Ekstra Part 2

981 32 11
                                    

___

Jangan lupa bahagia!
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!

***
Beberapa tahun kemudian •••

Menjadi anak sulung dengan memiliki kedua adik, tidak membuat Adhisty menjadi lebih mandiri. Ia masih tetap menjadi gadis yang manja, terutama dengan sang papa. Selain manja, Adhisty dikenal paling malas untuk berangkat sekolah. Jika pun berangkat sekolah, di jam-jam terakhir gadis berusia 13 tahun itu sering kali membolos dan berakhir Khafa yang harus lebih bersabar untuk menghadapi sikap putri sulungnya tersebut.

"Kok kamu belum mandi, Adhisty?" tanya lelaki berusia 35 tahun itu seraya memandang Adhisty heran.

"Papa, Adhisty nggak sekolah, ya," jawabnya dengan senyuman lebar.

"Hah? Hari ini nggak tanggal merah, Sayang," kata Rafa dengan sabar.

"Kak Adhisty masa males sekolah terus sih tiap hari," timpal Hawa Shafana Athaya, putri kedua Rafa.

Rafa memang memiliki ketiga putri. Anak kedua dan ketiga merupakan kembar seiras yang hanya membedakan posisi tahi lalatnya saja. Usia si kembar 6 tahun dan sudah menduduki kelas 1 Sekolah Dasar.

"Harus sekolah, Kak biar pinter," tambah Nafla Halwatuzahra Athaya, putri ketiga Rafa.

"Mager," jawab Adhisty malas.

Ketika Rafa akan menyahuti ucapan putri sulungnya. Datanglah, Khafa dengan berkacak pinggang lalu menyorot tajam Adhisty.

"Sekolah, Adhisty!"

"Ma, selow dong kalau ngomong," ujar Adhisty dengan cengiran.

"Mandi."

"Iya, Ma, iya."

Jika mamanya sudah bersuara. Adhisty tidak bisa lagi membantah. Dengan malas, ia melangkah pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

"Mas, Adhisty itu mirip kamu deh. Males banget buat sekolah," gerutu Khafa sambil menata makanan di atas meja.

"Selama dia masuk SMP, aku udah tiga kali dalam sebulan ini dipanggil sama guru BK-nya."

Rafa memilih diam ketika sang istri sudah mengomel. Rafa hanya bisa pasrah mendapatkan rentetan omelan dari istrinya mengenai putri sulung mereka.

"Jangan marah-marah, Ma masih pagi," ucap Hawa yang merasa pusing mendengar omelan mamanya.

"Nafla sama Hawa rajin sekolah terus Papa juga rajin kerja, Ma. Jadi, yang Mama omelan cukup Kak Adhisty aja," tambah Nafla.

Khafa yang mendengar itu langsung mengatupkan bibirnya untuk berhenti mengomel. Rasanya, percuma juga jika mengomel ketika sang objek tidak ada di sini.

"Udah, sini kamu duduk. Biar mas yang selesain."

Rafa meminta istrinya duduk sedangkan ia bangkit untuk menyelesaikan urusan menata makanan di atas meja. Tak lupa, Rafa berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang