DUKA dan FAKTA
Kehilangan bukanlah hal yang menyenangkan, tetapi seringkali kehilangan adalah pertanda Tuhan ingin segera memberikan kebahagiaan terbaru dalam hidup.
HAPPY READING
Dengan langkah terburu-buru Vishaka melewati koridor rumah sakit. Perasaannya cemas, bulir-bulir keringat terus menetes membasahi wajahnya. Orang-orang yang menatapnya aneh tak dihiraukannya. Langkahnya semakin di percepat ketika hampir sampai di ruangan tempat ibunya di rawat. Terlihat di dalam ruangan Dokter dan perawat sedang berusaha memberikan pertolongan terbaik. Ya, ibunya dikabarkan jatuh dari tangga. Kepalanya terbentur cukup kuat membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit.
"Abang tenang dulu ya, tante Hanna pasti baik-baik aja kok," Elegi yang sedari tadi mengekor di belakang Vishaka akhirnya mengeluarkan suara mencoba menenangkan Vishaka yang menatap ke dalam ruangan.
"Aku takut Ele, aku gak mau kehilangan ibu disaat aku baru maafin kesalahan ibu," ujarnya dengan lirih sebisa mungkin dirinya menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Abang jangan mikir gitu, doaian aja yang terbalik buat tante Hana,"
Vishaka mengangguk, menarik nafas dalam mungkin mencoba menetralkan perasaan cemas dan khawatirnya.
"Ibu telah lama menderita Ele, selama 8 tahun mendekam di rumah sakit jiwa," Vishaka menjeda ucapannya. "sekarang penderitaan nya semakin bertambah, karena harus di rawat di rumah sakit," imbuhnya menatap Elegi sendu.
Elegi menatap Vishaka iba, tak bisa berkata apa-apa. Dirinya ikut larut dalam lamunan merapalkan doa-doa kesembuhan.
Tak ada pembicaraan lain setelahnya, heninglah yang mendominasi. Keduanya larut dalam lamunannya masing-masing Hingga suara pintu ruangan yang dibuka menyadarkan lamunan keduanya.
"Bagaimana keadaan ibu saya dok?" Tanya Vishaka pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
Dokter Menghelah nafas kemudian menggeleng pelan. "Mohon maaf kemampuan kami cuman sebatas ini, kami tidak bisa melawan takdir Tuhan," ucapnya dengan lirih.
"Maksud dokter?" Vishaka menatap dokter meminta penjelasan.
"Mohon maaf ibu anda telah di jemput Tuhan," ujarnya dengan berat hati, wajar saja tiada dokter yang menginginkan pasiennya meninggal semuanya akan berusaha untuk menyembuhkan.
"Nggak mungkin dok, Ibu aku pasti masih idup, Coba chek lagi dok," Vishaka memegang bahu dokter mengguncangnya kuat tak terima atas penuturannya.
"Abangg, ikhlas bang ikhlas," ucap Elegi dirinya menatap sendu wajah Vishaka.
"Ele, bilang sama aku yang di bilang dokter itu gak benar kan?" Vishaka menatap Elegi meminta pembenaran bahwa yang dikatakan dokter tidak benar.
Elegi mengggeleng sebagai jawaban yang dikatakan dokter adalah benar. Lagi pula dokter tersebut telah profesional.
"Aku gak kuat Ele,"lirihnya pertahanannnya runtuh, dadanya sesak hatinya bagaikan tercabik-cabik perlahan air matanya turun membasahi pipi.
Bayangan saat dirinya kecil sedang bermain bersama ibunya berkelebat di kepala, bagaikan sedang memutarkan tayangan ulang.
Vishaka kecil yang di suapi makan oleh ibunya, terkadang harus di paksa dan dirayu supaya makanan itu bisa masuk ke dalam mulutnya. "Sesuap lagi dong, nah pintar anak ibu,"
Ibunya yang selalu ada untuknya disaat dirinya terjatuh, menjadi yang pertama mengobati luka di lututnya.
Meskipun lebih banyak rasa sakit yang ibunya berikan tetap saja, rasa aman dan nyaman pernah ibunya berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...