5. Sebuah Perjuangan (Revisi)

1.2K 93 0
                                    

"Janganlah memaksa hati yang belum bersedia mengarungi bahtera pernikahan, sebab pernikahan adalah panggung kehidupan yang memerlukan kematangan."

~Kepingan Hati~

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍

Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***

Rafa mengeluarkan baju sekolahnya kemudian menyugar rambutnya ke belakang, supaya terlihat tampan rupawan. Namun, bagaimana pun penampilan Rafa, ia akan terlihat tampan di mata para fans-nya.

Rafa berjalan santai menuju kelasnya sesekali teman-teman Rafa menyapa membuat ia tersenyum. Tentu saja, senyum Rafa sangat memikat hingga membuat para fans-nya terpesona.

"Bang Rafa!"

Rafa menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Gadis berkuncir kuda itu langsung berlari ke arah.

"Jangan lari-lari!"

Baru saja diingatkan gadis itu sudah terpleset. Rafa langsung berlari ke arah gadis tersebut dengan wajah panik.

"Abang udah bilang jangan lari-lari. Kamu itu dari dulu emang ceroboh anaknya," omel Rafa sembari mengulurkan tangannya dan disambut oleh gadis tersebut.

"Hehehe, Ayra terlalu excited mau ketemu Abang." Rafa terkekeh seraya mengusap kepala Ayra. Gadis itu tersipu ketika melihat senyuman dari Rafa yang terlihat sangat manis.

"Yuk, abang anter ke kelas kamu."

"Abang udah lama nggak ke rumah Ayra loh," ucap Ayra dengan bibir mencebik.

"Abang masih sibuk, Ay. Nanti deh pas ada waktu luang abang ke rumah, ya."

"Janji, ya?"

"Iya, janji," ucap Rafa sambil tersenyum.

"Asik!"

Sebelum masuk ke dalam kelas, Rafa menyempatkan diri untuk merapikan poni Ayra yang berantakan.

"Adek abang cantik banget sih," pujinya membuat Ayra tersenyum malu-malu.

"Belajar yang rajin, ya."

Tak lupa, Rafa mengusap kepala Ayra dengan lembut membuat senyuman merekah di wajah Ayra. Memiliki kakak lelaki sepupu yang sangat perhatian begini membuat Ayra tiap hari baper.

"Siap, Abang!"

"Nanti, bel istirahat abang jemput lagi."

***

Setelah mengantarkan Ayra ke kelas. Rafa kembali melanjutkan langkah menuju kelasnya sendiri. Melihat Khafa yang berada di depannya, segera lelaki itu berlari. Kesempatan yang tidak boleh dilewatkan adalah menyapa pujaan hatinya tersebut.

"Shobahul khair, Bu Khafa," sapa Rafa ketika berjalan di samping gadis itu.

Khafa melirik Rafa kemudian melengos begitu saja. Seketika mood hancur pagi ini ketika melihat sosok Rafa.

"Kok nggak dijawab sih, Bu?"

"Shobahunnur," kata Khafa yang malas mendengar ocehan dari Rafa.

Mendengar perkataan dari Khafa membuat senyum Rafa mengembang.

"Saya seneng dengernya loh, Bu. Apalagi lihat wajah Ibu pagi-pagi berasa anugerah terindah."

"Kalau saya ketemu kamu pagi-pagi merupakan kesialan, Rafa," ucap Khafa ketus.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang