bagian 32

161 18 6
                                    

Tidak ada hidup manusia tanpa cobaan dan derita, hanya saja orang-orang pandai melewatinya dan tidak mengeluh kesana kemari demi mendapat simpati yang sebenarnya tidak berarti

_Author


Vishaka menghirup udara segar yang menerpa kearahnya, langit biru dengan matahari yang tak terlalu panas membuatnya merasakan kesegaran yang memuaskan. Selain hujan dan mendung cuaca segar seperti ini lah yang Vishaka sukai, tenang membuat berelaksasi memperbaiki pikirin pikirin yang kusut memenuhi isi kepala.

Vishaka menatap lama ke langit yang biru bertabur awan putih yang menawan, Tak pernah bosan kegiatan seperti ini bahkan sudah menjadi kebiasaannya setiap hari.

Saat ini dirinya duduk seorang diri di taman sekolah, dia akan menikmati bekal yang tadi pagi Elegi berikan sebagai ucapan terimakasih nya lantaran telah mengajak Elegi pergi ke pantai sewaktu weekend kemarin. Namun, baru saja Vishaka hendak menyuap sesendok bekal tersebut bekal tersebut lebih dulu tumpah lantaran ada seseorang yang menabrak dirinya dari belakang.

Vishaka membalikan badan melihat siapa yang menabraknya, dibelakangnya ada Sherina yang sedang memaki seseorang yang mendorong dirinya tadi.

"Maaf Shaka, tadi aku di dorong Sama orang itu jadinya kena Shaka deh, Shaka gak apa-apa kan?" Sherina menjelaskan dan bertanya padahal Vishaka tidak peduli itu.

"Gue gak apa-apa, tapi bekal gue tumpah," jawab Vishaka kesal.

"Maaf, ini Shaka ambil aja bekal yang aku bawa," Sherina menyodorkan bekal makanan yang ada di tangannya kepada Vishaka.

"Thanks, tapi gue udah keburu kenyang," Vishaka berlalu dari hadapan Sherina kemudian membuang bekal nya yang tumpah tadi ke dalam tempat sampah.

Sherina kesal karena di tolak mentah mentah seperti itu, dia sungguh tidak menyangka Vishaka yang dulu hangat kepadanya kini seakan menatap dirinya hanyalah sampah. Sherina pikir ini pasti karena Vishaka telah mengenal Elegi, hingga dirinya dilupakan oleh Vishaka.

Sherina benci harus menjadi saudara tiri Elegi, tapi disatu sisi dia bisa dengan leluasa menyakiti gadis lemah seperti Elegi itu dengan menjadi saudara tirinya. Dengan cara menghancurkan segala yang Vishaka berikan kepada Elegi misalnya.

*

Sepulang dari sekolah tadi Elegi belum keluar dari kamarnya, dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya lantaran sedang kedatangan tamu. Pembalut yang dirinya stok entah kemana tiba-tiba saja sudah habis.

Karena dirinya tidak mungkin untuk membeli pembalut seorang diri dengan kondisi perut yang sakit, hal itu membuat Elegi mau tidak mau terpaksa harus merepotkan Vishaka, bukan merepotkan sih, Elegi memang suka merepotkan cowok itu.

Elegi mengirimkan chat kepada Vishaka meminta Vishaka untuk membelikan dirinya pembalut. Meskipun Vishaka sempat berdebat tidak ingin membelikan Elegi pembalut akhirnya ia luluh juga, tidak ada gunanya berdebat dengan perempuan.

Elegi tertawa membayangkan raut kesal Vishaka yang akan membeli pembalut belum lagi jika dirinya ditanya untuk siapa pembalut itu nantinya, Elegi terkikik geli senang sekali mengerjai Vishaka.

Setengah jam berlalu Vishaka datang menemui Elegi, dia menyerahkan pembalut itu dengan muka masam. "Malu gue beli gituan," cerca Vishaka.

"Makasih Vishaka tampan dan baik sedunia," goda Elegi.

"Katanya perut lo sakit?" tanya Vishaka, dia menatap Elegi yang masih penuh dengan senyuman di wajahnya, apakah bisa orang sakit seceria itu?.

"Iya masih sakit ni," Elegi memegang perutnya.

VISHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang