"Hidup adalah sepuluh persen apa yang terjadi padamu dan sembilan puluh persen nya lagi bagaimana kamu menanggapinya."
Lou Holtz
Setelah mengisi perutnya dengan selembar roti lengkap dengan selai cokelat. Vishaka memutuskan untuk segera berangkat ke sekolah, dia selalu memegang prinsip sang nenek yang tidak boleh mengulur waktu. Sampai sekarang ajaran itu selalu Vishaka pegang, dirinya tidak boleh ngaret dan lelet.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk Vishaka tiba di sekolah kebanggan nya SMA Wirabrata. Sekolah elit dengan prestasi yang melejit. Sekolah tersebut adalah SMA swasta yang ketua yayasan nya adalah Hesti Pramesti atau nenek dari Vishaka. Namun, karena neneknya sudah tiada maka Vishaka lah yang diberikan amanah untuk menjadi kepala yayasan.
Setelah memarkirkan motornya Vishaka, segera melangkah menuju kelasnya yakni kelas XII MIPA 1 tempat berkumpulnya anak-anak pintar pilihan. Termasuklah ketiga sahabatnya Aksa, Naufal, dan Michael.
Berjam-jam belajar membuat panggilan alam itu datang, sebagian siswa ada yang memilih ke kantin, namun ada juga yang memilih memakan bekal yang sudah di bawah dari rumah. Ya, meskipun SMA Wirabrata adalah sekolah elit bukan berarti semua penghuninya adalah anak orang kaya. SMA Wirabrata banyak menyediakan beasiswa full kepada anak-anak berprestasi di negeri ini. SMA Wirabrata juga tidak mengajarkan adanya perbedaan kasta di antara siswa siswinya.
"Yok kantin," ajak Aksa yang sedari tadi sudah memegangi perutnya, nampaknya Aksa sudah begitu merasa lapar.
Vishaka, Naufal, dan Michael mengangguk mengiyakan. Di kantin biasanya mereka memilih menikmati makanan nya di pojokan. Tempat paling nyaman menurut mereka.
"Gue cicip minum punya lo dong," ucap Michael kemudian menyeruput minuman milik Aksa tanpa menunggu persetujuan dari sang empu.
Aksa menoyor kepala Michael pelan, "Siapa yang nyuruh lo minum punya gue?" hardik Aksa.
Michael cengengesan merasa tak bersalah, memang tujuan awal dirinya adalah membuat Aksa marah kepadanya. Melihat mimik kesal milik Aksa adalah hiburan tersendiri bagi Michael.
"Sudah-sudah cepat habisin makan kalian lima menit lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai," peringat Naufal, disini Naufal adalah yang paling dewasa di antara mereka. Pembawaannya juga penuh wibawa dan berkharisma. Namun dari segi ekonomi Naufal tidak seberuntung ketiga sahabatnya, Naufal bukanlah orang berpunya dia harus bekerja paruh waktu untuk menghidupi ibu dan adiknya.
.
."Eh Elegi kerjain tugas gue!" Perempuan yang diketahui bernama Alana Loramira itu melemparkan bukunya kepada Elegi yang baru saja tiba di kelasnya. Selalu begitu hampir setiap hari dirinya selalu menjadi kacung Alana. Untuk melawan Elegi tidak berani apalagi status dirinya masih siswi baru di SMA negeri 02 Jakarta. Salah satu SMA negeri pavorite di Jakarta.
Dengan terpaksalah Elegi mulai mengerjakan tugas Alana, yang seharusnya sudah Alana kerjakan dari rumah.
Kata teman-teman sekelas yang lainnya Alana itu takut kalah saing dengan Elegi makanya perlakuan nya begitu kasar kepada Elegi. Alana takut posisinya sebagai cewek populer di sekolah tersisihkan oleh Elegi yang cantik meskipun tanpa make up, juga tampilannya sederhana sikapnya juga bersahaja.
Alana bahkan sempat kagum ada cewek sesempurna Elegi, sebelum rasa iri dan dengki menguasi hatinya. Alana dan antek-anteknya selalu menjadikan Elegi sasaran bully. Padahal dulu Alana adalah orang yang paling benci dengan namanya pembullyan karena Alana sendiri pernah menjadi korban bully saat dirinya duduk di bangku Sekolah Dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...