18. Bloodshed

1.7K 237 0
                                    

Damares menginjak kepala Diana dengan bootsnya. Atensinya beralih pada Lucifer yang memainkan alis saat menggodanya.

"Jadi kau ingin meng-"

"Sstt, Diana belum menjawabku." Lucifer meniupkan sihir ke tali yang mengikat tubuhnya. Hingga pecah menjadi butiran debu halus dan menghilang dalam hembusan angin.

Di waktu bersamaan, Damares mendapati mulutnya telah dibisukan. Tidak hanya dirinya seorang, tubuh kedua penjaga yang menahan Diana sebelumnya telah hancur bagai diledakkan dari dalam.

Damares memutar kepalanya ketika kecemasan mendadak memporak-porandakan batinnya. Damares berusaha penuh untuk meneriakkan kata acak yang terlintas, namun pita suaranya benar-benar telah memilih untuk berhenti bekerja.

"NGHHH!!!" Damares berlutut sembari mencakar sekeliling mulut hingga lehernya, memukul dadanya brutal sehingga membuat suara tumbukan mengerikan.

Lucifer seorang diri memiliki hati yang paling santai. Mendekat pada Diana dengan tangan di kedua kantong celananya. Dia mengamati suasana wajah Diana yang seperti kuburan, dingin dan kosong.

"Ana.. Kau tidak boleh membuat sihir terakhirku terbuang percuma, jadi katakan keinginan terbesarmu." Seru Lucifer seusai duduk bersila di dekat kepala Diana yang diselimuti darah yang mulai mengering di beberapa sisi.

Lucifer mengangkat kepala gadisnya dengan penuh kehati-hatian, menghindari daerah yang terluka dan mengusapi bagian yang sekiranya tidak akan menyakiti Diana.

"Katakan, aku akan melakukan apa pun untukmu." Lucifer berbisik sayang, mengacuhkan Damares yang telah melarikan diri. Lucifer tahu, tapi tidak mengeluarkan usaha untuk khawatir.

Diana masih memilih mendengar tanpa berniat menjawab. Tangannya hanya bergerak perlahan menuju tangan kecil Lucifer, meraihnya dengan rasa dingin.

Lucifer memberikan timbal balik yang sama membekukannya. Dia telah menghabiskan hampir semua mananya demi menyingkirkan kedua agen Damares. Bila Diana diam lebih lama, mau tidak mau dia harus semakin mengecilkan wujudnya.

"Kau ingin aku membunuhnya? Aku akan membawa dia ke bawah kakimu."

Lucifer menuntun wajah Diana untuk menghadap kepadanya. Menyatukan keempat mata mereka. "Kau tidak boleh menyianyiakan kesempatan ini. Apakah hasutan remehnya membuatmu lupa akan dosa-dosanya pada adikmu? Pada kalian?"

Diana mulai menemukan cahaya pada pandangannya. Wajah penuh darah itu mengerut meski hidungnya yang telah dipatahkan terasa sakit. "Dia membunuh adikku.."

"Dia membunuh keluargaku.. Dan membuatku membunuh ratusan keluarga."

Dada Diana dibebani massa tak kasat mata. Syaraf-syaraf bekerja dalam sekejap sampai dia membuang lebih banyak cairan asin dari dua kelopak mata bengkak dan memerah.

Diana melupakan selisih usia dari penampakan Lucifer kecil dengannya, hanya berpikir tentang kemalangan yang telah dia lalui selama ini.

"Aku tak pernah bahagia."

"Sejak awal aku hanya bisa hidup di atas tumpukan mayat. Berbuat terlalu banyak dosa hingga dibuat sebatang kara. Aku sendirian. Kesepian. Aku mengira, mengapa aku harus menanggung dosa yang dipaksakan orang lain padaku. Aku tak paham apa-apa hingga kedewasaanku saat ini. Aku tidak tahu, aku sungguh tidak tahu. Lalu mengapa Tuhan harus menghukumku sangat banyak. Ketika aku berusaha berhenti setelah akhirnya mengetahui segalanya."

Diana meremas tangan kecil Lucifer, mencari kekuatan untuk menahan rasa sakit pada tubuhnya yang mulai dicerna oleh otaknya.

"Disebutkan, dunia seolah bola berputar. Namun dalam kehidupanku yang sudah digugurkan seluruh sumber kebahagiaannya, bagaimana aku akan menikmati saat-saat di atas itu? Apa yang harus kulihat dari puncak dunia?"

Lucifer hanya bisa diam dan memberi Diana waktu lebih banyak untuk melepaskan kesedihannya. Dia selalu penasaran akan gadisnya, membiarkan Diana selagi membuka diri adalah suatu kesempatan langka. Meski hatinya diperas oleh ketidaknyamanan melihat keterpurukan Diana, mengetahui masih lebih baik dari pada tidak sama sekali.

"Tuhan mungkin sedang tersenyum ketika menciptakanku. Dia mengira aku akan sangat baik, diberkati kekuatan yang sangat besar sehingga mampu menangani dunia. Tetapi bagaimana bisa, aku masih hidup di dunia ini. Dunia yang menolak untuk menanganiku. Tanpa tujuan, tanpa pengampunan yang pasti, dengan hukuman yang aku sendiri tidak tahu untuk kesalahan apakah itu. Bukankah nyawa-nyawa mereka kukembalikan atas perintah biadab Damares, mengapa aku harus bertanggung jawab atasnya?"

"Dia akan diadili langsung oleh Tuhan. Dan pada saat itu, kau tidak akan melihat kekejian lain dengan mata indahmu." Lucifer menyeka air mata Diana, melukis goresan dari darah yang tadinya kering di wajah penuh luka itu.

"Apa gunanya merawat mataku setelah kematian?" Diana menatap Lucifer hingga titik terdalam.

Lucifer tersenyum, "Bukankah dikatakan, pengadilan Tuhan selalu mengetahui berapa tetes darah yang pantas dia keringkan? Biarkan dia, kau akan melupakannya setelah sibuk menemukan jiwa adikmu sebelum dia bereinkarnasi. Kalian tidak akan bertemu kemudian."

"Dia melihatku menghabiskan kehidupanku hingga detik ini dalam kesengsaraan, tetapi aku tidak bisa melihat siksaannya?"

"Bagaimana kau akan melihat siksaan Damares tanpa berada di tempat yang sama dengannya? Apakah kau ingin dihukum sekali lagi?" Lucifer mengelus pipi Diana dengan jemarinya yang ditekukkan.

"... Maka aku harus melihatnya di dunia."

Bayangan Lucifer menyeringai begitu mendengar kalimat Diana, dia lalu memastikan keinginan gadis itu. "Kau ingin aku membantu agar melihat dia menerima ganjarannya di dunia?"

"Ya. Aku harus melihatnya menjerit dengan mata kepalaku sendiri."

Lucifer merasakan mana dalam dirinya membuat ledakan besar namun segera dikendalikan olehnya. Dia mengalirkan mana ke seluruh tubuhnya dengan lancar tanpa terjadi kerusakan pada meridiannya.

Lucifer mempertahankan wujud kecilnya dan tidak ingin mengagetkan Diana terlalu banyak. Dia mengusap kepala Diana dengan sentuhan ringan, arah pandangnya lembut dan lembut. Lucifer tampak seperti seorang anak yang tengah menghibur kakaknya yang kelelahan sepulang kerja.

"Apakah kau cukup dengan Damares?" Lucifer menarik kedua sudut bibirnya sampai memamerkan gigi-gigi putih kecil. "Saat kau ingin menyingkirkan hama, kau tidak bisa hanya membersihkan satu daun saja. Bagaimana pohon itu akan bertahan?"

Diana tidak setuju. "Damares adalah pemimpin dari semua dosa ini."

"Kau yakin?" Lucifer terlihat heran, dia juga menarik usapannya. "Sebuah kelompok begitu besar, bagaimana bisa hanya diatur oleh satu otak? Ribuan orang itu tidak akan hanya menurut dengan bodoh. Pasti banyak dari mereka yang berakal sama. Atau mungkin menjadi penasehat Damares selaku ketua."

Lucifer tertawa kecil memikirkan kesalahpahaman konyol yang mungkin terjadi. "Kkk, atau mungkin selama ini Damares hanyalah kaki tangan orang lain dalam organisasi. Tapi entah siapa itu."

Diana memikirkan kemungkinan yang mungkin merusak segala hal. Dia tentu tidak menginginkan ini.

"Begitu. Habisi saja semuanya."

24th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang