bagian 37

218 22 4
                                    


Terkadang bakat emang bisa kalah oleh nekat, tekad, dan selalu sempat.

~Boy Chandra

Setelah melalui serangkaian proses yang panjang melalui rana hukum, akhirnya rumah yang menjadi hak atas Bara dan Intan berhasil di tetapkan untuk keduanya. Mereka semua tersenyum senang bisa membantu kedua bocah yang belum tau apa-apa tersebut untuk mendapatkan hak nya.

Wajah Jaka dan Risma nampak masam ketika dipaksa untuk meninggalkan rumah tersebut. Mereka pergi dengan muka merah menahan kesal dan malu karena telah dzolim kepada keponakan sendiri dan membiarkan keponakan sendiri terlantar.

Jaka dan Risma mendekati Bara dan Intan lalu memeluk dan mencium keduanya bergantian. Mungkin itu bentuk mereka menyalurkan rasa sesal dan permintaan maaf karena gagal menjadi orangtua pengganti untuk Bara dan Intan.

Bara dan Intan kemudian mencium tangan Jaka dan Risma secara takzim karena mereka berdua tidak ada rasa dendam kepada Om dan Tantenya itu.

Vishaka, Naufal, Aksa, Michael dan Elegi mengajak Bara dan Intan untuk kembali ke rumah Vishaka lagi. Nantinya rumah milik Bara dan Intan itu akan di sewakan untuk biaya tambahan Bara dan Intan ketika Sudah gede nantinya.  Saat ini mereka berdua harus tinggal bersama Vishaka karena tidak mungkin meninggalkan dua anak kecil di rumah sendiri.

Naufal izin pamit duluan karena hari ini jadwalnya latihan futsal lagi, sementara Aksa dan Michael juga ingin beristirahat setelah capek beberapa Minggu ini ikut mempertahankan hak Bara dan Intan.

Kini tinggallah Vishaka dan Elegi bersama Bara dan Intan. Suasana jadi tampak canggung antara Vishaka dan Elegi.

"Lo juga boleh pulang kok kalo mau istirahat," kata Vishaka.

"Males! di rumah ada Mak lampir," jawab Elegi dengan muka kesalnya.

Vishaka terkekeh melihat kekesalan Elegi kepada saudara tirinya. Vishaka paham siapa juga yang bisa dengan cepat menerima adanya saudara tiri.

"Lo mau apa sebagai hadiah dari gue sekaligus permintaan maaf karena sifat gue mungkin buat lo ga enak kemarin-kemarin," ucap Vishaka seraya tersenyum menatap Elegi.

"Makasih, aku gak butuh apa apa kok," jawab Elegi dia balas tersenyum seraya berharap agar Vishaka tidak mendengar detakan jantungnya.

Rasanya sudah lama Vishaka tidak menatap Elegi dan tersenyum semanis sekarang. Ah kenapa Elegi merasa jantungnya berdetak lebih kencang sekarang, tidak bisakah perasaan itu dirinya kubur saja dalam dalam.

Elegi mengalihkan atensinya ke arah Bara dan Intan yang bermain bersama Viseleo. Terlihat kucing itu mengeong manja karena di elus elus oleh kedua bocah tersebut.

"Kamu yakin bakalan bisa ngurusin mereka berdua?" tanya Elegi pasalnya Vishaka itu adalah seorang laki-laki dan belum pernah menikah tentu akan sulit baginya untuk mengurus kedua bocah tersebut.

"Kan ada lo yang bakal bantuin gue, anggap aja simulasi berumah tangga," jawab Vishaka disertai kemudian menatap Elegi lalu tertawa. "Gue bercanda, tapi pasti gue butuh bantuan lo dan yang lain juga untuk urus mereka berdua." imbuh Vishaka.

Elegi mengangguk atas pernyataan Vishaka tersebut, tidakkah tau Vishaka jika pernyataan nya tadi membuat perasaan Elegi tak menentu. Guna membuang dalam dalam rasa di dada nya Elegi kemudian mendekati Bara dan Intan meminta kedua bocah itu untuk segera mandi karena sudah sore.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang