33. See You

918 129 0
                                    

Diana tak berdaya.

Setiap hal timbul sangat pesat. Mendadak dan mengejutkan. Kisah kakak beradik yang selama ini dia sayangkan, ternyata menyimpan lebih banyak liku di baliknya.

Diana tidak bisa mengatakan, di mana kesalahan itu bermula.

Dan sengsara yang dialaminya bersama Daniel selama begitu banyak kehidupan, apakah dilatar belakangi dosa-dosanya sebagai seorang prajurit yang menebas tubuh tak terhitung banyaknya.

Diana meluruskan lehernya, menatap langit entah mencari yang disebut Tuhan atau surga pengatur takdir.

"Apa Daniel akan menungguku lagi?" Diana melihat Lucifer.

"Tidak. Dia sudah mati."

Diana menyapa gundah, melepas gelisah. "Kau tahu maksudku. Aku melihat semuanya, dia selalu menantiku di alam baka!"

Lucifer tidak dapat dibuat gentar oleh Diana, kembali bertanya dengan heran. "Bukankah kalian, manusia, selalu mengira setelah kematian akan berakhir begitu saja?"

Terpaku, Diana mencari kejanggalan di mata penyihir Lucifer. Dia sempat ragu berkata, tapi cemas lebih mendorong. "Apa yang kau lakukan padanya?"

Lucifer tersenyum. "Apa kau akan membayar pertanyaan ini?"

"Kau membunuhnya.." Diana menangkap fakta hanya dari gerak-gerik.

Akan tetapi Lucifer tidak terima jika disalahkan. Dia menganggap tidak berperan cukup banyak untuk menjadi tersangka. "Tidak mungkin. Kau tahu siapa pembunuhnya."

"Lalu apa, membinasakannya?"

"Bukankah sejak awal kau mengira dia sudah mati? Maka kali ini dia sungguh telah mati," ringan Lucifer menjawab.

Diana dibuat meledak marah, dia bangkit menarik tangan Lucifer. "Perlihatkan padaku." Tukasnya dengan mata merah, wajahnya pun sama.

"Kau sudah berhutang terlalu banyak."

"Maka ambil satu bayaranmu, biarkan aku menimbun baru."

Lucifer setuju, dia meminta agar Diana tidak pernah meninggalkannya seumur hidup. Setia padanya. Demikian, perjanjian mereka terjalin.

Lucifer mempertontonkan kejadian dari awal hingga akhir dalam pertemuannya dengan Daniel. Tanpa menyisakan satu detik pun.

Diana masih mampu menumpahkan kesedihannya di dunia nyata meski tengah menerbangkan kesadarannya ke tempat lain. Dia telah sadar setelah beberapa menit, namun senantiasa merendah kepada bumi.

Pedih terlalu besar dan membuatnya sangat bingung. Diana tak tahu harus mengeluh kepada siapa. "Mengapa selalu begini. Bahkan dirimu, Lu. Kau juga telah berubah. Kau melanggar janjimu."

Lucifer tadinya tidak berniat tuk mengganggu, kata-kata Diana yang membuatnya tersinggung. "Apa kau sedang menekanku? Aku tidak pernah berubah. Dan bagaimana denganmu, menuduhku atas segala kemalangan?"

Diana mengulas senyum prihatin. "Ya, kau tidak berubah. Sejak awal, memang kau hanya salah paham tentang apa itu 'kebahagiaan'." Dia juga terlalu lelah untuk membela diri.

"Kau adalah kebahagiaanku, Ana." Lucifer meraih.

Diana merasakan berbicara dengan Lucifer, sebenarnya benar-benar seperti seorang anak kecil. Yang kurang dalam segi pemahaman akan jenis emosi. Dia menaruh sedihnya di telapak kaki.

"Kau bahagia atas perhatianku. Yang kau sayangi adalah kita di masa lalu, salahkah itu?"

"Tidak. Aku masih senang bersamamu. Sampai saat ini."

Diana menggeleng, dia mengusap tangan Lucifer yang memegangnya. "Kau pembohong kecil. Aku tahu kau beberapa kali marah kepadaku. Dengar, Lu. Kau tidak bisa meraih kebahagiaan hanya dari satu sisi, kau memerlukan aksi dan reaksi. Tidak semuanya selesai dengan kekuatanmu yang mahakuasa."

Pria itu terkekeh sebab merasa lucu. Jelas-jelas selama ini dia selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. "Itu paradigma kalian. Aku telah merasakan dan membuktikan bahwasanya itu keliru."

"Ya, kami lemah dan mudah mati. Tapi kelemahan itu membuat kami memahami kebahagiaan terbaik karena usia yang singkat. Tidak sekedar memiliki dan menguasai. Atau kau akan sangat boros setiap harinya, membuang semua peluang cuma-cuma."

Diana memberi tepukan di kepala Lucifer. "Biar kutebak, kau pertama kali menginginkanku karena perasaan aneh yang kau anggap cinta. Nyatanya, itu tidak terjadi begitu saja. Semua berawal dari haru biasa, namun karena itu pengalaman pertama, kau menanam obsesi."

Lucifer dibungkam atas kebenaran fakta yang diangkat Diana. Dia saling memandang dengan perasaan dan pikiran yang sepenuhnya berbeda.

Sampai Lucifer memberanikan diri, "Apa yang kau coba katakan?"

"Pulanglah. Hanya untuk sementara, pikirkan kata-kataku. Juga aku di sini akan memikirkan setiap katamu. Kita berbeda dari awal, butuh waktu untuk saling memahami." Diana memeluk Lucifer seperti menyampaikan perpisahan.

"Kau baru saja bersumpah terus bersamaku." Pria itu merajuk dan enggan membalas sentuhan. Dia mendapatkan kejanggalan aneh di dadanya, itu terasa berat dan menyesakkan. Sedikit panas hingga membuatnya menggigit kulit kepala.

Sanggahan Diana mencoba meyakinkan Lucifer, dia memberi penjelasan akan kondisinya. "Manusia ialah sangat labil dan mudah beradaptasi. Aku tidak pernah menutup diri untuk memahami seseorang yang berkeinginan kuat memberiku dunia. Tapi tentu, aku tidak bisa membuang Daniel begitu saja. Jadi kali ini, kupinta kau mengikuti caraku, Lucifer."

Dialog mereka terputus dengan paksa. Lucifer menjahit mulut dan ingin mengantar Diana kembali ke rumah namun segera ditolak.

Diana membiarkan Lucifer pergi setelah bertukar janji untuk kembali bertemu bulan depan. Melukis mural penuh doa agar saat itu dia telah membangun pendiriannya.

Gadis itu mengendarai kuda putih yang sama, kali ini tanpa pelukan di belakang atau bantuan untuk memanjat. Jalur yang membelah hutan sekarang mencekam, tidak lagi terlihat indah bagai dunia dongeng.

Diana membuka pintu kayu dengan sambutan udara dingin, serta karena alasan tertentu terasa sesak dan berdebu.

Sesuai dengan suasana hati Diana, gadis itu membuka jendela panjang. Tidak peduli hewan apa yang masuk menemaninya, atau penyakit apa yang menanti di hari esok.

Dia duduk di ambang jendela, menarik napas panjang dan merasakan pemasukan oksigen hingga puncak paru-parunya.

Diana melihat pohon tua dengan tali tambang yang menggantung sebuah papan. Di sana dulu Lucifer kecil pertama kali diperkenalkan cara bermain ayunan oleh Diana. Saat itu, netra hitamnya mengeluarkan binar asing yang menyimpan lebih banyak semangat.

Diana tahu. Pada awalnya Lucifer hanya sebagai pengganti sang adik. Namun setelah kenangan singkat dua orang dewasa itu terjalin, dia tidak bodoh untuk berkata ada gerakan baru di hati.

Dia sangat banyak berdosa. Mati pun tidak cukup untuk membayar Daniel. Mengingat betapa besar cinta dan pengorbanan sang kekasih lama, Diana kembali menumpahkan air mata.

Ada bagian kecil di akal sehatnya yang berkata, menyesali kehidupan sebelumnya tidak ada maknanya. Tuhan memberinya reinkarnasi bukan untuk menyesali hal yang terlalu lama berlalu. Juga terlalu bodoh bagi-Nya untuk menciptakan lingkaran setan antara takdir Diana dan Daniel. Apa gunanya?

Akan tetapi, manusia selalu menjadi manusia.

Mereka menakuti sesuatu yang tidak mereka pahami, menyesali sesuatu yang mereka ketahui, mendambakan sesuatu yang belum pernah mereka alami.

Diana, menyesali perbuatannya pada Daniel. Menakuti masa depan yang terjadi bila bersatu dengan Lucifer. Tapi di saat yang bersamaan, dia merasa bahwa:

Dia mungkin telah melewati lingkaran setan itu.

Dan mulai mencintai Lucifer.

7th April 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang