Jika Tuhannya saja sudah berbeda lantas bagaimana mereka hendak menyatukan perasaan. Ini lebih berat dari masalah saling mencintai dalam diam.
_Michael NabastalaSudah jam 4 sore Naufal, Aksa, serta Michael baru saja selesai bermain futsal, tanpa Vishaka pastinya karena Vishaka memilih untuk bersama Elegi. Bunyi petir mulai terdengar nyaring memekakkan indera pendengaran menghentikan permainan mereka. Hujan yang turun dengan derasnya membuat Ketiganya berteduh di salah satu rumah makan di pinggiran jalan. Mereka memang kaya, tetapi tidak pernah malu makan di tempat biasa seperti ini.
Seorang pelayan wanita muda, berhijab panjang dan lebar menghampiri mereka bertiga. Sangat gesit dan cekatan, pakaian tertutupnya tak menghalangi kinerjanya.
Michael tertegun ia merasa tak asing dengan wanita di hadapannya kini. Anemoia nostalgia pada waktu yang padahal belum pernah di alami."Permisi, mau pesan apa?" pelayan tersebut memberikan daftar menu kemudian ia bersiap mencatat pesanan.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Michael, ia benar-benar merasa tak asing dengan wanita ini.
Pelayan tersebut menatap Michael sekilas, ia menundukkan kepalanya saat matanya bersirobak dengan Michael.
"Kita tidak kenal," jawabnya. Aneh, perasaan apa ini padahal sebelumnya ia tak pernah segrogi ini menghadapi pembeli.
Mata Michael tidak lepas dari pelayan tersebut, ia berusaha mengingat barangkali mereka pernah bertemu dan kenal sebelumnya.
Naufal menepuk bahu Michael pelan. "Udah, perasaan lo aja kalian pernah kenal, lagipula jika kenal kenapa?".
Aksa yang sudah merasa lapar pun memotong drama di hadapannya itu. "Jadi pesen gak sih, gue udah lapar ini," hardiknya. Memang seharian ini sibuk bermain futsal membuat mereka melupakan untuk sekedar mengisi perut.
Tiga porsi pecel lele dan Es Teh menjadi menu pesanan mereka. Naufal, Aksa, dan Michael sangat menikmati makanan seperti ini. Bagi mereka pecel lele tidak kalah enak dengan menu yang ada di restoran.
"Fal gue serius, gue ngerasa kenal banget sama pelayan yang tadi," tutur Michael setelah mereka menyelesaikan makannya.
"Terus, Kalo kenal kenapa emanganya?" jawab Naufal malas.
Michael cengar cengir menampakkan deretan giginya yang rapih "Gak tau, batin gue nyuruh buat kenalan sama dia," jawab Michael terkekeh.
"Itu mah namanya lu modus," cibir Aksa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berdecak kesal.
"Jadi lo suka sama pelayan tadi?" tanya Naufal.
Michael diam saja tak menampik pertanyaan dari Naufal.
"Sadar El, lo liat dia . Lo gak bakal bisa bersaing sama Tuhannya. Gue bukannya ngelarang lo tapi sebaiknya lo nyari yang seagama sama lo aja deh," saran Naufal.
"El, yang dibilang Naufal itu ada benarnya. Lo gak bisa bersaing sama Tuhannya, mending lo nyari yang seagama aja dah. Asli sumpah pacaran beda agama itu berat banget," Aksa menimpali.
Naufal dan Aksa tahu betul Michael pasti akan sangat kecewa kali ini, pasalnya sudah kesekian kalinya Michael gagal dalam mendekati seseorang hanya karena terhalang agamanya.
Michael menghelah nafasnya "Kalo gue temanan sama dia bisa aja kan?" Michael menatap Naufal dan Aksa bergantian meminta pendapat.
Naufal dan Aksa mengangguk menatap Michael iba. "Boleh," ucap keduanya kompak.
"Tapi taruhannya hati El, Kita udah ngingetin lo ya, jangan sampai bawa perasaan dalam pertemanan kalo gak mau sakit," lanjut Naufal.
Michael menatap Naufal dan Aksa penuh harap "Lo berdua mau kan bantuin gue supaya bisa temanan ama dia?" pinta Michael.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...