Beberapa hal dalam hidup memang butuh diperjuangkan sendiri.
~Author
Sedikit banyak dari manusia memandang hidup orang lain jauh lebih baik daripada hidupnya. Lalai untuk bersyukur bahkan nyaris takabur, begitulah sifatnya manusia. Jika tidak begitu mungkin bukan manusia.
Dengan segala keributan di kepalanya Vishaka mencoba untuk terlihat biasa saja. Seperti kebiasaannya di setiap malam, malam ini dia menatap langit-langit yang bertabur bintang. Hal sederhana seperti ini bisa menjadi alasan kuat mengapa dirinya masih bertahan hingga sekarang.
Malam hari ini di balkon sebelah tidak ada terlihat batang hidung tetangganya itu yang biasa mencuri-curi pandang ke arahnya. Kemana gadis itu pikir Vishaka. Ah mungkin dia sudah tertidur dan terbuai di alam mimpi.
Keheningan malam adalah gambaran untuk kehidupan Vishaka yang seorang diri, merasa kesepian dan terabaikan.
Setiap manusia memang memandang dirinya sebagai laki-laki yang beruntung hidup dengan harta yang cukup serta berparas rupawan. Nyatanya itu bukanlah suatu hal yang menguntungkan, hidup seorang diri itu menyakitkan. Dia iri, dia juga merasa ingin memiliki keluarga seperti mereka. Bukankah dirinya juga manusia? Lantas mengapa dirinya tak diberi keluarga?.
Andai saja dirinya tidak terlahir kedunia ini sebagai sebuah kesalahan, pasti hidupnya akan jauh lebih baik daripada ini. Vishaka mengusap dadanya karena kurangnya bersyukur atas semua yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Butuh waktu yang tak sebentar untuk menjernihkan pikiran, memikirkan hidup yang separuhnya nyaris tak berdaya.
Besok atau pun lusa dirinya harus tetap bisa bertahan, anak-anak diluaran sana masih membutuhkan uluran tangan darinya. Sekolah-sekolah di pelosok sana juga masih banyak yang belum dirinya bantu. Vishaka tersenyum tatkala mengingat wajah anak-anak kecil yang menatapnya dengan polos. Anak-anak kecil yang nyaris tanpa dosa itu harus merasakan pendidikan yang layak pikirnya.
"Lo harus tetap bertahan Shaka," gumamnya diikuti lengkungan senyum di bibirnya.
*
"WOII SIALAN TURUN! KITA KE KARAOKE YOK," itu teriakan Aksa dari halaman rumah Vishaka.
Vishaka menatap ke bawah, dia segera turun menemui Aksa dan yang lainnya yang sudah menunggunya di bawah. Tumben sekali malam-malam seperti ini mereka ke tempat Vishaka.
"Mau ikut ke karaoke gak lo?" tanya Aksa.
"Tumben-tumbenan ngajak ke karaoke, dalam rangka apa nih?" tanya Vishaka penuh selidik.
"Mau gak sih, kalo mau cepetan," pungkas Michael yang sudah tak sabaran ingin ke karaoke.
Vishaka memutuskan untuk ikut bersama mereka, kelihatannya asik juga pergi ke karaoke. Daripada dirinya tidak tau harus berbuat apa di rumah, lebih baik ikut saja pikirnya. Kemudian dia masuk ke dalam untuk mengambil jaketnya, tak lupa mengunci pintu.
Vishaka naik ke atas motor Michael sementara Naufal naik ke motor Aksa. Tumben-tumbenan sekali mereka ada ide keluar malam seperti ini, bahkan nyaris tak pernah.
"Mereka siapa Sa, kok keliatan nya ngikutin kita?" tanya Naufal pada Aksa setelah sekitar 30 meter mereka berada di jalan raya.
Aksa melirik sekilas dari kaca spionnya. "Mereka lagi, mau apa sih mereka sebenarnya," geram Aksa seraya menaikkan laju kecepatan motornya.
Michael yang paham keadaan pun ikut menaikkan laju motornya, Vishaka yang berada di boncengannya nyaris saja jantungan. "Lo jangan nyari gara-gara ya El, gue gamau keluar dari rumah sakit malah harus masuk ke rumah sakit lagi," Vishaka mengomel seraya mencengkram kuat baju Michael.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...