11. Do Not Ever Touch Me!

2.5K 282 2
                                    

"Lu! Jangan terlalu lama di kamar mandi!"

Diana berteriak dari dapur. Saat ini dia tengah memasak sarapan untuk mereka berdua. Sederhana saja, hanya beberapa lembar bacon dan telur mata sapi.

Diana memulai kegiatannya setengah jam yang lalu, memasak dan membersihkan rumah. Lucifer memasuki kamar mandi di waktu yang sama, tetapi anak itu belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar dari bagian belakang rumah.

Mereka sudah tinggal beberapa bulan bersama, Diana sedikit banyak mengenali Lucifer termasuk hobinya untuk berendam. Kulitnya selalu keriput setiap keluar dari kamar mandi. Diana selalu rajin mengoleskan pelembab pada kulitnya.

Tapi Lucifer sering menolak. Malu karena Diana selalu lepas kendali dan ingin mengoleskan pelembab bahkan sampai area pribadinya.

Bahkan anak muda sebenarnya akan malu, apalagi Lucifer selaku pria yang bukan lagi dewasa. Namun tua dan tua. Tua bangka. Bukan tua renta.

"Aku sudah selesai. Kerannya tidak bisa diputar tadi." Lucifer keluar dengan pakaian lengkap. Kemeja abu dengan celana kain hitam. Demi Tuhan dia terlihat seperti bangsawan kecil, Diana tak pernah bosan memuji laki-laki kecil itu.

"Alasan itu sudah kau pakai kemarin, Lu." Diana menarik kursi untuk Lucifer, bocah itu duduk dengan patuh.

"Kalau begitu, pembuangan airnya tidak bisa dilepas."

"Kau juga sudah memakai alasan ini minggu lalu." Diana mengacak surai hitam Lucifer lalu mencium pipi Lucifer yang lebih berisi dari pertama kali mereka bertemu. Tidak puas menghadiahkan kasih sayang di sana, Diana juga membubuhi ciuman di sekitar mata dan kening Lucifer.

Diana, tidak tahu bocah lelaki yang diciumnya sebenarnya adalah pria dengan hasrat tinggi. Untung saja, Lucifer bukan pria rendahan yang tidak tahu malu. Dia menikmati kasih sayang Diana tanpa berani melangkah pada jalan berlumpur. Dia tidak berani. Diana sudah bagaikan Dewi baginya.

"Kau sangat wangi. Aku akan membeli lebih banyak untuk stok sabun ini." Diana mendekatkan gelas susu hangat ke arah Lucifer sebelum ikut duduk di sebelah bocah itu.

Mereka selalu seperti ini. Tidak pernah makan berhadapan, bila bisa lebih dekat dengan bersampingan. Kedekatan tak terbatas.

Lucifer juga tidak lagi menaruh ego terlalu banyak pada Diana. Perhatian gadis itu hanya miliknya, jadi tidak apa untuk menguasai haknya. Urusan bagaimana Lucifer setelah kembali pada wujud aslinya, biarkan diselesaikan ketika saat itu tiba.

Lucifer memakan putih telur dengan menyisakan kuning telur setengah matang kesukaannya di akhir. Alih-alih dimakan olehnya, Lucifer mengangkat bagian yang dia jadikan harta belakangan ini dan menyodorkannya pada Diana.

Diana memandang heran, Lucifer menjelaskan maksudnya. "Hadiah karena bersabar untuk kebohonganku hari ini demi berendam."

Diana terkejut dan tertawa. Lucifer memberikan makanan kesukaannya pada Diana, yang menanamkan selera yang sama terhadap kuning telur tersebut. Biasanya mereka akan berebut demi bagian ini, terasa lucu begitu Lucifer menjadikannya hadiah.

"Terima kasih, Tuan. Hari ini akan saya beri tanda merah di kalender." Diana lantas menerima suapan Lucifer dengan senang hati.

"Kenapa diberi tanda merah?" Tanya bocah itu setelah meneguk setengah susu hangat.

"Karena Luci telah memberikan harta berharganya padaku." Diana memundurkan kursinya lalu menarik Lucifer mendekat padanya. Dia mengangkat tubuh Lucifer dengan mudah dan menaruhnya pada pangkuannya.

Lucifer juga menyukai posisi ini karena dapat memotong habis jarak di antara mereka. Tapi mengenai kalimat Diana, dia tidak setuju. "Aku tidak pernah memberimu hartaku." Karena Dianalah harta Lucifer yang sesungguhnya.

Namun menyebut Diana sebagai harta yang berat pada arti benda, tidak begitu pantas. Meskipun begitu, Lucifer tetap merasa Diana jauh lebih penting dibanding hartanya di dunia iblis.

"Benarkah? Kalau begitu, kau harus mengumpulkan harta yang banyak untuk diberikan padaku. Karena aku sudah memberikan seluruhnya padamu." Diana menangkup wajah kecil Lucifer dan ditariknya mendekat.

Lucifer mengamati kedua mata jernih itu bergantian. Senyum miring dipamerkan pada wajah tampannya. "Aku akan melakukannya. Jauh lebih banyak dari yang kau bayangkan."

Tentu. Jauh dan jauh lebih banyak dari yang dibayangkan Diana. Bahkan Lucifer akan menaruh dunia di kaki Diana bila gadis itu ingin. Kejahatan manusia tak terbatas, itu mengartikan kekuasaan Lucifer sebagai raja iblis mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang sama halnya.

Diana tetap seorang manusia, dia memiliki usia yang pendek. Memberikan dunia padanya tidak akan cukup. Kelak, jika Lucifer harus melepaskan jiwa Diana dari dunia, dia akan menjadi orang pertama yang menyambut Diana di alam baka.

Biarkan dia menculik jiwa kekasihnya, biarkan dia merakit kehidupan abadi bersama dengan sang kekasih. Siklus reinkarnasi tidak lagi penting setelah mempunyai cinta dengan petinggi dunia iblis. Lucifer akan membuat Diana sebagai orang yang pertama merasakannya. Keistimewaan ini, siapa yang akan menolaknya.

"Kau harus menepati janjimu, Lu. Karena kau adalah seorang pria." Diana sekali lagi memberi kecupan di sekitar wajah Lucifer. Mungkin gadis itu mulai kecanduan dengan kontak fisik mereka. Dia sampai tidak memikirkan bahwa Lucifer akan tumbuh dewasa, mereka tidak memiliki hubungan darah jadi perlu membangun batas tersendiri.

Lucifer juga berpikiran yang sama. Sebijaksana apa pun dia dalam melihat Diana pasti akan runtuh juga. Dia masih seorang pria yang menyimpan ketertarikan seksual pada seorang gadis yang cukup umur.

"Hentikan. Kau harus mengurangi ini." Lucifer mendorong bibir Diana dengan tangannya.

Diana berbicara dengan suara teredam. "Kenapa? Aku tahu kau juga suka."

Sial, karena dia suka makanya dia menjauhinya. Diana selalu berotak dangkal mengenai hal seperti ini.

"Tidak. Kau dengarkan aku." Lucifer akan turun dari pangkuan Diana, tetapi tampaknya gadis itu bermaksud berbeda.

Diana menarik Lucifer ke dalam pelukannya kemudian mencium bibir bocah itu dengan mata tertutup. Sebaliknya, mata Lucifer hampir keluar dari lubangnya. Bibir mereka hanya menempel satu sama lain, namun itu masih sebuah ciuman intim.

Lucifer merasa terlalu senang sampai marah. Dia berteriak dan mendorong kepala gadis itu dengan kasar untuk pertama kalinya. Loncat turun dari pangkuan Diana dengan sumpah serapah dalam hati.

"AHHH!! Kenapa kau melakukannya! Kukatakan hentikan! Kau paham apa maksudku! Hentikan! JANGAN PERNAH MENYENTUHKU LAGI!!" Lucifer berlari dengan hentakan di kakinya membuat suara gedebuk pada lantai kayu menuju kamarnya.

Lucifer memandang Diana dengan kemarahan yang sama sedang gadis itu masih terkejut.

"Aku memperingatimu!!" Bocah itu lantas menutup pintu dengan bantingan.

"... Kenapa dia begitu marah?"

20th February 2022

Hiii makasih udah baca sampai sini. Udah kasih bintang juga belum??

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang