09. Heavenly Blessing That The Demon Saw

2.4K 290 9
                                    

"Bersihkan dulu tubuhmu, aku akan menyiapkan pakaiannya."

Diana melepaskan tangan Lucifer begitu memasuki rumah. Dia membuka kantung kertas besar yang berisi pakaian baru Lucifer.

Anak itu hendak menurut juga tidak terima, "Kau sendiri tidak bersiap?"

"Aku akan bersiap setelahmu."

Itu terdengar salah. Bukankah lebih banyak yang harus dipersiapkan wanita daripada anak kecil seperti Lucifer? Dia hampir memusingkan hal itu namun segera mengalihkan.

Lucifer beranjak ke ruang di bagian belakang rumah, yaitu kamar mandi. Di bagian itu, rumah dibangun oleh batu dan bukan kayu. Ruangan itu bernuansa abu dari batu, juga kayu pada wastafel di bagian tengah. Yang membatasi antara bak batu luas di bagian kiri serta shower dan kloset di bagian kanan.

Lucifer sudah lama tidak menyenangkan tubuhnya, dia ingin berendam. Tapi terhenti ketika teringat akan Diana yang menunggu.

Lain waktu, dia akan menyuruh Diana mandi lebih dahulu.

Lucifer mendekati shower sambil melepaskan setiap lembar kain pada tubuhnya. Khusus untuk baju hangat Diana, dia melipat sebaik yang dia bisa dan menyimpannya di area kering wastafel.

Lucifer baru saja akan memutar keran, pintu kamar mandi dibuka dengan keras.

Helaan napas terdengar. "Syukurlah kau belum mandi! Aku lupa memberitahu pemanas air sedang rusak. Aku memasakkanmu air panas untuk itu."

Diana menjelaskan, dia menuangkan isi panci ke dalam bak batu. Dia tidak mendapati jawaban dari Lucifer jadi tidak juga terlalu peduli. Dia memikirkan hal lain berupa penampilan Lucifer setelah didandani dengan layak. Hatinya secerah pagi hari. Dia tak lupa menambahkan air dingin untuk menyesuaikan suhu. Demikianlah Diana melangkah keluar dari kamar mandi.

Membiarkan Lucifer tersengat kejutan.

Diana tidak melirik tubuhnya sama sekali, jiwanya sebagai pria dewasa merasa sakit. Memang benar, tubuhnya yang sekarang tidak menarik dalam segi mana pun, tetapi Lucifer masih tidak bisa membantu dan sakit hati.

Dia duduk di dalam bak, keinginannya untuk berendam sudah hilang tak bersisa. Lucifer membersihkan badannya memakai sabun cair yang sama dengan aroma Diana. Ini sedikit manis, dia biasanya tidak begitu cocok dengan sejenisnya. Namun karena ini tercium seperti Diana, Lucifer hanya bisa menyukainya.

Lucifer tidak membutuhkan banyak waktu. Dia segera keluar mengenakan jubah mandi yang kali ini pas dengan tubuhnya. Salah satu dari barang belanjaan Diana, gadis itu berjanji akan mencucinya besok. Kali ini sangat mendadak, jadi Diana meminta Lucifer untuk bersabar.

Tadi sembari membersihkan tubuh, Lucifer teringat sihirnya yang gagal. Mereka berdua tidak membicarakannya lebih lanjut. Dalam hati, Lucifer penasaran tentang apa yang mengisi pikiran Diana. Gadis itu tidak menunjukkan reaksi yang pasti. Juga tidak tercengang akan sihirnya atau apa pun selain kecemasannya terhadap menghilangnya fisik Lucifer terakhir kali ketika akan berubah wujud.

Dia berniat untuk menanyakannya sehabis ini.

Lucifer menemukan Diana sedang membawa dua gelas putih dengan uap di atasnya. Menaruh masing-masing pada meja rendah di ruang tonton, Diana memanggil Lucifer yang disadari kedatangannya sedari tadi.

"Untuk penghangat tubuh sementara. Kita makan malam di rumah Kepala Desa. Habiskan selagi aku bersiap." Diana mengusap kepala Lucifer sebelum menegakkan punggungnya.

"Aku ingin mengobrol denganmu." Lucifer menyela.

"Tidak untuk sekarang, Lu. Kita tak punya banyak waktu, atau perutmu akan terlalu lama kosong." Putusnya lalu meninggalkan pria kecil dengan cokelat panas dan televisi yang mengeluarkan suara sayup-sayup.

Lucifer senang untuk perhatian Diana, tapi itu berlebihan. Dia tidak akan mati kelaparan, tidak juga menjadi tulang bungkus kulit. Dari pada itu, rasa penasarannya atas isi kepala Diana lebih penting.

Namun karena Diana telah memutuskan, biarkan saja. Lucifer hanya perlu menurut karena Diana tidak akan salah. Apa sulitnya menunggu.

Lucifer mendapati pakaian laki-laki kecil di atas bantalan sofa, meyakini bahwa itu adalah miliknya dan segera mengenakan pakaian itu terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugasnya untuk cokelat panas buatan Diana.

Dalam kegiatannya, Lucifer menyetujui selera Diana dan Nyonya Brown. Ini tidak berbeda jauh dari pakaian yang dikenakannya semasa di dunia iblis. Kain lemah tidak sebaik sutranya, tapi cukup nyaman dan dingin. Memiliki rumbai di bagian dada dengan celana bahan pendek berwarna cokelat.

Dia sudah menebak ini sebelumnya, tapi kali ini Lucifer bisa memastikan kesukaan Diana terhadap warna cokelat.

Lucifer memakai setelan tanpa kesalahan, bahkan rambut hitamnya telah ditata rapih. Selera Lucifer sebagai raja tidak diragukan lagi adalah yang terbaik. Yah, meski saat ini dia hanya sebatas gelandangan yang menumpang pada seorang gadis manusia untuk hidup nyaman.

Lucifer menghabiskan cokelatnya yang telah dingin. Rasa manis asing namun secara mengherankan cocok dengan seleranya. Entah karena rasanya yang lembut dalam setiap tegakan, atau karena cokelat ini mengingatkannya pada Diana tanpa akhir.

"Kau sudah selesai?" Diana menginterupsi perhatian Lucifer. Bocah lelaki itu sontak menoleh untuk melihat penampilan Diana yang diam-diam dia nantikan sedari tadi. Diana akan menghadiri acara, dia tentu akan berpenampilan sedikit lebih istimewa.

Benar saja. Bulu mata Lucifer bergetar begitu pandangannya seperti diberkati. Dia selalu merasa hidupnya tidak berguna sampai saat ini. Lebih tepatnya, Lucifer merasa seluruh dunia adalah bodoh dan sampah yang membosankan. Sampai keindahan pertama menyentuh hatinya. Pujaan yang kali ini dipercayainya adalah kebenaran.

Diana mengikat setengah rambut bagian atasnya dengan kepangan, terdapat aksesoris sederhana yaitu bunga persik putih di sekitarnya. Kontras dengan rambut cokelatnya. Gaun itu berwarna hijau daun sebatas pertengahan betisnya. Membuat Diana tampak semakin ramping dengan hak berwarna tulang yang tidak terlalu tinggi.

Bibir itu, hanya diberi warna natural namun sukses menarik perhatian liar Lucifer.

Lucifer saat itu hanya terlihat sebagai bocah lelaki berusia tujuh tahun. Ekspresi jujurnya tampak sangat lucu bagi Diana.

Gadis itu mendekati di mana anak laki-laki itu berdiri, berjongkok tepat di hadapannya. Tanpa sepengetahuannya, semua terjadi secara diperlambat di pandangan Lucifer. Bahkan ketika mata persiknya yang jernih sejajar dengan milik Lucifer, lelaki dewasa di dalam sana sebenarnya merasa detakan itu lebih nyata dari sebelumnya.

"Apakah sangat cantik?" Diana berniat bercanda. Dia memiringkan kepalanya sampai rambut panjangnya berjatuhan bebas menunjukkan leher jenjangnya.

Suasana sangat hening. Cahaya rembulan masuk melalui jendela kaca besar yang terdapat banyak dalam rumah kayu mereka. Lucifer termangu atas kecantikan di depan mata. Tangan kecilnya mengambil tempat di arah detakan liar itu.

Dia mengalihkan pandangannya beberapa senti ke bawah. Senyum tipis tercipta. "Jika sesuatu seperti ini disebut keindahan, maka itu akan terlalu egois bagi dunia. Namun jika ini adalah suatu berkah, akan tidak pantas bagiku melihatnya."

20th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang