Tulang Rusuk (Part 9)

1K 74 2
                                    

___

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍

Happy Reading!


***
Sehabis mengajar, Khafa bersama sahabatnya berjalan ke kantin untuk mengisi perut dengan makanan. Khafa mengerenyit ketika Naya hanya memesan satu biji bakso dengan kuah yang banyak. Naya memang terkenal akan hal anehnya.

"Lo kok beli bakso cuma satu biji doang?"

"Iya, Fa, sengaja gue beli satu. Soalnya, enggak enak diduain."

Naya menyengir kuda. Mendengar hal tersebut membuat Khafa menggeleng heran dengan tingkah sahabatnya tersebut.

"Korban ghosting mulai berjatuhan, ya, Bund," kata Khafa membuat Naya tertawa.

"Tenang aja, Nay. Jodoh tahu di mana tulang rusuknya berada," ucap Khafa membuat Naya mengangguk.

Selesai makan, Naya langsung membuka pembicaraan. Khafa menyimak topik pembahasan yang disampaikan oleh Naya.

"Katanya nih, Fa ada guru baru yang akan ngajar Matematika menggantikan Bu Aini."

"Kapan masuknya, Nay?" tanya Khafa penasaran.

"Besok sih. Kalo gue nggak salah, nama guru barunya itu Fathan Shaquille."

Mendengar nama tersebut membuat Khafa mengerjap berulang kali.

"Lo serius?" tanya Khafa menatap tak percaya kepada Naya.

"Serius! Gue dapet gosip dari Bu Endang," ujar Naya terkekeh sedangkan Khafa terdiam.

"Fathan? Ngapain dia ngajar di sini," batin Khafa sambil menghela napas panjang.

"Gue kayak nggak asing sama nama itu deh, Fa," lontar Naya dengan mengerenyit.

"Namanya mirip sama mantan gue."

"Eh, buset. Gue baru inget nama mantan lo Fathan Shaquille. Jangan-jangan itu beneran mantan lo yang ngajar di sini."

"Tau deh, males banget kalau beneran Fathan mantan gue yang ngajar di sini."

Khafa cemberut sedangkan Naya tertawa membuat Khafa yang melihat itu melirik sinis Naya.

***
Khafa duduk di halte untuk menunggu angkutan umum yang lewat. Sembari menunggu, gadis itu memilih untuk membaca buku. Tanpa dirasa, ada seorang lelaki yang langsung duduk di samping kirinya.

"Nunggu angkot apa nunggu jodoh, Bu?"

Pertanyaan itu membuat Khafa menoleh. Terlihatlah, Rafa tersenyum manis ke arahnya. Khafa memutar bola mata malas, memilih tidak menjawab pertanyaan dari Rafa.

"Saya itu selalu selalu rindu senyuman, Bu Khafa," ucap Rafa dengan girang.

"Sayangnya saya nggak pernah rindu sama senyuman kamu, Rafa," ketus Khafa membuat Rafa terkekeh kecil mendengar ucapan dari gurunya tersebut.

"Pasti Bucan bohong, 'kan? Udah deh, Bucan ngaku aja kalo Ibu juga rindu sama senyum Rafa."

"Saya rasa tekanan kepedean mu sudah meningkat drastis, ya, Rafa," kata Khafa melirik sinis siswanya tersebut.

"Ibu kenapa sih kalau sama saya itu susah banget tersenyum."

"Ya, karena kamu banyak nyebelinnya. Coba aja kamu gak nyebelin, saya bakal senyumin kamu."

"Kalau Rafa nggak nyebelin, Bucan mau, ya, senyumin Rafa," ucap Rafa sambil tersenyum manis.

"Saya tetap nggak bisa janji."

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang