Memaafkan bukan perkara mereka pantas untuk di maafkan, tapi karena kamu pantas mendapatkan kedamaian.
~Author gemoy🤭
Tentu saja hampir masing masing-masing orang memiliki harapan dan impian namun apakah semesta mengabulkan semuanya dengan begitu saja? Tentu saja jawabannya tidak. Butuh perjuangan dan pengorbanan untuk meraihnya. Ujian dan terpaan berbagai masalah tentu saja datang sebagai pelengkapnya.
Begitu inti sari dari novel pembelajaran hidup yang barusan Elegi selesai baca. Setelah menyelesaikan membaca novel pembelajaran hidup tersebut mampu mengubah cara pandang Elegi terhadap dunia dan isinya. Sekarang Elegi paham mengapa selama ini dirinya merasa selalu tidak beruntung, ternyata dia lupa mensyukuri nikmat atas hidupnya.
Elegi menghirup nafas nya dalam-dalam mencoba berdamai dengan keadaan yang mungkin memang menyakitkan, hari ini Lia mengajak Elegi pergi ke pengadilan agama, sidang pertama perceraian kedua orangtuanya itu dilakukan hari ini. Entah sejak kapan Mama Lia membuat laporan hingga tiba-tiba sudah sidang saja. Elegi tak menyesalkan atas tindakan yang dipilih oleh mama nya itu, lagi pula siapa yang Sanggup lama-lama hidup satu atap dengan madu nya.
Tentu saja Lia telah mempersiapkan semuanya termasuk masalah pembagian harta Gono gini dan bahkan beberapa aset seperti rumah sudah dia rubah atas namanya tanpa sepengetahuan suaminya itu.
Dalam sidang pertama hari ini Andra tidak hadir, Lia bersyukur atas ketidakhadiran laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu. Dengan begitu pihak pengadilan bisa lebih cepat mengambil keputusan.
Sidang hari ini telah selesai dengan lancar, sidang kedua akan dilaksanakan hari kamis di Minggu depan.
Sekeluarnya dari pengadilan Lia mengajak Elegi untuk bersenang-senang, dia membawa Elegi pergi ke Mall.
Di mall Elegi menatap heran kepada Mama Lia yang begitu berbeda dari biasanya, jika dulu mama nya itu suka berhemat maka tidak dengan sekarang dia nampak memilih beberapa barang. Di tangan Elegi sekarang bahkan sudah ada beberapa totebag belanjaan dari Mama nya tersebut.
Meskipun heran Elegi memilih untuk diam saja tanpa melayangkan sedikit pun protes atas perubahan sikap mama nya.
Tadi dia sudah sempat bertanya kenapa mama nya itu belanja begitu banyak barang, namun jawaban mamanya itu yang diluar nalar membuat Elegi akhirnya bungkam. Ya Lia bilang daripada uang suaminya habis digunakan sama dua wanita iblis di rumahnya itu lebih baik Lia dulu yang menghabiskannya.
Samar Elegi tersenyum tatkala menyaksikan mamanya itu berbelanja dengan riangnya. Sudah lama elegi tidak melihat wajah ceria tersebut.
*
"Jadi kedua orangtua lo beneran mau cerai?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh Aksa setelah Elegi bercerita barusan. Saat ini mereka semua berada di rumah Vishaka.
Elegi mengangguk lesu sebagai jawaban atas pertanyaan dari Aksa barusan, dia tidak tahu harus senang atau sedih. Senang melihat mamanya akhirnya tidak perlu merasakan sakit hati lagi jika meyaksikan papanya berdua bersama Sarah. Sedih jika mengingat fakta bahwa keluarga mereka tidaklah utuh lagi.
"Terus lo bakalan tinggal sama om Andra atau Tante Lia?" tanya Michael kali ini dia menatap Elegi serius.
"Tentu saja ikut Mama," jawab Elegi. Tidak mungkin dirinya memilih ikut dengan papanya yang jelas-jelas menjadi penyebab sakit hatinya. Dan suka bermain wanita, Elegi selalu berdoa semoga dirinya dijauhkan dari laki-laki seperti papa nya itu. Jangan sampai papa nya yang berbuat justru elegi yang menerima karma atas perbuatannya.
"Kenapa baru sekarang Tante Lia berani mengambil keputusan untuk berpisah?" Vishaka pun juga bertanya lantaran sudah lama Andra menyakiti Lia namun baru sekarang orangtua Elegi itu mengambil keputusan.
Elegi mengangkat bahunya tak mengerti, tapi yang jelas mamanya itu pasti sudah menyiapkan segalanya sebelum berpisah.
"Rumah di sebelah nantinya akan jadi milik siapa?" cowok yang sejak tadi diam itu akhirnya ikut membahas masalah ini.
"Kata mama dia sudah merubah sertifikat rumah atas nama dirinya," jawab Elegi.
Vishaka menganggukkan kepalanya mengerti "Tante Lia cukup lihai, sudah merencanakan semuanya, dia tidak akan berpisah tanpa mendapatkan apa-apa." Putus Vishaka.
Bara dan Intan yang tadi tidur siang akhirnya bangun, keluar dari kamar sembari menggendong Viseleo. Kedua bocah itu nampak terawat semenjak tinggal bersama Vishaka. Sangat berbeda saat pertama kalinya Vishaka menemukan mereka.
"Kalian sudah bangun, sini duduk disini," ajak Elegi kepada kedua bocah tersebut.
Bara dan Intan menatap ke arah sekumpulan orang dewasa yang menurut mereka membosankan. "Tidak kak, Bara dan Intan mau bermain di halaman saja, iya kan Intan?" ucap Bara.
Intan pun mengangguk membenarkan perkataan kakak lelakinya tersebut.
"Baiklah, tetapi harus hati-hati ya jangan main benda-benda yang tajam," peringat Vishaka yang di angguki oleh kedua bocah tersebut.
"Kasian mereka, yang seharusnya masih butuh kasih sayang kedua orangtuanya. Namun takdir begitu kejam kepada mereka," kata Naufal dia menatap punggung bara dan Intan dengan tatapan iba.
"Namanya juga hidup," jawab Vishaka sembari tersenyum getir. Melihat Bara dan Intan sekarang mengingatkan nya kepada dirinya di masa lalu yang harus tinggal seorang diri. Oleh karena itu Vishaka tidak ingin Bara dan Intan merasakan sakit yang pernah dirinya rasakan dulu. Sebisa mungkin Vishaka akan membuat Bara dan Intan bahagia berada di rumahnya, sebelum kedua anak itu nantinya bisa dibiarkan tinggal di rumah mereka sendiri.
"Kita harus bisa buat Bara dan Intan merasakan kasih sayang," imbuh Vishaka.
Naufal, Aksa, Michael dan Elegi mengangguk mereka paham apa yang Vishaka maksud. Mereka akan bersama-sama membantu merawat dan membesarkan Bara dan Intan.
Benar, dunia ini tidak pernah kehilangan orang baik di dalamnya. Jika kamu tidak menemukannya maka jadilah kamu orang baik tersebut.
"Eh muka lo kenapa Pucat Fal?" celetuk Michael dia memandangi wajah Naufal yang nampak pucat berbeda dari biasanya.
Vishaka, Aksa dan Elegi pun sontak memperhatikan wajah Naufal yang memang tampak begitu pucat hari ini.
Naufal tersenyum kikuk di tatap oleh sahabat-sahabat nya itu. "Gue gak apa-apa, gak ada yang perlu di khawatirkan," jawabnya menenangkan.
"Oke, tapi kalo lo ngerasa gak enak badan segera bilang dan jangan disembunyikan," peringat Vishaka sembari memberikan tatapan mengintimidasi.
Naufal pikir dirinya pucat dan tidak enak badan itu di sebabkan yang dilakukan oleh nya tadi malam. Bukankah semalam cowok itu berjualan jas hujan hingga larut malam wajar saja jika imun tubuh nya lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...