bagian 33

203 17 4
                                    

Kondisikan pikiranmu agar tetap waras. Siapa yang peduli dengan kebahagiaanmu jika bukan dirimu sendiri.
~Author


Elegi mematut dirinya di depan kaca, sejenak ia tersenyum Elegi pikir dirinya tidak seburuk itu dalam hal fisik, hanya saja dalam hal keluarga ia kurang beruntung. Ujian dan cobaan tiap orang itu berbeda-beda dan sudah takdir karena di anggap oleh Tuhan sebagai orang yang kuat untuk menjalani nya.

Elegi membaringkan tubuh mungilnya ke atas kasur miliknya, ia membuka aplikasi tik-tok. Fyp nya macam-macam mulai dari Vidio gosip selebriti terbaru hingga yang joget-joget melihatkan lekukan tubuhnya. Miris, Elegi merasa tidak pernah memberikan like untuk postingan seperti itu tetapi tetap saja postingan seperti itu lewat di fyp nya.

Bosan, Elegi memutuskan untuk mencari makanan di dapur. Namun baru saja ia hendak membuka kulkas, Mama Sarah mencekal tangannya.

"Jangan ngemil malam-malam gini, ngabisin stok makanan aja padahal tetap aja kecil gitu," sinis Mama Sarah.

"Tapi ma, Ele biasa ngemil malam-malam gini kok," ucap Elegi melas.

"Mulai sekarang gak boleh, syukur-syukur kamu masih di terima tinggal disini. Jadi, ikuti aturan saya," tekan Mama Sarah.

Mama Lia yang sejak tadi ternyata sudah memerhatikan bertepuk tangan. "Sejak kapan aturan di rumah ini kamu yang bikin?" Mama Lia menatap tajam mata milik madu nya itu.

Menciut, Mama Sarah memilih pergi tanpa berkata apapun.

"Kamu jangan mau di atur-atur sama nenek sihir itu," kata Mama Lia.

"Iya ma."

"Mama ke kamar dulu," pamit Mama Lia.

"Ma, boleh gak Elegi ke rumah bang Shaka?" tanya Elegi.

"Tapi ini sudah malam lo sayang," Mama Lia membelai lembut wajah Elegi.

"Yaudah deh besok aja," pasrah Elegi, kemudian ia masuk kembali ke dalam kamarnya.

****VISHAKA****

Lama tak ada kabarnya tiba-tiba William mengangetkan Vishaka atas kedatangannya malam-malam menemui Vishaka. Orang yang selama ini mengucilkan nya dan menganggap jika dirinya adalah anak pembawa sial.

"Betah juga kamu tinggal sendiri di rumah sebesar ini," ucap William memulai obrolan.

"Jelas betah, di rumah ini banyak kenangan saya bersama nenek," jawabnya.

William tersenyum sinis mendengar jawaban dari Vishaka. "Kedatangan saya kesini, saya memintak kamu untuk menjenguk kakak kamu, Arunika sakit dan dia terus meracau menyebut nama kamu. Tolong temui kakak kamu demi kesembuhannya," jelas William.

"Sejak kapan kakak saya sakit? Kenapa anda tidak memberitahu saya?" Vishaka tentu saja peduli terhadap Arunika bagaimana pun mereka berdua saudara seibu meskipun berbeda ayah.

"Tidak perlu tau, datang saja besok demi kesembuhannya," jelas William.

"Saya akan datang sekarang, kenapa harus menunggu besok," ucap Vishaka menatap William. "Jangan larang saya untuk bertemu dengan saudara saya sendiri," imbuh Vishaka sebelum William mengeluarkan sepatah kata pun.

Demi kesembuhan putri kesayangannya William terpaksa mengizinkan Vishaka untuk menemui Arunika yang sedang terbaring sakit.

Gegas Vishaka mengeluarkan motornya dan mengiringi mobil William dari belakang. Di atas motor Vishaka terus saja memikirkan keadaan Arunika, bagaimanapun mereka adalah saudara. "Tunggu gue datang Kak," gumamnya dalam hati.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang