12. My Adoration On You

2.3K 274 8
                                    

Seminggu telah lewat sejak kejadian di mana Diana mencium bibir Lucifer. Selama itu pula bocah tersebut menjauhi Diana seperti makhluk buas.

Diana kurang lebih paham atas kewaspadaan Lucifer. Dia tidak mengira Lucifer akan mempunyai trauma pada ciuman di bibir. Wajar saja, anak itu terlihat sangat baik. Pasti ada satu dua orang yang pernah berniat jahat padanya dalam maksud seksual.

Sungguh menyedihkan. Diana tak habis pikir pada orang-orang bejat itu. Jika Lucifer memberitahunya, Diana akan dengan senang hati memberi pelajaran yang setimpal pada mereka. Bagaimana bisa pada anak sekecil itu, Diana bahkan tidak tega menyebutkannya.

Diana telah memberanikan diri untuk mengajak Lucifer berbincang. Anak itu sudah sedikit luluh setelah seminggu. Tapi Diana tidak bisa untuk waktu yang lebih banyak. Dia mengira menghadapi trauma seorang diri akan terlalu berat bagi anak seusia Lucifer, akan lebih baik untuknya menemani.

"Lu, temani aku mengobrol?"

Diana duduk di sofa double di depan televisi. Dia menepuk bantalan kosong sambil berbicara pada Lucifer.

Bocah itu memperhatikan gerak-gerik Diana dan tidak bisa merasa tenang. Dia menyanggupi permintaan Diana namun mengambil tempat di sofa tunggal seorang diri.

Diana sakit hati. Orang-orang bejat mana yang bisa membuat jaraknya dengan Lucifer menjadi sangat jauh? Keterlaluan. Entah apa yang mereka telah lakukan.

"Lu, aku tahu itu berat. Aku juga minta maaf. Tapi ketahuilah, aku berbeda dengan mereka." Diana berbicara dengan wajah prihatin yang tulus. Sebenarnya sangat sedih karena harus menjadi sangat berhati-hati pada sosok yang paling dikasihinya.

Lucifer, "???"

Diana tidak mendapatkan jawaban dari Lucifer, dan menjadi lebih sedih lagi. Apakah karena kesalahan kecil itu dia akan diberi benteng yang kokoh oleh Lucifer? Maka dia tidak akan bertahan.

"Sungguh, aku benar-benar minta maaf. Maksudku sama sekali tidak buruk. Kau tahu, Lu, bagi sebagian orang di bumi, hal itu sudah seperti salam dan tanda kasih sayang." Diana mengangguk seolah berusaha menyakinkan Lucifer. Perkataannya tidak diragukan lagi adalah benar, jadi biarkan kakak ini memelukmu lagi.

Lucifer, "???" Saat ini mulai diikuti oleh ekspresi heran yang jijik.

Gadis ini, apa lagi yang dia bicarakan?

Diana selalu tidak peka. Lambat, lambat, dan lambat setiap kali hal-hal mengarah pada area sensitif. Hal penting harus diucapkan tiga kali agar tidak lupa. Diana entah mengapa bisa menjadi sangat polos, atau dia hanya terlalu percaya pada kepolosan Lucifer yang sesungguhnya adalah kebohongan besar.

Tidak juga. Sedari awal, Lucifer tidak pernah bertindak seperti bocah. Dia juga tidak berakting menjadi lugu. Jadi ini semua kesalahan Diana. Diana yang terlalu buta setiap kali mengenai Lucifer. Dia tidak hanya menutup sebelah mata, namun kedua matanya!

Tidak cukup dengan itu, Diana mungkin menutup telinga dan hidung jika itu bersangkut paut pada Lucifer.

Anak yang seluruh desa tahu tidak biasa. Bahkan remaja berusia belasan tahun pernah berkonsultasi pada Lucifer untuk menyelesaikan masalahnya di sekolah. Bagaimana bisa Diana yang hidup di bawah atap yang sama tidak menyadari kejanggalan bocah ini?

"Lu, bicara padaku. Kumohon. Aku akan tidak tertolong jika kau terus mendiamiku. Kau tahu aku bagaimana dengan baik."

Diana hampir menangis. Lucifer juga sama. Mereka akan menangisi satu sama lain jika diteruskan.

"Pertama, sebenarnya apa yang kau pikirkan?" Baik, biarkan Lucifer mendengarkan skenario dramatis apa lagi yang diciptakan sisi emosional super melankolis Diana.

Diana memberitahu dengan hidung yang mulai merah. Asam karena kesedihan. "Kau mempunyai trauma karena pernah di..." Diana memikirkan hal nista itu dan menutup mulutnya karena rasa sedih mencekik. Itu terlalu buruk. Terlalu kejam. "Mereka pantas mati!!"

Lucifer yang akan mati.

Bocah itu, tidak, pria dewasa di dalam sana merasa seperti sedang melaksanakan ujian akhir. Gadis ini, harus bersyukur pada langit dan bumi karena telah merebut cinta Lucifer hingga diberi kesabaran yang tak terhingga.

"Pernah di-apa?" Ayolah, Diana. Katakan pada priamu ini. Dia hanya berat hati untuk mempercayai tebakan klisenya. Karena dia mengira itu terlalu bodoh bahkan untuk Diana yang seperti penatua serial drama.

"Ini terlalu buruk untuk disebut. Kau akan membangkitkan traumamu, Lu. Tidak perlu memaksakan diri." Diana menyeka air matanya sebelum memajukan dudukannya ke dekat Lucifer.

"Astaga. Kenapa begitu sulit? Katakan saja! Lagi pula tidak perlu terlalu yakin dengan pikiranmu! Konfirmasi dulu kebenarannya." Lucifer sudah membanting meja dalam hatinya.

"Kau telah dilecehkan... Di bibirmu." Diana menutup wajahnya dengan kedua tangan. Terlihat sangat depresi dan itu benar. Seluruh hatinya depresi. Emosi yang sangat besar sampai menular kepada Lucifer.

Dia membayangkan bibirnya yang agung, sebagai makhluk paling mulia di dunia iblis telah disalahgunakan.

"Itu tidak pernah terjadi, Ana."

"Aku tahu, itu sangat berat... Apa?" Diana bangkit dengan raut tidak percaya.

Seharusnya Lucifer yang tidak percaya. Sejak awal pertemuan mereka, Lucifer selalu tampak berani dan penuh semangat. Diana sendiri pernah melihat kemampuannya membela diri.

Dia bocah yang memiliki seribu akal untuk menyakiti lawannya. Terlalu banyak bukti yang sudah diperlihatkannya pada Diana.

Sudah. Diana mungkin mengira itu terjadi pada usia balitanya. Tapi sebenarnya bajingan mana yang berani? Bahkan setan perawan tidak akan berpikir sampai sana. Mereka mungkin memperkosa siapa pun yang mengira mereka melakukannya sampai mati. Kebanggaan mereka masih tinggi.

"Itu tidak akan pernah terjadi." Jika hal seperti itu terjadi, dia akan menyuruh Hades untuk berinovasi dalam hukumannya di neraka. Biarkan bajingan tidak berakal menempati bagian terburuk dari alam baka. Reinkarnasi hanya sebuah kotoran bagi mereka. Jiwa mereka harus membusuk lalu kembali membusuk.

"Syukurlah!" Bahu Diana turun bersama dengan tubuhnya kembali pada sofa.

"Mengapa kau berpikir sedemikian rupa?" Lucifer bertanya sabar.

"Kau terlihat sangat tampan bahkan di usia semuda ini. Kurasa itu mungkin."

Lucifer tidak mengubah ekspresinya. Tapi hatinya dipicu ekstasi yang ekstrim. Dia tahu dirinya tampan, dan ternyata itu sedikit berbahaya bagi kewarasan Diana. Dia sampai memungkinkan hal buruk itu, ketampanan Lucifer pasti di ambang batas. Dia akan memikirkan ini lain kali. Kasihan kekasihnya.

"Ana, kau tidak perlu khawatir."

Ketampanan dan kekuatan ini selamanya milik Diana seorang. Tidak akan ada pengecualian bagi hal lain untuk menyentuh.

Lucifer hanya akan memuja Diana, jadi apa boleh buat.

21th February 2022

[END] LUCIFER (5 Cents Of Love) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang