bagian 23

217 27 0
                                    

Note : Di beberapa part selanjutnya mungkin lebih menceritakan tentang permasalahan yang mengancam keluarga Aksa El- Sharawy.  Dan akan kembali membaik ketika permasalahan nya mampu mereka selesaikan.Saya harap kalian semua bisa menikmatinya.


Cuaca di Jakarta pagi ini yang dingin mendadak panas. Sejak kedua orangtuanya; Wildan dan Aleta, memaksa Aksa untuk melanjutkan kuliah di New York tempat om  dan tantenya tinggal. Udara atmosfir seakan berhenti memberikan ruang untuk Aksa sekedar menghirup udara segar. Ya, orangtua Aksa sangat memaksakan kehendaknya kepada putra tunggalnya itu. Kedua orangtuanya takut dengan ancaman surat yang diberikan kepada Aksa beberapa hari yang lalu.

Bagaimana bisa selama ini dendam itu masih berlanjut dan tiba-tiba kembali datang menghantui juga memberikan ancaman yang cukup besar bagi kelangsungan hidup mereka. Demi keselamatan putra tunggalnya Wildan dan Aleta terpaksa memaksa Aksa untuk tinggal di New York bersama om dan tantenya. Itu sudah menjadi keputusan keduanya.

Malam tadi Wildan dan Aleta mendapat terror berupa panggilan yang mengancam dan beberapa Vidio berisi kekejaman yang dikirimkan kepada keduanya. Mereka sadar perbuatan keluarga mereka dimasa lalu memanglah fatal hingga berdampak besar sampai saat ini.

Berbeda dengan Aksa ia juga mendapat terror dan kiriman Vidio seperti kedua orangtuanya. Namun, Aksa hanya cuek dan ikut menantang balik dari ancaman yang peneror itu berikan. Sangat tidak ada kerjaan para peneror itu pikir Aksa. Ia juga sempat menawarkan pekerjaan kepada peneror itu, mungkin mereka tidak ada pekerjaan sehingga iseng sekali menganggu ketenangan orang.

Aksa yang keras kepala dan tidak begitu mengerti seberapa besar memangnya ancaman itu akan berdampak padanya, ia hanya menganggap itu ancaman dari orang iseng semata yang ingin mengerjainya. Aksa juga tidak tahu apa yang telah kedua orangtuanya itu perbuat sehingga bisa menciptakan boomerang untuknya sekarang.

Aksa tidak terlalu mempedulikan masalah surat tempo hari itu, tetapi Wildan dan Aleta nampak sangat shock dan khawatir berlebihan kepada putranya itu. Aksa menilai kedua orangtuanya itu terlalu berlebihan dalam bersikap. Orangtuanya itu juga suka sekali memaksakan apa yang tidak sempat mereka realisasi kan di masa muda mereka dulu, maka harus Aksa yang melanjutkan mimpi mereka yang sempat tertunda itu.

Grup WA yang berisi keluarga besar Sharawy heboh karena semuanya mendapatkan ancaman dan terror serupa. Hanya om Kevin dan tante Fika yang ada di New York yang tidak mendapatkan ancaman dan terror. Karena itu Wildan dan Aleta pikir jika Aksa kuliah di New York maka akan sedikit lebih aman.

Sebagai anak tentunya Aksa tidak merasa senang dengan tuntutan keluarga yang selalu menganggapnya bisa, tetapi tiada seorangpun yang mau peduli dengan perasaannya. Aksa tidak ingin kuliah New York seperti keinginan kedua orangtuanya itu dan alasan yang sangat tidak masuk akal jika kuliah di New York hanya karena takut kepada ancaman para peneror itu. Lagi pula ia baru akan melakukan ujian beberapa bulan lagi.

Suasana di meja makan pagi ini pun sangat kaku dan berbeda dari biasanya. hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.

Wildan menatap putra tunggalnya itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Sebagai seorang ayah Wildan telah berjuang dengan baik untuk memberikan Aksa segala fasilitas mewah dan tiada kekurangan. Namun sayangnya, Wildan kurang mengerti bahwa dirinya tidak bisa selalu memaksa agar Aksa selalu menjadi yang nomor satu. Keegoisannya membuat anak semata wayangnya itu tertekan jiwa dan mentalnya.

"Papa mau ngomong sama kamu," akhirnya suara Wildan yang telah selesai dengan makanannya, berhasil memecahkan keheningan diantara mereka yang tercipta sejak tadi.

"Iyaa pa ngomong aja," jawab Aksa.

"Tolong kamu jawab jujur apakah selama ini papa dan mama egois sama kamu?."

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang