bagian 17

240 59 153
                                    

"Aku pikir Jadi kamu itu enak, hidup bergelimang harta bisa bebas mau ngapain aja. Tapi, nyatanya aku salah menilai kesempurnaan itu, kamu justru menyimpan banyak rasa sakit dalam hidup. Sekarang aku tahu kamu tidak baik-baik saja,"

_Rigel Pratama Chedrik

                                           
                                           
                                     
Arunika menatap keluar jendela kamarnya. Saat ini ia sedang berpikir bagaimana caranya supaya bisa keluar dari rumah itu. Ya, Arunika sangat ingin pergi keluar, bertemu dengan adiknnya yang saat ini ia rindukan, Vishaka. Sebagai saudara tentu rasa rindu itu ada, terselip di dalam dada.

"Dek kakak rindu," gumamnya.

Untuk keluar rumah Arunika memang harus mendapat izin dulu dari William, itupun Arunika harus dikawal oleh dua bodyguard berbadan kekar dan berperawakan sangar serta berotot di setiap jengkal tubuhnya. Hal itu tentu saja membuat Arunika tidak bebas dan nyaman jika keluar.

Setiap kali Arunika pergi bersama bodyguard nya, setiap itu juga William akan bertanya kemana saja Arunika pergi. Karena itu Arunika tak punya kesempatan untuk bertemu dengan Vishaka. William akan marah besar jika Arunika nekat bertemu dengan Vishaka.

Dijadikan layaknya seorang putri, dituntut harus sempurna membuat Arunika tak bisa menikmati hidupnya. Setiap harinya hanya berada di kamar, belajar dan belajar sesuai yang William perintahkan.

Ia hanya dituntut untuk menjadi sempurna,  setiap hari selalu di datangkan orang-orang yang akan mengajarinya dari rumah. Ia bahkan tak pernah diberikan kesempatan untuk bersekolah, bertemu dengan banyaknya teman. Ia benar-benar tak merasakan momen seperti orang lain pada umumnya.

Ia juga tak diperkenankan untuk memegang ponselnya, ponsel miliknya diserahkan kepada bodyguardnya. Jika ada yang menelpon maka bodyguardnya lah yang akan berbicara. Itu sebabnya ia tak bisa menghubungi adiknya itu. Lagipula ia tak memiliki kontak Vishaka untuk di hubungi.

Terakhir dirinya bertemu Vishaka adalah saat pemakaman ibunya waktu itu. Tetap saja itu tidak bisa mengobati rindunya, menyentuh Vishaka barang sejengkal pun William tak mengizinkannya. Rasa benci dihati William untuk Vishaka sudah terlanjur besar. Status Vishaka yang merupakan anak hasil selingkuhan dari mantan istrinya itu, membuat William sangat membenci Vishaka. Selain itu William percaya jika anak haram akan menjadi pembawa sial dalam hidup.

Merasa sesak merindukan adiknya itu, membuat Arunika Merasa haus. Arunika berjalan mengambil air dalam gelas yang telah disediakan di kamarnya.

Prangg...

"Awkh," rintihnya tertahan. Gelas di genggamannya terjatuh, serpihan gelas yang mengenai kakinya, membuat kakinya itu sedikit mengeluarkan darah.

Dua bodyguard yang berjaga di depan kamar Arunika terlihat masuk memastikan apa yang terjadi.

"Apa kau baik-baik saja, nona muda?" tanya salah satu bodyguard tersebut.

"Ah, tolong panggilkan bi Ratih, suruh membereskan serpihan gelas yang tadi kujatuhkan," jawab Arunika.

Arunika memundurkan langkahnya menjauh dari serpihan gelas yang tadi dijatuhkannya. Ia kemudian berbaring di atas kasur mewah miliknya, menatap langit-langit kamarnya. Ia bahkan tak peduli pada luka bekas pecahan gelas di kakinya itu.

Entah perasaan apa yang Arunika rasakan sekarang, ia merasa hatinya tak tenang. Perasaan tak nyaman terselip di dadanya, ia merasa ini pertanda sebuah pirasat buruk.

Tak lama setelah itu bi Ratih, Asisten rumah tangga di rumah tersebut membersihkan serpihan gelas yang berserakan di lantai kamar Arunika.

"Kenapa gelasnya bisa jatuh begini Non?" tanya bi Ratih penasaran.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang