bagian 18

237 56 194
                                    

"Kenapa kalian begitu jahat, sudah membuat posisi aku tersingkirkan di hati papa, lalu apalagi yang kalian inginkan?"

~Elegi Swastamita


Elegi merasa dua hari belakangan Vishaka tidak pulang ke rumah, pasalnya tiap malam saat Elegi melihat balkon kamar Vishaka selalu gelap dan tidak ada Vishaka yang biasanya bermain gitar di sana, lalu Elegi akan memandanginya. Kemana Vishaka padahal baru kemarin Elegi dibuat baper oleh perlakuan manis yang Vishaka berikan.

Dengan ragu Elegi mengetikkan pesan, lalu mengirimkannya kepada Vishaka. Kemudian dia memilih untuk meletakkan ponselnya dia takut jika saja pesannya tidak mendapat balasan dari sang pujaan hati, atau bahkan lebih dari itu, bagaimana jika Vishaka Ilfeel kepadanya? Elegi menggeleng mencoba meredam pikiran-pikiran buruk yang berkeliaran memenuhi isi kepalanya.

Sepuluh menit berlalu pesannya belum juga mendapati balasan. Elegi menghembuskan nafas kecewa. Dia kemudian memilih untuk tidur siang saja daripada menunggu balasan yang tak pasti dari Vishaka.

Baru saja hendak merebahkan tubuhnya, pintu kamar Elegi di ketuk dengan kencang membuatnya mau tak mau bangkit kembali untuk sekadar membukakan pintu.

Kekesalan Elegi kian bertambah kala dia melihat di depan kamarnya Sherina telah berdiri lalu tersenyum sok manis kepadanya. "Ada apa?" tanya Elegi.

Sherina sedikit menggeser tubuh Elegi kemudian dia memasuki kamar Elegi seenaknya saja. "Luas juga kamar lo," ucapnya seraya menindai setiap inci kamar tersebut.

Sherina berjalan ke arah kasur Elegi, merebahkan tubuhnya disana. "Wah kasurnya juga empuk," dia kemudian berlompatan di atas kasur tersebut hingga seprei, bantal, dan selimut semuanya jatuh ke lantai. "Elegi sini, seru deh lompat-lompatan disini," ajak Sherina.

Elegi mengepalkan tangannya menahan gejolak emosi di dada. "LO SENGAJA MAU BUAT GUE EMOSI HA! BERHENTI DAN CEPAT KELUAR DARI KAMAR GUE!" pekik Elegi membuat Sherina menghentikan kegiatan. Nampaknya Elegi sudah begitu marah, dia jarang sekali menggunakan panggilan lo gue saat bicara, jika dia bicara dengan bahasa seperti itu artinya sedang dalam emosi yang besar.

Sherina tertawa menatap Elegi sinis, "Ya, jelas gue sengaja. Melihat lo menderita adalah hiburan buat gue," ia mendekat ke arah Elegi.

"Gila lo ya," Elegi berdecak kesal menatap Sherina tanpa takut.

"Tenang sayang, tanpa gue lawan pun lo akan tetap kalah saing sama gue. Lo tu cupu, udik, kampungan!!! wajar kalo Papa lo lebih sayang ke gue daripada lo anak kandungnya," ledek Sherina dengan begitu percaya dirinya ia menyombongkan diri.

Gigi Elegi gemeretuk menahan geram, tangannya terkepal kuat mendengar cacian dari saudara tirinya itu. "Keluar atau gue akan berbuat kasar ke Lo!" titah Elegi.

Sherina tertawa keras, "Berani lo sama gue? Haha badan pendek gitu mana bisa lawan gue yang spek Model, jelas gampang bagi gue buat lawan lo," Sherina tak bisa menghentikan tawanya melihat Elegi yang diam.

Sherina berjalan mengambil gelas minum yang ada meja kamar Elegi, kemudian menjatuhkan nya. "Upss, sorry sayang ga sengaja," ucapnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Bangsatttt mau Lo apa sih?! Gue udah gabisa sabar sekarang! Beresin gak semua kekacauan akibat ulah lo ini!" Elegi menatap Sherina nyalang meminta pertanggungjawaban.

Sherina memegang bahu Elegi "Gue mau lo jauhin Vishaka, itu doang sih," ujar Sherina seraya melenggang pergi tanpa berniat sedikit pun membantu membereskan kekacauan yang telah dirinya perbuat.

"Asal lo tau ya, gue ga akan pernah ngejauh dari Vishaka sampai kapanpun itu. Memangnya lo siapa ngatur-ngatur gue! Attitude lo tuh rendahan, lo takut kalah saing sama gue makanya berbuat kasar kek gini dengan harapan gue bakalan nurutin ke inginan lo buat ngejauh dari Vishaka, ga akan, NEVER! Lo camkan itu!" pekik Elegi, dia yakin Sherina pasti masih mendengarkannya.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang