka beruang yang diberi Diana.

Lucifer menyisir rambut panjang Diana tanpa kemacetan sedikit pun, rambut itu terjaga dan halus. Dia merasa cukup sulit menelan.

"Ana, kau menganggapku apa?"

Diana memandang wajah diperbesar Lucifer dengan mata yang mendapat efek yang sama. "Adikku?"

Bibir Lucifer menipis. "Apakah seorang adik akan diperbolehkan mencium kakaknya? Dan menyentuhmu seperti yang kulakukan?"

Diana memerah, kalimat yang dikatakan Lucifer terkesan terlalu ambigu. Dia menyembunyikan setengah dari wajahnya. "Lalu apa? Aku tidak mengerti, kau mendadak berubah dewasa. Situasi ini membingungkan."

Lucifer membawa tengkuk Diana agar kembali menaikkan wajahnya, mengintimidasi gadis itu dengan penyelidikan nyata di seluruh bagian wajahnya. Tepat di bibir merah Diana, Lucifer bertanya pelan.

"Apa seorang adik akan mendapat dorongan untuk mengacaukan kakaknya di sini?" Dia mengusap bibir Diana.

Diana sangat malu sampai bingung, sehingga Lucifer tidak mendengar apa pun tentang isi benaknya. Gadis itu kikuk sampai hidung mancungnya terlihat kembang-kempis, dia tidak berani membalas tatapan Lucifer.

"Apa maksudmu.."

Lucifer tertawa pelan, hanya semakin memangkas jarak keduanya. Dia berhenti ketika hidung mereka saling bersentuhan.

Napas Lucifer menerpa wajah Diana, terjadi hal sama bagi gadis itu namun milik Diana pendek dan terputus-putus. Berbeda dari Lucifer yang tenang layak tetesan air.

"Aku merasakannya, Ana. Aku ingin menyentuhmu. Aku ingin mengobrak-abrik bagian yang selalu kau gunakan untuk menciumku. Aku mengalami ketertarikan yang sama denganmu pada tubuh kecilku. Tidak, itu jauh lebih banyak."

Lucifer senang Diana tidak menarik diri, atau gadis itu hanya terlalu kaget sampai lupa cara menggerakkan ujung jarinya.

Diana beralih seusai mengumpulkan lebih banyak kesadaran serta kekuatan di tengah dominasi Lucifer. Pria berbahaya itu selalu bisa membuatnya hilang kendali.

"Kau tidak bisa, Lu. Kita tidak bisa."

"Mengapa? Kau membenciku?"

Diana cemberut, "Mana mungkin."

"Lalu apa alasanmu?" Lantas gadis itu dibungkam.

Dan Lucifer tidak puas dengannya. "Kau bilang ingin bersamaku seumur hidup, tidak meninggalkan satu sama lain. Kau kira itu bisa hanya dengan hubungan adik-kakak? Apa yang kau harapkan dariku, bahkan pada bocah itu, dia akan menjadi peia dewasa pada akhirnya."

Diana merajut udara dengan jemarinya. Dia tidak bisa bertahan dari intimidasi Lucifer, masih melarikan diri agar tidak mengalami kontak mata. "Aku sudah menganggapmu sebagai adikku, akan aneh jika.." Diana tidak mampu melanjutkan.

"Aku juga tidak mampu untuk terus menjadi adikmu, Ana." Lucifer menegaskan. Walau sebenarnya dia bisa memaksa Diana dengan alasan kontrak mereka, dia hanya ingin Diana memberikan dirinya dengan kehendak hatinya sendiri.

"Katakan, apa kau membencinya saat aku menyentuhmu?" Lucifer memiringkan wajah Diana, memperluas area untuknya membubuhi ciuman di dekat bibir gadis itu.

Bibir Diana dilanda tremor, dia tidak bisa bernapas dengan tenang. Ini bukan rasa benci atau tidak suka, dia hanya malu dan mengira sensasi aneh ini terlalu banyak untuknya.

"Itu aneh, Lu. Hentikan."

Lucifer memberi jeda, "Kau membencinya?"

"... Itu mungkin." Diana berkeringat dingin di tangannya, menahan degup jantung dan penyesalan yang menggelitik hatinya. Dia yakin itu pasti karena prasangkanya yang akan menyakiti Lucifer dan bukan karena ketidakpuasan pribadi.

Lucifer memahami perasaan itu lebih dari Diana, jadi dia menekan perasaan membuncah, selanjutnya menimpa belahan lembut Diana dengan bibirnya.

Mata Diana membulat, tetapi dia tidak dikasih kesempatan oleh lumatan Lucifer yang membawa pengalaman baru baginya.

Bahkan ketika gigitan ringan itu jatuh di bibirnya bergantian, Diana masih membeku sebab detakan jantungnya yang seakan sebentar lagi meledak.

Lucifer menjilat bibir Diana sebelum mendorong benda tak bertulang ke dalam rongga mulut Diana agar siap berperang, saling mendorong dan melilit di dalam sana.

Diana bukan seseorang dengan pengalaman, dia hanya memejamkan mata sekuat yang dia bisa, membiarkan mulutnya terbuka untuk dikacaukan lidah Lucifer.

Tidak peduli gigi yang bergesakan, saliva yang bertukar, entah milik siapa yang mengalir keluar dari sudut bibir Diana.

Lucifer menahan mulut Diana tetap terbuka dengan ibu jarinya sebelum melepaskan tautan.

Di atas tatapan sayu gadis itu, wajahnya memerah dengan bibir bengkak.

"Kau benar-benar membencinya?" Tanya Lucifer mengulangi.

28th February 2022

M = Mature (Dewasa)

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang