bagian 9

349 103 168
                                    

   Sebagian orang beruntung memiliki keluarga penyayang, sebagian lagi beruntung memiliki sahabat yang menjadi penguatnya dikala keluarganya menjatuhkannya.

_Vishaka Bimantara

Happy Reading

Selesai sarapan Vishaka meraih kunci motornya, dia memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Vishaka memberhentikan motornya di depan  rumah Elegi karena melihat teman satu sekolahnya ada di depan rumah Elegi. "Sherina lo kok bisa ada disini" tanya Vishaka penasaran.

"Gue tinggal disini ikut mama yang nikah sama om Andra," jawab Sherina, dia tampak tersenyum senang karena dirinya bagaikan kejatuhan durian runtuh, orang yang dirinya taksir ternyata merupakan tetangga mereka.

Sementara Vishaka memberikan reaksi terkejut, jadi ini sebabnya kemarin Elegi menangis. Ternyata Ayah dari gadis itu benar-benar sudah gila. Vishaka jadi teringat bagaimana sedih nya tangis Elegi tempo hari.

"Gue duluan," kata Vishaka seraya hendak melajukan motornya.

"Gue nebeng ya," Sherina memelas membuat Vishaka mengangguk. Kemudian melajukan motornya setelah memastikan Sherina selesai naik ke atas motor.

Elegi mengepalkan tangannya, hal menyakitkan apalagi yang harus dirinya terima kali ini. Laki-laki yang dirinya kagumi ternyata berteman dengan saudara tirinya. Lagi-lagi Sherina selalu merebut segalanya dari Elegi. Di antar oleh Lia di dalam mobil Elegi terus memanyunkan bibirnya lantaran kesal dengan kejadian tadi pagi di depan matanya sendiri, laki-laki yang dirinya sukai berboncengan dengan perempuan lain dan perempuan itu adalah saudara tirinya sendiri. Mau bilang cemburu tetapi Vishaka juga bukan siapa-siapa bagi dirinya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Lia kepada putrinya yang sedari tadi manyun seperti tak bersemangat.

Elegi menatap Lia sendu, "Elegi tau sekarang apa yang mama rasakan ketika melihat papa dengan Tante Sarah," lirih Elegi.

Lia terkejut apa yang anaknya itu katakan, dia tak menyangka putrinya itu akan membahas hal semacam itu, bagi Lia Elegi hanyalah anak kecil yang tidak tau apa-apa. Rupanya sekarang putrinya itu sudah cukup dewasa untuk peka terhadap lingkungannya.

"Tadi Ele liat Vishaka boncengan sama Sherina, rasanya sakit banget. Kenapa ya Sherina selalu merebut semuanya dari Elegi," imbuhnya.

Lia menatap putrinya tersebut prihatin, Lia memang tahu Elegi menyukai Vishaka dan Lia tidak melarang itu karena Dimata Lia Vishaka itu laki-laki yang baik. Melihat putrinya merasakan cemburu membuat Lia kasihan. "Anak mama sedang cemburu rupanya, kamu itu cantik dan pintar Vishaka pasti akan lebih suka kamu jika kamu sedikit berani melakukan pendekatan selangakah lebih maju dari Sherina," ucap Lia menenangkan putrinya. Lagipula apa yang dirinya katakan itu benar, putrinya itu cantik dan juga pintar.

Elegi mencium tangan Lia takzim setelah dirinya tiba di sekolah. "Belajar yang rajin, masalah cowok mah gampang," kata Lia memperingati Elegi.

"Siap bos," jawab Elegi, dia berlari karena gerbang sudah hampir di tutup.

Elegi terus berlari menuju kelasnya, gawat dirinya lupa jika harus mengerjakan tugas Alana. Setibanya di kelas dia sudah berikan tatapan tajam dari Alana. "Kemana aja lo baru datang! Buru kerjain tugas gue gurunya udah mau masuk bentar lagi," Alana menyerahkan bukunya kepada Elegi.
Hal semacam itu sudah biasa Elegi dapatkan, bagi Elegi itu tidak masalah asalkan dirinya tidak mendapat kekerasan fisik.

"Buru kerjain bego, malah ngelamun," Elegi tersentak kaget mendengar bentakan Alana. Anehnya tak ada seorangpun di kelas itu yang mau membela Elegi, semuanya seakan takut dan tunduk kepada Alana seorang. Buru-buru Elegi mengerjakan tugas Alana, tak mau jika Alana semakin marah kepadanya.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang