bagian 2

1K 174 203
                                    

HAPPY READING SEMOGA SUKA YA:)

"Benar kata orang jangan berlebihan dalam membenci sesuatu.Tuhan bisa saja membalikkan hati, yang kita benci menjadi hal yang paling kita sukai,".

Baru saja Vishaka pulang dari sekolah kini dirinya telah disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya muak.
Gadis aneh yang Tiga bulan lalu menjadi tetangganya tengah berdiri di depan pagar rumah miliknya. Gadis itu nampak tersenyum kala Vishaka mulai mendekat.

"Ngapain disitu? minggir jangan halangin jalan gue."

"Woi budek Lo? Minggir!" Vishaka memaki gadis tersebut yang menurutnya sangat aneh dan mengganggu kenyamanan. Menurut Vishaka orang yang suka mengganggu kenyamanan itu tidak pantas untuk diperlakukan dengan sopan

Vishaka tidak tau apa maksud kedatangan gadis aneh itu. Tetangganya tersebut memang sudah beberapa hari ini suka menampakkan diri, suka datang mengganggu Vishaka. Sudah seperti jelangkung saja datang tak di undang pulang tak di antar.

"Abang Vishaka gak boleh marah nanti cepat tua,".

Apa katanya tadi, Abang? Rasanya Vishaka ingin memuntahkan isi perutnya. Vishaka benar-benar tidak suka jika harus di panggil Abang oleh orang yang baru mengenalnya. Lagipula Vishaka tidak tertarik untuk memiliki seorang adik.

"Gue bukan Abang lo," ketus Vishaka.

"Kata Mama harus sopan sama yang lebih tua."

Mendengar kata Mama Vishaka jadi merindukan ibunya walaupun tidak ada kenangan manis untuk di kenang. Entalah jika membahas tentang wanita yang telah melahirkan nya itu selalu membuat perasaan nya menjadi lebih sensitif.

"Aku Elegi Swastamita," gadis yang baru saja Vishaka berikan sikap kasar itu memperkenalkan diri. Hingga lima menit kemudian uluran tangannya tak juga Vishaka terima membuat gadis yang bernama Elegi Swastamita itu mendengus kesal.

Vishaka menatap Elegi tajam, "Lo bisa gak, gak usah ganggu gue, gue capek habis pulang sekolah," tekan Vishaka kemudian berlalu dari hadapan Elegi.

Elegi melangkahkan kakinya kembali ke rumah, besok dia akan mencoba mendekati Vishaka lagi. Tidak kenal kata menyerah baginya, dia benar-benar tertarik pada laki-laki tinggi, pemilik mata coklat hazel itu. Awalnya Elegi merasa bosan harus pindah rumah, namun saat mengetahui bahwa tetangganya adalah cowok seperti yang ada di novel yang pernah di bacanya membuat Elegi akhirnya menikmati rumah barunya. Selain itu kamar dirinya juga menghadap langsung ke kamar Vishaka membuat Elegi bisa dengan leluasa mencuri-curi pandang kepada Vishaka yang biasa bermain gitar dari balkon kamarnya.

"Ur my future husband," gumam Elegi riang.

.
.

Malam ini Vishaka kembali bermain gitar dari balkon kamarnya seraya sesekali menatap langit malam, suasana malam yang begitu menenangkan membuatnya hanyut dalam perasaan. Bintang-bintang yang bertabur dan bulan yang bersinar terang semakin membuat suasana nyaman dan tenang. Serta semilir angin yang hilir mudik membuat pohon-pohon bergoyang seolah menikmati tiap alunan petikan gitar Vishaka.

Terkadang untuk tetap hidup butuh alasan sederhana, dan salah satu alasan Vishaka adalah bisa melihat bintang dan bulan pada malam hari. Selain kepada Tuhan pada malam lah dia juga bisa mencurahkan perasaannya, seoalah bintang-bintang itu adalah beribu harap dan bulan adalah satu dari harapan besar yang paling dirinya inginkan.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang