Rafa Salting (29)

1K 85 11
                                    

"Menyukaimu itu pilihan. Namun, hidup bersama dengan mu itu tujuan."

~Rafa Dwindra Athaya~

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***

Khafa menyisir rambutnya yang setengah basah sedangkan Rafa baru saja mandi setelah menjemur sprei. Di dalam kamar mandi, Rafa tak berhenti tersenyum karena sudah memiliki Khafa sepenuhnya. Ikatan mereka akan semakin kuat ketika Khafa sudah memberikan harta paling berharga dalam dirinya untuk Rafa. Rafa akan selalu berusaha untuk tak menyakiti Khafa. Sebab, Khafa sudah memantapkan hatinya untuk bertahan kepada Rafa.

"Jantung gue makin berdebar kenceng gini," ucap Rafa yang kini sudah memakai handuk. Lelaki itu menatap wajahnya di cermin. Dia benar-benar salah tingkah dan tak siap bertemu dengan Khafa. Bahkan, telinga lelaki itu saja masih memerah.

"Menyukaimu itu pilihan. Namun, hidup bersama dengan mu itu tujuan," ucap Rafa yang masih berusaha menetralkan degupan jantungnya.

"Gufroonaka, alhamdulilahilladzi adzhaba 'anniil adza wa 'aafaani."

Setelah membaca doa keluar kamar mandi. Rafa mendahulukan kaki kanannya. Tepat, jantungnya semakin menggila ketika melihat Khafa yang masih asyik menyisir rambut sebahunya. Entah mengapa, Khafa semakin terlihat cantik dan menarik secara bersamaan.

"Kamu ngapain bengong di depan pintu kamar mandi gitu, Raf--eh maksud aku Mas?" tanya Khafa semakin membuat Rafa salah tingkah. Bahkan, lelaki berumur 19 tahun itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Khafa mengerenyit lalu mendekat ke arah Rafa membuat lelaki itu semakin keringat dingin. Bahkan, Rafa terkejut ketika Khafa menempelkan punggung tangannya ke kening Rafa.

"Nggak panas. Terus kamu kenapa? Kesambet?" tanya Khafa dengan alis terangkat satu.

"Aku salting, Fa. Nggak peka banget jadi istri," jerit batin Rafa.

"Ka-kamu munduran dong, Fa. Jang-jangan mepet gi-gitu," ujar Rafa terbata-bata dengan telinga semakin memerah.

"Bahkan, kita tadi lebih mepet dari ini."

Mendengar ucapan dari Khafa membuat kaki Rafa semakin seperti jelly. Apakah Khafa tak menyadari Rafa semakin salting seperti itu? Atau, Khafa malah sengaja. Entahlah.

"Aaa-aku mau pipis," ujar Rafa kembali masuk ke dalam kamar mandi. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya di balik pintu dengan tangan memegang dadanya yang masih saja berdebar.

"Aku nggak kuat lihat kamu, Fa. Kamu terlalu cantik. Aduh, jantungku!" pekik Rafa membuat perempuan yang berumur 23 tahun itu tertawa.

"Ish, salting sekaligus baper ternyata dia," ucap Khafa dengan tawa yang dapat di dengar oleh Rafa.

"Jangan ketawa, Fa!"

"Ya udah kalau mau aku nggak ketawa. Ayo, keluar dari kamar mandi. Ngapain sih kamu malah ngumpet begitu?"

Bahkan, Khafa saja sudah mengganti kata sapaan menjadi aku dan memanggil Rafa dengan sebutan 'Mas' itu artinya perempuan tersebut sudah benar-benar serius dengan Rafa.

"Aku malu, Fa."

"Ck! Seharusnya, yang malu itu aku, Mas. Ini malah kamu yang malu," ucap Khafa berdecak.

"Aduh, jantungku semakin berdebar kamu manggil aku Mas begitu. Aduh-aduh, tolong, mama! Anakmu ini meleyot!" seru Rafa membuat Khafa semakin menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang