Kamu gak harus jadi pemeran utama di kehidupan siapapun
~Author
Hari ini sidang kedua perceraian kedua orangtuanya telah selesai dengan lancar, karena Andra lagi-lagi tidak hadir. Elegi tidak tau harus sedih atau senang atas hal ini. Sekarang dirinya menjadi anak broken home. Sarah dan Sherina pasti merasa telah menang dengan membuat Andra dan Lia berpisah. Namun beruntung memang rumah itu menjadi hak milik Lia dan Elegi.
Saat tiba di rumah, Elegi menatap Papanya yang nampak kacau, dia mulai membereskan semua barang-barang nya. Suka tidak suka Papanya itu harus tetap pergi.
Sarah dan Sherina juga membereskan semua barang mereka. Muka keduanya nampak merah menahan kesal, mereka memang senang Andra bercerai dengan Lia tetapi, mengetahui fakta jika mereka harus pergi dari rumah itu, membuat keduanya mencabik kesal.
Lia memperhatikan benda berkilau yang ada di leher Sarah, dia mendekat namun Sarah buru-buru menyembunyikan kalung tersebut ke dalam bajunya. Lia naik pitam, kalung itu adalah pemberian almarhum ayahnya. "Berani kamu sentuh barang-barang saya ha! Kembalikan kalung itu!" tekan Lia, dirinya nampak begitu marah.
"Lia itu hanya sebuah kalung, lagi pula kamu sudah mendapatkan banyak harta dari pembagian gono gini," timpal Andra sembari tetap membereskan barang-barangnya.
"Tapi kalung itu pemberian ayah saya, perempuan itu tidak pantas memakainya!" maki Lia.
Di posisi seperti ini Elegi tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya hanya bisa menghelah nafas sabar lalu dirinya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar saja meninggalkan drama di keluarga mereka. Di susul oleh Sherina yang juga nampaknya enggan menyaksikan perdebatan antara orang dewasa itu, Sherina ikut pergi ke kamarnya membereskan barangnya yang lain.
"Berikan kalung itu!" Lia menatap mantan madu nya itu dengan tajam.
"Kamu jangan serakah Lia," jawabnya membuat Lia tidak bisa bersabar lagi.
"Saya kasih dua pilihan berikan kalung itu secara baik-baik, atau saya sendiri yang akan merebutnya secara paksa," ucap Lia.
"Tidak, aku sungguh menyukai kalung ini."
Amarah yang sejak tadi Lia tahan kini sudah meminta untuk dikeluarkan. Lia menarik paksa kalung di leher Sarah, hingga membuat sang empu menjerit merasakan perih. Meninggalkan jejak kemerahan di lehernya.
"Jadi perempuan kok kasar banget, pantas saja mas Andra menceraikan mu," maki Sarah.
Lia tak ingin meladeni perempuan gila seperti sarah lebih lama, nanti bisa-bisa ketularan gila nya.
"Sekarang cepat kemasi barang-barang kalian, lalu angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki lagi kesini." Titah Lia kemudian dia berlalu meninggalkan mereka disana.
Di kamarnya Lia memperhatikan kalung peninggalan ayahnya yang tadi dirinya tarik paksa dari leher Sarah, kalung itu putus namun sepertinya masih bisa diperbaiki. "Sekarang apa yang sudah menjadi milikku tidak akan aku biarkan dinikmati oleh orang lain," gumamnya.
####VISHAKA####
Malam ini Elegi sadar sesadar-sadarnya bahwa ia berada dalam kegamangan yang luar biasa, dia butuh waktu untuk bisa menata kembali hatinya yang berantakan sejak lama. Meskipun dengan mudahnya mereka meminta maaf kepada dirinya namun apakah trauma itu bisa hilang begitu saja. Pekikan kesakitan, pertengkaran kedua orangtuanya, suara benda-benda yang dilempar dengan asal sangat kuat di ingatan nya.
Kata orang menjadi seorang pemaaf itu mulia, namun jika tidak bisa memaafkan tentu tidak akan mendapat gelar durhaka kan?
Elegi selalu meminta kepada Tuhan agar diberi kebahagiaan. Namun rasanya cobaan hidup nya belum semuanya selesai hingga kata baik-baik saja sulit untuk didapatkan. Kini kedua orangtuanya telah resmi bercerai. Elegi sebenarnya sangat merindukan sosok ayah yang dirinya banggakan dulunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...