28. Will Rob The Heaven For You

1.4K 176 2
                                    

"Aku bercanda, Ana." Lucifer berkata, memutus rantai keheningan yang dibuat Diana.

Beban Diana seketika terangkat, dia akhirnya bisa bernapas lega.

"Tapi aku tidak bercanda tentang imbalan, aku ingin tidur bersamamu malam ini."

Diana mengangguk entah kepada siapa. "Itu lebih baik, mari kita lakukan."

Lucifer terkekeh mendapati keantusiasan Diana, dia merasa itu lucu sebab Diana berusaha keras untuk memaklumi dirinya karena percakapan tadi. "Memangnya tidur macam apa yang kumaksud?"

"Kau ingin aku memelukmu seperti biasa, memangnya apa lagi?"

Tawa Lucifer akhiranya dibebaskan. Diana ternyata masih polos bahkan setelah semua hal yang mereka lalui hari ini. Tapi dia tidak melanjutkan lagi, Lucifer mengucapkan ini sebelum mengundurkan diri: "Ya, namun kali ini ialah kau yang berada dalam pelukanku."

Diana memanas untuk menghayalkan apa yang menunggunya malam ini. Itu hanya sebuah pelukan, dekat dan hangat. Mengapa dia sangat gugup untuk sesuatu yang sudah mereka lakukan beberapa bulan belakangan?

Diana beranjak ke depan cermin, melihat refleksinya yang entah atas alasan apa hari ini tampak lebih buruk dari biasanya.

Diana menyentuh kulit wajahnya yang sebenarnya sangat halus dan kenyal, tetapi dia seolah terhipnotis dan mengatakan itu kusam.

Dia menyambar cairan pencuci muka yang jarang dipakainya, membusai terlebih dulu lantas dioleskan dengan lembut ke wajahnya. Usai membilas sehabis pijatan kecil, dia merasa itu lebih baik.

Diana melepaskan gaun dari tubuhnya, langsung meneliti sekujur tangan dan kaki tentang ada tidaknya bulu di sana. Dia memastikan semuanya licin, kemudian memulai ritual lain untuk rambutnya.

Dia hanya menyimpan shampo dan tonik yang biasa dia pakai di kala rambutnya gugur, untung benda itu mengandung aroma menyenangkan dan menambah sedikit kepercayaan diri Diana.

Seluruh tubuhnya disabuni sebanyak dua kali, Diana menganggap yang pertama berguna untuk membersihkan, dan yang kedua guna meninggalkan aroma manis pada tubuhnya.

Dia tidak akan tidur sebagai guling bau bagi Lucifer.

Hanya dengan busa menutupi sepanjang kulit putih Diana, dia mengacaukan setiap laci di dalam ruangan ini demi memperoleh perawatan tubuh lain. Ini sangat mendadak, dia sangat jarang menjaga tubuhnya. Di mana semua barang lama yang dia beli, siapa yang tahu.

Kedua mata persik itu berbinar saat tangannya memegang sebotol krim pelembab tubuh, itu tercium wangi dan tidak menyengat, sesuai dengan standarnya.

Diana menaruh penemuannya di tempat terpisah. Mulai dari pelembab tubuh, pewangi badan, kapas pembersih telinga, pasta gigi dengan label yang menetapkan mereka menghasilkan efek terbaik dalam menghilangkan bau mulut.

Diana baru selesai memindai, lalu kejadian memalukan itu terjadi sekali lagi.

Dia tidak perlu menoleh untuk mengetahuinya, Diana hanya bergegas memasuki bilik kamar mandi dengan pancuran air untuk menuntaskan pengeluarannya.

Diana tertekan atas semangatnya, dia menoleh kepada tetesan darah yang menodai lantai batu, itu sangat memalukan dan kotor. Dia harus segera membersihkannya.

Dengan bungkuk, Diana menyeka jejak darah secara berkeseluruhan. Tubuhnya kini mengenakan jubah mandi.

Di tengah-tengah, suara ketukan menengahi. Lucifer meminta izin lebih dulu untuk membuka pintu.

"Sebentar, aku sudah selesai." Diana membuang kain kotor yang dia pakai mengepel lantai.

"Aku tidak tahu, penjaga toko itu berkata mungkin kau tidak nyaman dengan pilihannya. Jadi ini yang kulihat berpenampilan paling baik." Yang dimaksud Lucifer adalah bungkus plastik pembalut, dia memilih warna biru langit dengan bahan kabur.

Diana mengambilnya tepat pintu sudah terbuka, dia tersenyum menganggap Lucifer amat menggemaskan dengan sikapnya yang sedikit kekanakan. Itu adalah pemikiran sederhana, dan akan sangat cocok bila dilaksanakan dalam bentuk kanak-kanaknya.

"Terima kasih, ini juga tidak masalah."

Lucifer mematuk, dia mengamati Diana selama beberapa detik lalu mendekat. "Ada apa? Kau lebih wangi dari biasanya."

Diana menunjukkan giginya, tujuh poin kecanggungan dan tiga poin rasa malu. "Aku melihat produk yang mendekati batas kelayakannya, jadi kugunakan."

Lucifer mengambil helaian rambut lembab Diana, dia berkomentar masih dengan ketertarikan yang sama banyak. "Aku menyukainya, kau harus memakai itu lebih sering."

Diana, "... Akan kugunakan."

"Bergegaslah. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat." Lucifer mendorong Diana ke dalam kamar mandi.

"Ke mana?"

Lucifer mengabaikan tolehan Diana, dia justru menutup pintu kayu. "Aku menyebutnya 'suatu tempat', kau akan mengetahuinya begitu melihatnya."

Diana hanya bisa menekuk wajah di balik pintu kayu, terpaksa menyelesaikan semua persiapan dalam waktu untuk meneguk segelas teh.

Seperti biasa, pakaiannya masih berupa gaun yang kali ini didominasi oleh biru laut di bagian bawahnya. Sedangkan pada arah utara, Diana memperindah dirinya dengan kain putih berhias brokat keemasan. Di luarnya masih dilapisi baju hangat panjang berwarna senada.

Diana menyapa Lucifer di teras, dia tengah menutup mata dari cahaya rembulan. "Kau yakin tempat itu masih dapat kita kunjungi? Ini sudah tengah malam."

Lucifer tersenyum, kemudian membuka mata dengan wajah Diana sebagai pemandangan pertama. Cantik dan murni, dia masih mengagumi keahlian Diana membuatnya menggila.

"Aku tahu yang kulakukan. Ayo, aku sudah menyewa seekor kuda Paman Rudolph." Dia merangkul Diana dengan tangan lain untuk bergenggaman.

Diana terkejut, dia mengingat jumlah tabungannya sudah semakin menipis. "Mengapa kau melakukannya? Di sana sangat mahal."

Lucifer berpura-pura tuli, lebih baik membantu Diana untuk menaiki kuda putih perkasa dengan rambut kekuningan panjang. Diana tampaknya terlalu sibuk memikirkan jumlah uang yang dihabiskan demi satu tunggangan malam ini, dia lupa hanya demi satu kata pujian pada kuda itu.

"Aku memakai uangku. Tidak masalah sesekali memakai hal baik, kau tidak perlu memusingkannya. Paman Rudolph memelihara yang terbaik di Murren." Lucifer menyusul Diana dengan mudah.

Saat Lucifer memegang tali kendali, dia juga membawa tangan Diana untuk turut berkendara. Lucifer mengusap tangan gadisnya, dia diliputi kepuasan yang jarang dialaminya.

Cambukan pertama yang dilemparkan kakinya menjadi permulaan laju mereka menuju jalan sepi ke arah belakang bukit.

Mata Diana berkeliling dibuat pemandangan yang disuguhkan. Langit malam ini tampak kebiruan, namun bercahaya oleh hambaran bintang sejauh mata memandang. Itu sangat jernih sehingga hutan yang dibelah jalan yang mereka lalui tidak lagi terasa mengerikan.

Diana menyandarkan punggungnya ke sosok lain di sana, kepalanya mendongak demi mendapati wajah tampan yang selama ini dia rasa lucu. Tetapi malam ini, itu terlalu menawan sampai membuatnya mengira ini sebatas mimpi.

"Lu, bila ini berada di alam bawah sadarku, entah apa yang harus kulakukan begitu tersadar."

Lucifer tersenyum. Dia mengecup kening Diana sekilas, dan menjawab. "Percayalah, aku mampu membuatmu mendengar bahwa surga telah kehilangan keindahannya. Sebab aku akan mencurinya untukmu."

2nd March 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang