Hentak satu di lintas bumi, satu lagi langkah Lucifer berbunyi. Sudah seminggu berlalu dan dia belum menemukan orang yang dimaksud Hades, ini menjadi kesulitan pertama yang dia rasakan dalam tujuh abad selain berpisah dengan Diana.
Mulanya dia memasuki mode berserk dan membunuh orang-orang secara membabi-buta hanya begitu kecurigaan kecil melanda, lalu Hades secara pribadi datang kepadanya untuk memperingati.
"Semua kekacauan yang kau akibatkan di dunia, itu menjadi tambahan dosa bagi gadis manusia. Tentu itu menambah hukumannya."
Bila tidak terdapat kata yang merujuk kepada Diana, Lucifer mungkin enggan untuk menyerah namun menjadi lebih gila. Akan tetapi, emosi yang pernah dirasakan Diana terhadap Daniel kini bersinggah kepadanya.
"Mengapa semua menjadi dosanya? Meski itu terjadi atas kehendakku." Dia nyaris tertawa.
"Tidakkah kau melakukannya atas dasar kontrak kalian?" Namun Lucifer masih membantahnya, berkata bahwa itu diselingi kepuasan pribadi sang raja iblis.
"Dan seperti itulah hubungan kalian. Sementara kau memporak-porandakan dunia, manusia yang bertukar kontak denganmu hanya akan sibuk menebus dosa-dosanya."
Kala itu, Lucifer mulai melihat Hades dengan sinar getir. Tidak seperti dia lupa, bahwa sosok di depannya masih merupakan Dewa. "Kau seperti menyalahkanku untuk menariknya di sisiku."
Hades tidak menjauhi mata Lucifer, dia tenang dan tenang. "Benar begitu adanya. Kau terlalu ceroboh dan sombong. Bila mencintainya, lindungi dia sejak awal. Kau terlalu menyepelehkan."
Tidak peduli yang dikatakan Hades benar, Lucifer masih menjaga kepalanya sekeras batu. Dia memilih abai dan melanjutkan pencariannya.
Sejak itu, dia menghabiskan ribuan manusia di bawah kendali pemegang kontraknya yang berkuasa besar di dunia. Politisi, pengusaha, jenderal, teknisi, yang tak terhitung banyaknya, tak satu yang menemukan tanda-tanda bersangkutan pada anggota Petrichor.
Juga tidak ada satu dari warga desa yang bahkan mengetahui kepulangan Diana karena memang Lucifer menggunakan teleportasi saat itu, tidak membuat keributan sedikit pun selain penyewaan kuda. Itu pun dilakukannya menggunakan bentuk fisik lain, tidak ada yang mengenali.
Hal itu mempersulit semua pencarian tanpa adanya saksi mata. Namun untuk sebab kematian Diana, kurang lebih mereka mendapat pencerahan.
Sedikit dari warga desa yang dekat dengan Diana tahu tentang alerginya terhadap geranium pelargonium, bunga merah muda manis yang biasa diikut sertakan dalam pembuatan makanan penutup.
Mengingat kembali sepasang pie dan cokelat basi di rumah kayu mereka, Lucifer mendapat hasil laboratorium yang menuliskan bahwa kedua dari mereka mengandung zat yang sama.
Diana sebenarnya telah dibunuh.
Murka Lucifer berdampak kepada seluruh alam abadi. Berita ini tersebar hingga ke surga, bahwa sang penguasa dosa telah jatuh cinta kepada seorang manusia yang kini tewas tak bersisa.
Lucifer sekali lagi mendatangi Hades, bisa dibilang satu-satu teman terdekat yang sekarang juga menjadi sosok yang melemahkannya.
"Tidak ditemukan jejak. Bahkan loyang besi itu hanya berisi sidik jari Diana. Pula di antara semua kerabat Petrichor, mereka semua kupastikan telah habis. Kukira pembunuh Diana mungkin saja mati di hari yang sama, beritahu aku sekali lagi mereka yang memasuki neraka dua bulan ini."
Hades seakan tahu bahwa Lucifer akan datang, dia menyimpan keinginan untuk menolak sebelum melembut ketika melihat kondisi temannya.
Sosok yang selama ini selalu tampak agung meski di tengah hitam, yang dulu memaksa Hades untuk menjaga penampilannya jika ingin merayu Persephone. Semua dukungan yang terjadi antara keduanya lebih menyebabkan Hades tak menyangka seorang Lucifer mampu memperlihatkan keadaan ini.
Walau dia pada dasarnya abadi, Lucifer berantakan dari atas sampai bawah. Tidak memungkinkan adanya kantung mata sebab kurang tidur, namun dia dapat melihat sirat lelah dan sedih di antara mata merah Lucifer.
Rambut hitam yang sering berantakan untuk memamerkan kenakalan segar, saat ini hanya tampak tidak terawat secara jujur. Kain hitam berharga yang selalu membalutnya kini hanya terlihat kusam dengan bekas darah kering yang telah lama tidak dibersihkan.
Akhirnya Hades menjawab, "Tidak ada yang mati."
Saat ini Lucifer terlalu dibutakan letih, dia meraung mengumpati Hades bila dia telah membohonginya. Sampai dia menyelesaikan satu kalimat dengan seluruh tenaga yang mematahkan kaki sepanjang mata memandang penduduk neraka, Hades baru mencipta kabut penuh deretan nama asing.
"Tidak ada yang mati," ulangnya.
Lucifer, dengan napas memburu, menggetarkan bulu matanya sementara meneliti nama-nama yang memiliki Diana Prachél di antaranya.
Membaca kembali nama sang kekasih, Lucifer sempat lupa mengedipkan mata. Tetapi terdapat genangan air yang perlahan memenuhi sepasang matanya, dia tidak ingin menunjukkan kelemahan ini namun tidak bertahan cukup kuat.
Kedua lututnya bertemu tanah, Lucifer berlutut kepada Hades. Putus asa bahkan untuk memberi semangat sepasang tungkainya.
"Tolonglah aku," bisik Lucifer dalam tunduknya.
Hades yang selama ini memelihara ketenangan di telapak tangan, kini meremukkannya seperti sepotong kaca tipis.
"Hades, aku pula... Ingin mencintai. Dan dicintai. Meski salah, kupikir aku tak akan mampu melepas keegoisan ini akannya."
Begitu Lucifer membiarkan getar suaranya didengar siapa pun, itu bersatu di pikirannya bersama seluruh jerit tangis para pendosa. Dia sepenuhnya hilang kendali dan lemah. Sengsara dan sengsara. Mendengar suatu hal sejenis itu, hanya membuat dirinya membebaskan kehancuran hati di depan Hades.
"Tolonglah aku."
Namun Hades masih seorang Dewa dengan tanggung jawab. Di luar semua dukungan dan pertemanan erat antara mereka, bagaimana pun Lucifer yang juga teman terdekat tunggal miliknya yang dijauhi siapa pun. Bagaimana pun dua sosok yang disebut kebengisan di mata dunia bersatu, dia masih berbeda.
Lucifer menengadah dan menatap, "Tidakkah ada yang bisa kutawarkan kepadamu?"
Hades menggeleng sebagai jawaban. "Mungkin kau lupa. Meski kita sama-sama terkait dosa, aku masih menjadi pihak yang mendisiplinkan mereka. Daripada kau yang hidup dari mereka."
Hades enggan memberi teman kesengsaraan lebih, lalu dia melanjutkan. "Tapi aku bisa membantumu bertemu dengannya."
Dia mengajak Lucifer ke sebuah ruang tertutup di pinggir neraka penindas. Meninggalkan pria kacau itu sendiri menunggu dengan binar harapan dan rindu.
Tak lama, seorang gadis berbungkus kain putih yang sekarang diwarnai merah darah tiba di depan Lucifer. Dengan tubuh penuh luka yang perlahan memulihkan diri, seperti menandakan dirinya sudah siap melanjutkan siksaan.
Rambut lurus yang selalu halus dan rapih hanya menjadi berantakan dan gugur, tetapi mereka bekerja dengan sistem yang sama dengan luka lainnya. Bagian yang botak, kembali ditumbuhi rambut dengan kasar sampai meneteskan darah dari pori-pori.
Diana hampir terbiasa dengan rasa sakit penyembuhan yang tidak bisa dibandingkan. Dia masih sempat menyapa dengan senyum kasih sayang.
"Maaf, aku pasti terlihat jelek saat ini."
Lucifer menarik napas dingin melihat sang kekasih, tanpa sadar menumpahkan air matanya melihat tubuh Diana yang dia agungkan sekarang dilindungi deras tetes darah.
Dia bersimpuh sekali lagi, kali ini bahkan tak sanggup untuk sekedar berlutut.
"Tidak... Tidak. Bagaimana mungkin? Kau tidak pernah terlihat buruk. Kau masih cantik... Kau selalu indah."
Dia menaruh kepalanya di kaki kasar Diana yang baru menyelesaikan penumbuhan kuku. Dia membubuhi kecupan di punggung kaki putih itu.
Isak pilu Lucifer berkata, "Ana.. Diana.. Kukira aku tak akan mampu bertahan lagi."
10th April 2022
Hiii makasih udah baca sampai sini. Udah kasih bintang juga belum?? Gak bakal rugi apa pun kokk, tinggal pencet. Yukk

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] LUCIFER (5 Cents Of Love)
FantasiDiana memelihara seorang bocah, tanpa mengetahui identitasnya sebagai raja iblis penuh obsesi. ㅤㅤㅤㅤ *** Lucifer memuja Diana, maka dia rela membuang kebanggaannya, menaruh kepalanya sejajar dengan k...