Histori (58)

410 49 4
                                    

_____

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Tangan Khafa bergetar melihat hasil tespek tersebut. Air matanya sudah mengalir membasahi wajahnya. Naya yang melihat Khafa yang hanya diam saja setelah keluar dari kamar mandi pun berdecak tak sabar. Naya langsung merampas tespek tersebut dari tangan Khafa.

"Lo hamil, Fa," ucap Naya ketika melihat dua garis merah dari tespek tersebut.

Zayno dan Melza yang juga berada di kamar Khafa pun langsung mengambil alih tespek tersebut. Melza langsung tersenyum dengan haru sedangkan Zayno langsung memeluk tubuh putrinya.

"Alhamdulillah, putri kesayangan bapak lagi hamil. Terima kasih, Nduk," ucap Zayno membuat tangisan Khafa menjadi pecah.

"Bapak bakalan jadi kakek. Ini anugerah yang paling indah. Terima kasih, ya Allah."

Melza pun turut serta memeluk putri satu-satunya tersebut sedangkan Naya menatap keluarga tersebut dengan pandangan haru. Naya juga turut bahagia dengan kehamilan Khafa.

"Kita ke dokter, ya, Nduk."

"Iya, Pak kita ajak aja Khafa langsung ke dokter," timpal Melza ketika mereka sudah melerai pelukan tersebut.

"Tapi, Khafa harus ngajar, Pak, Bu."

Memang benar, Khafa mengetes alat kehamilan tersebut sehabis subuh ini. Khafa juga tak bisa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Apalagi, jadwal ia hari ini lumayan padat.

"Sehabis pulang sekolah aja, ya, Pak, Bu," tawar Khafa ketika melihat perubahan raut wajah dari kedua orangtuanya.

"Nanti, kita ke dokter barengan, Pak, Bu. Khafa bakalan ajak Bapak sama Ibu juga. Khafa janji," ucap Khafa sambil menyematkan senyuman.

"Yaudahlah, Fa, kita ikut aja kata kamu. Kamu boleh ngajar, tapi tetap harus hati-hati, ya," tutur Melza.

"Pasti, Bu."

"Naya, tolong Khafa nya dijagain," ucap Zayno kepada Naya.

"Siap, Jenderal Zayno!" Naya berseru dengan tangan hormat.

"Bapak nggak ada potongan jadi jenderal, Naya," kata Zayno dengan tergelak membuat mereka menjadi tertawa.

"Tenang aja, Pak, Bu ... Naya bakalan jagain Khafa kok."

"Terima kasih, ya, Naya," ujar Melza dibalas senyuman serta anggukan oleh Naya.

"Bapak juga bakalan ngasih tahu ke Rafa," kata Zayno sambil mengambil ponselnya dari saku celana.

"Jangan, Pak!"

"Loh, kenapa?"

"Khafa mau ngasih tau Mas Rafa secara langsung aja. Besok dia kan pulang, nah jadi kejutan aja," ucap Khafa dengan tersenyum lebar.

"Surprise buat suami gitu, Nduk?"

Khafa mengangguk membuat Zayno dan Melza tertawa. Pasangan paruh baya itupun menyetujui ucapan dari Khafa untuk tidak mengabarkan Rafa terlebih dahulu soal kehamilan Khafa.

***
"Gue mau masuk duluan, ya, Nay," ucap Khafa sambil menyiapkan buku untuk mengajar.

"Lo kuat nggak bawa tas sama buku, Fa? Kalau nggak kuat biar gue bawakan," kata Naya sambil bangkit dari duduknya.

Khafa tertawa mendengar ucapan dari Naya. "Kuat kok, Nay. Lagian, nggak berat juga. Tenang aja!" ucap Khafa dengan yakin.

"Beneran, Fa? Gue nggak mau lo sama keponakan gue kenapa-kenapa loh ini," ucap Naya dengan khawatir.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang