Rafa Baper (23)

1K 78 3
                                    

"Meminta maaf terlebih dahulu. Tidak akan membuat derajat mu menjadi rendah. Apalagi, kalau kamu beneran salah."

~Kepingan Hati~


Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***

Ketika berhenti di lampu merah. Terlihat, seorang siswa lelaki yang rambutnya sudah setengah berwarna hijau. Khafa mengenali sosok lelaki tersebut. Itu suaminya yang kini menjadi Jamet. Awalnya, Rafa mengendarai motor sendiri. Namun, ada seorang gadis yang berpindah duduk diboncengan Rafa. Khafa melengos ketika tangan gadis itu melilit di pinggang suaminya.

"Jadi, cowok kok mau-mau aja dipeluk begitu," gerutu Khafa membuat Naya menoleh ke arah Khafa.

"Lo ngomong apa, Fa?"

"Nggak ada. Udah itu lampunya udah hijau."

Naya mengangguk kemudian mengendarai motor dengan cepat layaknya pembalap MotoGP. Tentu saja, Khafa langsung memukul punggung temannya tersebut.

"Naya kalau mau jemput kematian jangan ajak gue," ucap Khafa membuat Naya memelankan laju motornya. Naya langsung menyemburkan tawanya ketika melihat wajah Khafa dari kaca spion.

"Sudah sampai dengan selamat, Khafa!"

Khafa turun dari motor lalu memberikan helm kepada Naya dengan bibir cemberut. Naya yang melihat itu lagi-lagi tertawa.

"Maaf, ya, Khafa. Kalau gitu gue balik duluan. Assalamualaikum."

"Oke. Makasih. Wa'alaikumussalam."

Naya pun membelah jalanan. Khafa baru sadar pulang ke rumahnya sendiri. Perempuan itu menghela napas kemudian memesan ojek online. Sebab, bila jam segini. Rumahnya masih sepi karena kedua orangtuanya masih mengurus pembukaan restoran yang didapat modal dari Rafa sedangkan Khafi belum pulang.

Rafa Tengil

[Di mana, Fa? Kok rumah sepi? Belum pulang, ya?]

Khafa mendengkus kesal ketika mendapat pesan dari Rafa. Khafa kesal pada lelaki itu, tapi tidak tahu apa yang membuatnya kesal pada Rafa.

Rafa Tengil

[Balas dong. Jangan cuma diread.]

[Aku ada salah, ya? Maaf, ya, kalau aku ada salah.]

[Kamu angkat telpon aku, Khafa. Jangan buat khawatir gini. Kalau kamu marah sama aku. Kita komunikasikan dengan baik, ya.]

[Please, Sayang. Balas pesan aku atau angkat telpon aku.]

[Apa ada sikap aku yang membuat hatimu mendung? Jika ada, sekali lagi aku minta maaf. Hidupku nggak bakalan bahagia bila hatimu tersakiti.]

[Sayang ....]

[Aku harus gimana biar kamu balas pesan ini?]

[Kamu di mana, Fa?]

[Aku sudah terbujur kaku karena rindu. Huhuhu, aku nangis dipojokkan nih kalau kamu cuekin aku.]

Khafa tertawa membaca sederet pesan dari Rafa. Suaminya itu semakin hari semakin alay. Namun, bayangan Rafa memberi sarapan untuk Ayra kemudian gadis yang tadi memeluk Rafa di atas motor membuat tawa itu luntur.

"Bodo amat, Rafa! Bodo amat!"

***
Khafa masuk ke dalam rumah membuat Rafa yang duduk di teras rumah langsung berlari ke arah Khafa dan memeluk istrinya tersebut.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang