13. Suspicious Old Man

2.4K 264 2
                                    

Hari ini mereka akan bepergian ke kota. Diana berniat membiarkan Lucifer mengenali dunia yang telah berevolusi dengan sangat canggih daripada terus bermain bersama sapi dan domba. Menunggangi kuda tidak akan terasa sama dengan kendaraan bermotor.

Diana kurang lebih memikirkan pakaian Lucifer yang terlalu klasik. Tidakkah dia akan menjadi pusat perhatian? Anak itu mungkin akan disangka seorang cosplayer.

Diana memilih untuk membalut Lucifer dengan coat panjang sesuai ukuran tubuhnya sampai tiba di kota sebelum dia akan membelikan pakaian bergaya lebih modern.

Lucifer sendiri masih seperti biasa. Tanpa kepedulian sedikit pun. Dia tidak mengerti ketika Diana menyuruhnya mempersiapkan isi koper untuk beberapa hari. Lucifer hanya memasukkan beberapa pakaian kesukaannya ke dalam koper berukuran sedang dengan acuh tak acuh.

"Hentikan, Lu. Kau membuatnya berantakan. Lihat lipatan ini, letakkan baik-baik dan jangan diubah." Dan sejak Diana mengatakan hal ini, Lucifer tidak lagi menyentuh kopernya untuk kedua kali. Sebab gadis itu kembali mengambil alih segalanya.

Diana sedang mengatur roti di dalam kotak bekal saat Lucifer sedang menonton berita kriminal. Gadis itu secepat mungkin merebut remot televisi untuk mengganti saluran ke acara yang menayangkan kartun.

Lucifer, "... Apa lagi?"

"Tonton yang sesuai usiamu." Diana menggerakkan jari telunjuknya ke dua arah berlawanan secara cepat. Melarang Lucifer untuk mengulangi.

"Apa yang terjadi kalau aku menontonnya?" Lucifer tidak merasa ada hal yang salah. Bahkan isi berita itu menggunakan kata-kata yang sopan dan sensor yang telah lulus lembaga.

"Kau akan menyesal setelah dewasa nanti. Banyak orang yang seperti itu, mereka memohon kepada siapa pun agar bisa mengulangi masa kecil mereka untuk lebih bahagia. Jadi kau harus bersyukur karena kuberitahu." Diana kembali ke dapur bersama remot televisi di tangannya.

Lucifer yang sudah melewati masa kanak-kanaknya ratusan tahun yang lalu, tidak bisa menjadi lebih frustasi. Kartun bodoh yang menanyakan peta, mengapa harus ini yang diputar tepat pada suasana buruknya.

Lucifer melirik remot televisi di ujung meja makan, dan gerakan itu ditangkap oleh Diana. Terlihat gadis itu menarik remot mendekat padanya dengan tatapan menyelidik kepada Lucifer. Bocah itu hanya bisa menghela napas.

Lucifer terpaksa memuaskan diri dengan kartun ini.

"Ana, aku ingin buku baru untuk dibaca." Di kota nanti, Lucifer bertekad untuk mengambil jenis lain yang berbeda dari buku dongeng yang dibeli Diana untuknya di Murren.

"Baiklah. Aku akan membelikanmu buku gambar."

Gadis ini mulai tuli? Lucifer agak khawatir.

"Ana, aku ingin buku untuk dibaca." Lucifer berbalik untuk melihat Ana.

"Kau sudah banyak membaca dongeng. Anak seusiamu harus menggambar untuk melatih kreatifitas mereka. Atau kau akan tumbuh menjadi pujangga yang membosankan. Tidak ada gadis yang mau denganmu, Lu."

"... Tidak ada?" Lucifer diserang tremor. Apakah Diana juga akan bosan padanya?

"Tidak ada kecuali aku. Saat itu, aku akan mendengar keluhanmu setiap hari sampai beruban." Kalimat selanjutnya melegakan Lucifer. Dia tidak peduli untuk yang kedua, selama Diana menyukainya, apa lagi keegoisan bocah itu? Tidak ada.

"Maka itu tidak perlu. Aku juga tidak menginginkan buku dongeng. Berikan aku buku non-fiksi."

"Baca yang sesuai usiamu." Diana memperingati. Kegalakannya kembali muncul.

"Aku tahu, pada usiaku mereka sudah mulai membaca buku ilmu pengetahuan dasar dan mengerjakan soal-soal." Lucifer tidak berniat kalah untuk kesempatan ini.

"Kau sudah pandai jadi tidak perlu. Kau bisa bermain lebih lama. Aku tidak akan memaksamu."

Senyum Lucifer berkedut. "Aku tidak menikmati yang kau sebut bermain itu, Ana."

Gerakan Diana yang memasukkan kotak bekal dalam tasnya terhenti, seakan disadarkan. "Yah.. Jadi kau tidak menikmatinya."

Demi Tuhan, gadis ini paling paham cara untuk mengalahkan Lucifer. "Tidak, aku menikmatinya. Tapi kurasa kepintaranku masih tidak cukup. Biarkan aku belajar lebih banyak? Aku masih akan bermain, tenang saja."

Diana merasa belajar sedikit tidak akan menjadi masalah. Dia mengangguk menyetujui usul Lucifer.

"Kau boleh mengambil tiga buku non-fiksi."

Lucifer tersenyum senang. Itu sudah lebih dari cukup. Dia akan memilih sebaik mungkin dan menagih janji Diana.

Sore hari, Diana dan Lucifer tiba di stasiun kereta dengan dua koper besar dan kecil. Tadinya, kedua benda itu akan berukuran besar. Namun Lucifer mencegahnya dengan alasan yang logis. Diana kalah dalam debat.

Itu terjadi karena dia terlalu antusias menyiapkan perlengkapan Lucifer.

Diana menaruh koper ke dalam kabin satu per satu. Lucifer sebenarnya tidak setuju karena beban koper yang tidak bisa disebut ringan sama sekali, tapi gadis itu memelihara kepalanya sekeras batu.

Diana membuka kancing baju hangatnya dan menyisakan gaun maroon sepanjang lutut dengan bagian atas yang pas pada tubuhnya.

Wajah Lucifer bengkok mengetahui Diana menarik perhatian banyak pria di dalam gerbong keretanya. "Mengapa melepas baju hangatmu, kenakan lagi."

Diana heran, "Aku juga akan merasa panas bila terus memakainya, Lu."

"Biarkan saja panas." Lucifer memandang Diana dengan alis menungkik, menuntut gadis itu agar menurut.

Diana mau tidak mau menurut. Meski dia tidak paham mengapa, Lucifer sepertinya serius dalam kata-katanya.

Lucifer menolak untuk duduk berhadapan dengan Diana melainkan mengisi tempat kosong di sebelah gadis itu.

Diana sudah biasa dengan posisi ini jadi hanya bisa setuju. Mereka menikmati pemandangan sepanjang perjalanan dengan sama bahagianya. Tetapi ini hanya terjadi di luar saja.

Tak terhitung banyaknya Lucifer menatap pria-pria dengan mata jelalatan ke arah Diana dengan ancaman nyata. Lihat saja jika ada yang menyepelehkan peringatan ini. Lucifer bersumpah akan mengingat wajahnya sampai bertemu kembali di alam baka. Dan memberinya siksa di kedua alam.

Diana tertidur dengan kepala menyandar pada jendela. Lucifer meninggalkan gadis itu dengan berat hati karena keperluannya ke kamar kecil.

Dia menyelesaikan panggilan alam sesegera mungkin karena instingnya mengatakan Diana akan dalam bahaya.

Instuisi ini tidak pernah salah. Lihat pria tua yang menatap lapar pada Diana di depannya. Lucifer mendekati dengan langkah ringan.

"Apa yang kau lakukan?"

Pria itu berbalik dan bertemu pandang dengan Lucifer. Detik berikutnya tertawa normal untuk memalsukan niat buruknya.

"Gadis ini mirip dengan kenalanku. Aku berniat memastikannya." Di belakang tubuh pria itu, dia memencet sebuah nomor di ponselnya untuk dihubungkan pada seseorang.

"Kau sudah memastikannya, lalu enyahlah."

Pria itu tentu tidak terima dengan sikap tidak sopan Lucifer padanya. "Hei, nak. Kau tidak boleh berbicara seperti itu pada orang yang lebih tua."

Lucifer memuntahkan tawanya beserta ejekan. "Kulihat kau hanya buncit dan jelek, tidak lebih tua dariku."

Lalu dia melangkah pada bagian kosong di kursi depan Diana, meloncat dengan dorongan sekuat tenaga pada kakinya untuk menendang pria tua itu tepat di wajah.

21th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang