bagian 36

188 16 2
                                    

Hujan tidak berguna lagi bagi pohon yang sudah mati.

~Tiktok


Hari ini bunga-bunga di taman kecil yang Elegi tanami bunga itu sudah bermekaran. Aroma harum menguar menyeruak menusuk masuk ke dalam rongga hidung. Aroma khas bunga segar yang sungguh nikmat untuk di nikmati, juga bunga-bunganya yang berwarna dengan cantiknya membuat sejuk mata untuk memandangnya.

Sudah cukup lama Elegi berada di sana, dia memotret bunga-bunga tersebut tak lupa dirinya juga ikut berpose, lalu dirinya memposting hasil jepretannya itu ke Instagram miliknya dengan caption FLOWER, beragam komenan mulai memenuhi notifikasi ponselnya.

Sebenarnya Elegi masih ingin berlama-lama memandangi bunga-bunga tersebut, namun panggilan dari Mama Lia yang akan mengantarnya ke sekolah membuat Elegi mau tidak mau harus meninggalkan rutinitasnya itu. Elegi naik ke dalam mobil dia tidak ingin telat di hari Senin seperti ini harus upacara dan datang lebih cepat dari hari-hari biasanya.

"Anak Mama kemarin Ulang tahun ya? Maaf biasanya kita yang selalu merayakannya sekarang menjadi melupakan momen itu. Sebagai permintaan maaf, Elegi mau apa dari Mama?" tanya Lia, dia merasa bersalah kemarin karena melupakan ulang tahun putrinya.

"Elegi gak minta apa-apa kok Ma, Elegi cuman mau memastikan jika Mama selalu bahagia bersama Elegi," jawabnya.

"Kamu beneran gak mau mintak hadiah apa gitu, Skincare? Baju?" Lia menawarkan sembari tetap fokus menyetir mobil.

"Baiklah kalo Mama Maksa, Elegi mau beli baju saja karena skincare Elegi masih ada." demi menghargai mamanya Elegi menerima apa yang wanita itu tawarkan padanya.

Lia tersenyum "Nanti uangnya mama transfer ke rekening kamu," ujarnya.

Setelah sepuluh menit Elegi telah sampai di sekolahnya, dirinya hampir saja telat. Elegi mencium tangan Mama Lia dengan takzim "Sekolah yang benar, belajar yang rajin," ucap Lia lalu dia merapikan rambut Elegi yang sedikit berantakan.

"Siap nyonya." Elegi meletakan tangannya di kening hormat kepada Lia, kemudian mencium tangan wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.

Di sekolah Zaidan berlari menyamakan langkahnya dengan Elegi karena sebentar lagi akan mengadakan upacara bendera. "Ele, tunggu." pintanya.

Elegi memberhentikan langkahnya hingga Zaidan berhasil menyamai langkah keduanya. "Kado dari gue udah lo buka belum?" tanya Zaidan.

Elegi menggeleng "Belum sempat di buka sih, tapi nanti pasti aku bukak kok," kata Elegi berusaha membuat agar yang memberi kado merasa di hargai.

"Iya awas kalo gak di buka." ancam Zaidan disertai muka sok garangnya. Andai boleh jujur mukanya itu terlalu baby face jika hendak bersikap sok garang.

"Gue duluan,"ucap Zaidan kemudian dirinya meninggalkan Elegi, kelas 11 dan 12 memang beda tempat barisnya untuk upacara.

*

Setelah pulang sekolah siang ini Vishaka, Naufal, Aksa serta Michael langsung menuju pengadilan dan melaporkan apa yang telah terjadi kepada Bara dan Intan untuk mendapatkan keadilan.

Sementara Vishaka mengurus untuk mendapatkan hak Bara dan Intan,Vishaka menitipkan keduanya kepada Elegi. Dengan senang hati Elegi menerima kedatangan dua bocah tersebut ke rumahnya karena selama ini dirinya terlalu kesepian.

Pihak Polisi sudah sudah mencatat laporan yang Vishaka buat, jika laporan itu nantinya tidak di gubris Vishaka akan membawa kasus tersebut ke pengadilan negeri. Sekarang Vishaka dan sahabat-sahabat nya harus mendatangi rumah yang seharusnya menjadi hak milik Bara dan Intan tersebut. Demi mengumpulkan bukti.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang