Enam bulan Kemudian
Dibawah langit kelabu yang sepertinya
akan turun hujan, seorang gadis duduk bersimpuh di dekat makam lelaki yang pernah menghiasi harinya. Dia menaburkan bunga diatas makam. Pakaian serba hitam beserta kacamata hitamnya membuatnya terlihat sedikit misterius.Gadis tersebut merapalkan untaian doa untuk seseorang yang pernah menghiasi hatinya tersebut. Selesai berdoa dia mengajak kuburan tersebut berbicara seolah yang disana melihat dan mendengarkan dirinya.
"Semenjak kamu pergi persahabatan kita sedikit merenggang, semuanya sudah memiliki kesibukan masing-masing," lirih perempuan berkerudung hitam tersebut.
"Kamu tahu ka? Sekarang Aksa sudah berkuliah di luar negeri, dan Michael lelaki itu memutuskan untuk bergabung bersama Unicef membuatnya terkesan begitu sibuk."
Gadis tersebut berucap dengan suara tercekat di tenggorokannya. Rasanya masih sama, menyedihkan sekali mendatangi pemakaman tersebut.
"Kamu harus tahu Ka, Bara dan Intan sekarang tumbuh menjadi pribadi yang baik, mereka tidak pernah merepotkan ka, oh iya rumah kamu masih di tinggali oleh mereka aku selalu memastikan mereka tidak nakal dirumah tersebut, tentu kamu tidak akan masalah bukan jika mereka tetap tinggal disana sampai waktu nanti mereka bisa mandiri."
Perempuan tersebut berusaha tersenyum mengingat Vishaka begitu baik ingin merawat Bara dan Intan padahal mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. "Kamu orang baik Ka, kamu pantas bahagia disana," lirihnya.
"Oh iya ngomong-ngomong aku belum menceritakan Naufal, saat ini Naufal lebih sering bermain bola bersama team nya. Dia terus latihan namun meskipun begitu Naufal selalu bisa di andalkan sama seperti dirimu Ka, terimakasih karena kamu aku bisa mengenal mereka semua."
Dia mengelap air mata yang telah jatuh membasahi pipi nya. Seberapa keras pun usahanya untuk tidak bersedih tetap tidak berhasil, rasa sedih itu murni muncul ketika dirinya mengingat Vishaka.
Perempuan tersebut mendongak menatap ke langit kala merasakan tetesan hujan mulai membasahi dirinya. Tidak ada niatan dihatinya untuk segera meninggalkan tempat itu, dia justru semakin larut dalam kesedihannya.
Hujan mulai turun dengan deras kini semua pakaian yang dikenakannya sudah basah total. Dia membiarkan air matanya bercampur dengan air hujan, mengeluarkan semua rasa sesak yang mendera hatinya. Tangisan perempuan itu tidak ada yang mampu mendengarkan berhubungan dengan suasana kuburan yang sepi.
Di bawah pohon bunga Kamboja yang menjulang tinggi, ada seorang lelaki yang memerhatikan gadis itu sedari tadi. Dia tidak mampu untuk mendekati gadis yang sedang menangis tersebut lantaran hatinya sendiri juga begitu sesak.
Lelaki itu memang sudah menduga jika perempuan tersebut akan pergi ke kuburan, karena itu dia mengikutinya mengawasi dari jarak yang cukup jauh agar kehadirannya tidak mengganggu.
Keadaannya kini tidak berbeda jauh dengan gadis yang memeluk kuburan tersebut, dia telah basah bermandikan hujan. Mengetahui kilat yang mulai turun disertai petir membuat lelaki itu mau tidak mau mendekati gadis tersebut.
"Elegi, ayo pulang susah lama kamu menangis disini Vishaka pasti tidak suka melihatmu terus bersedih."
Perempuan yang di panggil tersebut mendongak menatap siapa yang memanggilnya. Elegi tadi datang sendiri sengaja tidak memberitahukan kepada siapapun kemana dia akan pergi, namun bagaimana Naufal bisa mengetahui keberadaannya.
"Kamu membuntuti aku sedari tadi?!"
Naufal mengangguk tidak mampu mengelak bukan hanya kali ini saja sebenarnya dia mengikuti Elegi ke makam. "Mau sampai kapan kamu seperti ini Elegi? Vishaka sudah berpesan agar aku memastikan kamu selalu baik-baik saja jika dia tidak ada di sisimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...