bagian 13

291 78 174
                                    

Buku Diary

Liat Vidio di bawah, kita flashback ke masa kecil dulu


Malam, satu hal yang memberikan rasa tenang dan nyaman untuk dilalui dengan menyendiri. Vishaka menatap satu buku yang paling menonjol di antara rak buku miliknya, dibuka nya buku diary yang pernah menjadi tempat curhatnya sewaktu kecil, satu lengkungan senyum terbit di wajahnya.

Coretan tangan Vishaka umur 5 tahun👇

Vishaka tertawa sumbang kemudian tersenyum getir melihat kekonyolan curhatannya di diary tersebut, semua isinya hampir tentang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vishaka tertawa sumbang kemudian tersenyum getir melihat kekonyolan curhatannya di diary tersebut, semua isinya hampir tentang keluarga.

Tawa dan senyum yang Vishaka tampilkan bukanlah ungkapan rasa kebahagiaan. Tawanya palsu, dipaksakan untuk menutupi perasaan sedihnya , Senyumnya sayu, bibirnya bergetar menahan suatu isakan.

Vishaka membuka lembar demi lembar buku diarynya yang telah usang itu, satu poto Keluarga utuh, yang terselib di sela-sela lembaran buku tersebut membuat air matanya lolos tanpa bisa di tahan. "sialan masa gue nangis," lirihnya seraya mengusap air matanya pelan.

Ia benar-benar tak punya siapa-siapa saat ini, Nenek dan ibunya telah berpulang ke pangkuan Tuhan. Katakan, apa ada orang yang lebih kuat dari Vishaka dalam menghadapi keluarganya?. Arunika sebagai kakak juga tidak boleh bertemu Vishaka, ia telah di jadikan robot oleh William.

Vishaka menutup buku diary tersebut, tak sanggup melanjutkan membaca isi diary yang telah menjadi saksi masa-masa kesedihannya itu. Buku yang menjadi tempatnya mengadukan keluh kesahnya. Tempatnya menorehkan goresan luka atas perasaannya.

Rasanya Vishaka telah lama tidak menulis curhatan dibuku diary seperti dulu, entah kenapa mungkin merasa itu hal yang aneh untuk seorang cowok, lagipula Vishaka telah menemukan tempat curhat terbaik, Tuhan.

Tuhan akan menjadi pendengar tiap keluh kesah, serta mendengarkan doa dan pinta tiap jiwa yang memohon kepadanya. Menjadi pengatur jalan hidup yang baik.

Kebahagiaan, satu kata yang selalu terucap di bait-bait doanya. Terdengar begitu sederhana tetapi nyatanya itulah doanya yang belum dikabulkan Tuhan hingga saat ini. Entah mengapa Tuhan belum memberinya kebahagiaan, mungkinkah Tuhan membecinya? Ah, rasanya tidak, Vishaka bukan tipe orang yang berpikiran buruk seperti itu. Mungkin saja secara tak sadar kebahagiaan itu telah di dapatkannya, hanya saja dirinya masih merasa kurang dan belum bersyukur.

Secara materi Vishaka memang terlihat cukup bahagia, dengan harta yang melimpah dan sahabat yang setia. Tetapi bukan kebahagiaan itu yang diinginkannya, ia butuh kebahagiaan lainnya, kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan.

Rumit, begitulah gambaran hatinya saat ini, rasanya hambar tak ada yang mampu membuatnya senang. Semuanya terlihat membosankan.

Mengistirahatkan diri adalah pilihan terbaik disaat rasa jenuh melanda. Sebab memaksakan untuk selalu tegar juga membutuhkan tenaga ekstra. "Selamat malam dunia," ucapnya kemudian.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang