Seragam sekolah Elegi
Hari ini di sekolah Elegi berjalan dengan riangnya melewati koridor sekolah. Tersenyum pada semua orang, meskipun dibalas tatapan tak suka dari mereka. Elegi memang tidak memiliki seorang pun teman di sekolah itu. Itu karena Presensi Alana yang mengecam siapa saja yang berteman dengan Elegi.
Baru saja tiba di kelasnya Elegi sudah mendapat teriakan dari Alana dan geng nya. "HE CUPU! KEMANA AJA LO BARU HADIR SEKARANG?"
"Aku telat bangun," jawab Elegi acuh mana mungkin Elegi akan menceritakan jika dirinya baru saja mengalami masalah dengan keluarganya, bisa-bisa ia akan semakin di buly.
"Alasan aja lo! Cepat ini kerjain pr gue," titah Alana dengan ketus, kemudian menyodorkan bukunya dengan kasar kepada Elegi, sehingga membuatnya terpundur beberapa langkah.
"Ta-tapi, aku belum paham materi yang ini, Emangnya kamu mau nilai kamu jelek kalo aku yang ngerjain?" Elegi memprotes karena memang dirinya belum paham materi tersebut.
"Gak usah ngeles, gue tampar juga lo lama-lama," tangan Alana telah mengudara hendak menampar pipi Elegi.
Elegi repleks memejamkan matanya, guna menghalau rasa sakit yang akan dirinya terima. Sepersekian detik lamanya tidak ada tamparan yang Elegi dapatkan. Seorang siswa telah menghalangi tangan Alana agar tidak mendarat di pipi Elegi. Entah darimana dan sejak kapan siswa tersebut tiba di dekat mereka.
"KURANG AJAR, NGAPAIN LO NGEHALANGIN GUE?!" cerca Alana yang merasa tidak puas lantaran tidak berhasil menampar Elegi.
"Jangan sentuh Elegi!" tekan laki-laki tersebut.
Elegi membulatkan matanya, apa katanya tadi? Darimana cowok itu tau namanya? Apa Elegi tidak salah dengar? Kenapa cowok itu bisa berada di kelas mereka? Bahkan Elegi tidak mengenal cowok itu sebelumnya, lalu bagaimana bisa dirinya berkata begitu, seolah telah saling mengenal sejak lama.
"What? Rupanya ada yang berlagak jadi Hero nih," Alana berkata sinis menatap cowok tersebut, meskipun dirinya cewek namun Alana tidak takut dengan cowok.
"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan deh lu! Ngerusak mood kita aja," timpal Karin cewek gendut teman satu geng Alana.
"Gak asik ah, main usik urusan orang aja," Celline juga teman Alana ikut menimpali.
"Silakan saja kalian ganggu Elegi jika berani? Saat itu juga saya akan terus ada menjadi tameng," tegasnya menatap semua siswa-siswi yang dari tadi hanya melihat layaknya sedang menyaksikan tontonan gratis.
"Ayo," ujar cowok tersebut seraya menarik tangan Elegi supaya segera menjauh dari Alana dan gengnya.
Elegi hanya manut saja ketika cowok tersebut membawanya. Menatap lekat cowok tersebut, berbagai pertanyaan berkeliaran memenuhi pikirannya, ingin sekali Elegi bertanya nama dan siapa cowok tersebut, tetapi Elegi tidak berani, lebih memilih untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
VISHAKA
Teen FictionJika hidup di ibaratkan dengan kertas kosong, putih, polos maka tinta apa yang akan kalian inginkan untuk mewarnai hidup kalian? Fanatik jika seseorang selalu memperhatikan dan berusaha membahagiakan orang lain, namun lupa untuk membahagiakan diriny...