bagian 6

470 152 161
                                    

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu
Setelah sekian banyak kesabaran ( yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga akan lupa betapa pedihnya rasa sakit.

Ali bin Abi Thalib


Elegi menghirup nafas dalam-dalam,  saat ini dirinya berada di depan rumah Vishaka. Dia hendak mengantarkan semangkuk Sop iga kepada Vishaka, tentu saja ini atas perintah Mama Lia. Elegi memantapkan diri untuk memencet bel rumah Vishaka. Entah kenapa Elegi yang biasanya berani kini menjadi sedikit grogi ketika harus bertemu dengan Vishaka. 

"Ada apa?" Vishaka menatap Elegi dengan mata Elangnya. Sorot matanya menjelaskan jika dirinya merasa terganggu atas kehadiran Elegi disana.

Elegi menyerahkan semangkok sop yang masih mengepulkan uapnya itu. "Di suruh mama nganterin sop."

"Terimakasih," Vishaka menerima Sop tersebut.

Setelahnya Elegi langsung pulang tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Menjauh dari penglihatan Vishaka. Elegi senang Vishaka tadi sedikit menyentuh tangannya ketika menerima sop yang dirinya berikan. Elegi berlarian memasuki kamarnya rencananya dirinya akan menuliskan tentang Vishaka di  kejadian hari ini. Sikap cuek yang menyebalkan milik cowok itu membuat Elegi tertarik serta mengaguminya dalam diam.

"Kenapa, kok kayak senang banget?" Mama Lia mendekati Elegi di kamarnya. Tadi dirinya perhatikan Elegi berlarian dengan riang tanpa mempedulikan panggilan darinya.

Elegi repleks menutup buku diary nya "Mama ih, kalo masuk tuh ketuk pintunya dulu," cerocos Elegi.

"Masa ga boleh masuk ke kamar anak sendiri sih," Lia memandang putrinya yang sudah beranjak dewasa tersebut lekat-lekat.

"Gak boleh Ma, kalo tiba-tiba mama masuk saat Elegi lagi ganti baju gimana?" jelas Elegi, kedua tangannya bersedekap di depan dada.

Lia menekan hidung Elegi lantaran gemas "Dulu juga kamu lahirnya tanpa selesai benang. Masa lupa?"  kelakar Lia namun mampu membuat Elegi tertohok.

"Maafin Ele ya Ma kalo Elegi kurang sopan," Elegi memeluk wanita yang paling dirinya sayangi itu. Elegi merasa bersalah telah berdebat dengan Lia.

Lia membelai wajah tembem putrinya tersebut "Mama yang minta maaf, kamu benar seharusnya mama ketuk dulu, karena adab memang lebih tinggi daripada ilmu," kata Lia, begitulah Lia sebagai seorang ibu dirinya tidak pernah mendikte bahwa dirinya selalu benar. Dia selalu mengakui jika dirinya yang bersalah.

Seorang ibu memang tak bersayap tetapi berjiwa bak malaikat. Tulus kasih yang dirinya beri takkan mampu dibeli dengan apapun itu. Rasa sayangnya melebihi apapun, segalanya rela dirinya korbankan untuk anak-anak nya. Terimakasih untuk perempuan yang bergelar ibu di seluruh dunia.

.
.

Vishaka memandang takjub langit malam yang bertabur bintang serta bulan yang bersinar terang benderang. "Nenek kira-kira ada di bagian mana ya," lirih Vishaka. Bagi Vishaka ribuan sekstiliun bintang di langit itu jika di ibaratkan dengan manusia maka dirinya bintang yang paling tidak bersinar dan hampir tidak tampak. Entah kenapa Vishaka bisa berpikiran demikian.

Vishaka tersenyum kala dirinya menemukan salah satu bintang yang sinarnya paling terang jika dibandingkan dengan bintang lainnya. "Nek, lihatlah bintang itu, dia sama seperti dirimu bersinar dengan terang," kata Vishaka seolah berbicara langsung dengan neneknya.

Malam adalah salah satu peristiwa alam yang paling Vishaka sukai, dirinya dapat menyatu dengan suara angin malam yang berembus, dan hebatnya penampakan benda-benda langit yang luar biasa. Dulu selalu ada Hesti yang selalu menemaninya melihat benda-benda langit itu dan menjelaskan nya dengan suka rela. Ketika angin malam mulai berembus dengan kencang Hesti akan memberikan pelukannya jika Vishaka masih enggan beranjak masuk kembali ke dalam rumah. Untuk sekarang semua itu hanya dirinya lakukan sendiri, memberikan kehangatan sendiri. Bahkan saat ini Vishaka masih berdiri membiarkan angin-angin menerpa dirinya, Vishaka berharap dengan begitu nenek Hesti akan datang untuk memeluknya. Namun harapan hanyalah harapan, nyatanya nenek Hesti tidak pernah datang, dia sudah pergi.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang