21. Gifts Preparation

1.8K 217 0
                                    

Kenyang. Itulah yang dirasakan manusia jika diibaratkan Lucifer. Jiwa Daniel benar-benar kesayangan Tuhan, sangat murni dan kuat. Untuk seseorang yang berhasil menyesatkan Daniel tanpa perlu banyak usaha, dia sedikit berterima kasih kepada Damares.

Lucifer melangkah tak bertujuan di pinggir jalan raya kota Swiss. Dengan tubuh berbalut kemeja longgar hitam dan celana bahan, hasil dari pengamatan singkatnya mengenai gaya ternormal manusia agar tidak mengundang perhatian. Namun tampaknya, Lucifer melupakan wajahnya sebagai alasan utama daya tarik itu.

Toh, Lucifer tidak memerdulikannya setelah terbiasa dalam beberapa menit. Diperhatikan pun tidak berdampak besar baginya.

Pria dengan warna hitam putih berkeliling sambil mengumpulkan materi tentang bagaimana manusia memandang asmara. Sesekali, dia ingin membahagiakan Diana. Walau dirinya merupakan pria kuno, Lucifer masih ingin Diana bahagia atas kekunoannya.

Hal utama yang Lucifer kerjakan sekarang sebenarnya menunggu Damares turun dari kereta pada pukul tujuh malam. Dia bisa saja langsung menculik Damares, tapi mengingat dia akan jarang mendapat waktu sendirian menyiapkan hadiah untuk Diana, Lucifer memilih untuk memanfaatkan kesempatan.

Dia melihat toko alat musik dan mengingat harapan Diana beberapa minggu lalu tentang membeli piano. Lucifer lantas memasuki toko dengan senyum tipis, mengira Diana akan sangat antusias jika melihat benda pada daftar keinginannya berada di rumah sederhana mereka.

Lucifer menemui pemilik toko yang menjaga di kasir, dia diajarkan untuk selalu menyapa ketika bertemu seseorang terlebih sebelum memulai percakapan oleh Diana. Sebagai kekasih yang penurut-ditentukan Lucifer beberapa jam terakhir-pria itu menurut walau tidak ada saksi mata bagi Diana.

"Selamat malam."

"Selamat malam," jawab pemilik toko. "Apa yang kau butuhkan?"

"Piano di sudut, apa itu bagus?" Lucifer menunjuk dari lirikan dan gerakan menyundulnya.

"Ah, itu baik-baik saja. Baru saja tiba minggu lalu. Kualitasnya telah diuji."

"Aku akan membelinya." Lucifer merogoh kantong celananya yang terlihat tipis, hampir seperti kosong.

Melihat ini, pemilik toko merasa khawatir. "Karena keluaran terbaru, jadi harganya sedikit mahal."

Lucifer menanggapi dengan raut heran, sementara tangannya telah kembali terulur bersama segenggam uang kertas dengan gambar yang menunjukkan bahwa itu seluruhnya adalah nilai mata uang terbesar. Pemilik toko tidak bisa mengendalikan mulutnya untuk tidak terjatuh. Dia sangat yakin sebelumnya, kantong itu pasti tanpa isi.

"Hitung dulu. Gunakan waktumu." Lucifer sekali lagi merogoh kantong celananya, dan pada akhirnya masih mengeluarkan hal yang sama.

"Bergegaslah, aku mempunyai rencana lain." Tegur Lucifer, menolak memberikan pemilik toko banyak waktu untuk dibuang percuma hanya demi pelototannya.

Pemilik toko sontak mengabaikan keanehan Lucifer, uang masih saja uang. Hanya sebuah kebodohan untuk kehilangan banyak uang percuma sebab memikirkan keanehan kecil. Dia mulai merapikan lembaran uang Lucifer sebelum dimasukkan ke dalam mesin penghitung.

Mungkin dia akan mengira Lucifer sedang melakukan sulap. Nyatanya, dia hanya mengambil harta para penyembahnya. Lucifer bukanlah seorang dewa, namun selalu ada banyak manusia yang dengan senang hati menjadi salah satu umatnya. Orang-orang dengan hati yang lemah, mudah dirayu oleh tipu daya antek-anteknya.

Kesuksesan lebih mudah diraih dengan berkomitmen menyembah Lucifer. Begitu mereka menerima keinginan masing-masing, mereka akan buta atas kesialan lain yang menimpa semenjak Lucifer mengambil haknya setelah mengabulkan permohonan para umatnya.

Pada dasarnya seorang iblis tidak memberi, mereka hanya terus mengambil. Lucifer bahkan terhitung jarang benar-benar mewujudkan permintaan penyembahnya. Terdapat lebih banyak kecurangan dalam hipnotis dari pada kenyataan.

Misalnya, dia memberikan segudang penuh harta dari sihirnya yang memalsukan dedaunan dan bebatuan menjadi bentuk lain guna menuntaskan keserakahan manusia.

Tetapi uang yang baru saja dikeluarkan Lucifer adalah bagian yang asli, dipungutnya dari brankas ketua sekte penyembahnya. Dia sebenarnya orang yang sangat kaya di dunia manusia.

"Ini kelebihannya. Ke mana piano itu harus diantarkan? Mohon meninggalkan alamat lengkap di sini." Pemilik toko menyodorkan selembar kertas catatan kecil dan pena.

Lucifer menghitung jarak tempuh dari ibu kota sampai rumah mereka di Murren, sekiranya akan membuang terlalu banyak waktu dengan persiapannya. Mereka juga tidak mungkin mengirim piano itu malam ini juga.

Lucifer menghela napas, membuat pemilik toko seketika membeku dengan wajah kerasukan. Diam dan bodoh. Air liurnya akan menetes lama kelamaan.

Piano itu menghilang dengan cara yang sama dengan dua koper di stasiun kereta. Mereka semua tersimpan dalam ruang dimensi Lucifer yang hanya dibuka tutup oleh pria itu saja.

Lucifer keluar dari toko setelah melepaskan kendali pikiran pada pemilik toko. Dia sekali lagi mengitari jalanan yang mulai diisi dengan pedagang kuliner.

Saat matanya bertemu dengan penjual muffin cokelat, dia menyempatkan waktu untuk singgah tanpa pikir panjang. Lucifer memberikan selembar uang bernilai sama dengan yang diberikannya pada pemilik toko sebelumnya. Mengambil sekantong berisi sebuah muffin lantas mulai berjalan menuju stasiun kereta.

Kantong itu sedikit diayunkannya. Muffin yang dibeli berukuran cukup besar untuk dia bagi dengan Diana. Gadis itu selalu menyukai cokelat, yang satu ini tidak akan gagal.

Lucifer berpikir agar membeli buku not lagu-lagu untuk dimainkannya kepada Diana.

Dia juga akan membelikan sikat rambut baru untuk Diana. Gadis itu selalu menolak mengeluarkan uang, meski dia tidak terlalu kekurangan.

Mengingat sandal rumah Diana mulai tipis, dia juga akan menyiapkan yang baru.

Lucifer telah melupakan tanggung jawabnya akan singgasana di dunia abadi yang sebenarnya tidak seberapa. Mereka tidak membutuhkan Lucifer untuk membuat kekacauan, mereka juga tidak bisa merebut tahta tanpa mengalahkan Lucifer.

Semenjak pertemuannya dengan Diana, Lucifer menyadari bahwa dia telah membuang sangat banyak waktu hanya melihat langit gelap dan istana hening.

Lucifer sampai di depan kereta listrik bersamaan terhenti. Dia menunggu tepat di depan pintu yang mulai terbuka. Menampakkan Damares yang berdiri dengan mulut terkatup.

Lucifer tersenyum singkat dan merangkul Damares menuju sisi sepi di balik tiang penyangga. "Bagaimana kabarmu?"

Damares ingin melepaskan diri dengan mendorong Lucifer, tapi tanpa dikatakan pun itu masih mustahil.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu." Lucifer menghibur kegelisahan Damares.

Kenyataannya Damares tidak mengenali Lucifer dalam wujud dewasanya, dia hanya mengikuti insting pertahanannya yang menyebut Lucifer bukanlah orang baik. Lagi pula, orang baik mana yang akan menyeretnya entah ke mana tepat setelah dirinya turun kereta?

Lucifer terkekeh saat menghadiahkan kepala Damares beberapa kali tepukan. "Kau tidak akan mati di tanganku, itu akan terjadi di tangan Diana."

Lalu pemandangan sekitar mereka beralih pada kastil Lucifer. Tepatnya, di bawah altar persembahan tempat Diana terbaring.

25th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang