Together (43)

618 50 18
                                    

"Meskipun gengsi mengatakan sayang, tapi seorang kakak tidak akan terima jika adiknya terluka."

Kepingan Hati

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga fokus dan iman🤍

Happy Reading!

***
Beberapa minggu kemudian ...

Hari ini, Rafa disibukkan kegiatannya di cafe yang baru beberapa hari dibuka. Cafe ini merupakan hasil dari kolaborasi 3 R, yaitu Raga, Rafa dan Revan. Revan yang sudah selesai ujian pun bisa membantu sang kakak sejak tadi pagi. Bahkan, Raga juga berada di sini untuk memantau kegiatan kedua adiknya.

"Duduk, Bang," ucap Revan ketika Raga masih berdiri dan mengawasi para pegawai.

"Iya," jawab Raga sambil mengangguk.

Cafe ini semakin ramai, apalagi hari ini ketiga cogan sedang berkumpul. Membuat, para wanita memenuhi cafe tersebut. Mereka rela berdiam diri di sana dan memesan apapun demi melihat ketiga para cowok tampan tersebut.

"Bang Rafa, kok ganteng banget sih!"

"Iya, ihh gantengnya nggak ada obat."

"Iya, makasih," ucap Rafa dengan risi.

"Bang Rafa milik gue, ya!"

Kini, kedua gadis berusia sama dengan Revan itupun saling memandang tajam membuat Rafa yang berada di tengah keduanya memutar bola mata malas. Jelas-jelas dirinya itu milik Khafa, itulah turunkan di dalam hati anak kedua Sary tersebut.

"Minggir, ya, Dek. Gue mau ke belakang dulu."

Rafa masih berusaha sabar untuk menghadapi keduanya. Senyuman pun Rafa berikan kepada keduanya, agar kedua gadis itu melepaskan tangannya.

"Tolong, ya, tangan gue dilepas juga. Kita bukan mahram," ucap Rafa ketika keduanya malah asik memegang kedua tangan Rafa.

"Makanya nikahi Aiza, Bang. Biar mahram," ucap Aiza sambil tersenyum manis.

"Enak aja! Nikahi Teresa aja," ucap Teresa tak mau kalah.

"Nggak! Kalian masih minor. Masih di bawah umur," ucap Rafa sambil merotasikan bola mata malas.

Rafa berusaha melepaskan cengkraman tangan keduanya. Namun, cengkraman tangan tersebut semakin kuat. Rafa pun langsung memandang Raga dan Revan di sana berusaha meminta bantuan kepada kakak dan adiknya tersebut.

"Terus aja jadi bahan rebutan di mana pun berada," ucap Raga membuat Revan tergelak.

"Kalah saing, Bang?" tany Revan dengan tersenyum jahil.

Raga melemparkan tatapan tajam. "Bukan kalah saing, memang nggak mau bersaing. Gue sama Rafa itu beda. Jelas, gantengan gue ke mana-mana," ucap Raga sambil menyombongkan diri.

"Percaya diri sekali, ya, Bang."

"Bukan percaya diri. Hanya saja sadar diri," sahut Raga dengan santai.

"Bang, bantuin deh tuh Bang Rafa. Kesian juga lama-lama liatnya. Mana Bang Rafa udah bilang tulung-tulung," ucap Revan sambil tertawa melihat kondisi Rafa yang semakin mengenaskan.

"Lo aja sana yang nolongin dia."

Revan menggeleng lalu bergidik ngeri. "Enggak deh, Bang. Tuh dua cewek terlalu bar-bar. Ntar Bang Rafa yang selamat, malah gantian gue yang jadi korban tarik-tarik mereka," ucap Revan ngeri.

"Gue mau dengar lo gantian yang bilang tulung-tulung."

Revan tergelak mendengar ucapan dari Raga. Meskipun garing, ia tetap menghargai kakak pertamanya itu untuk melawak.

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang