My Life (42)

699 64 17
                                    

"Kalau hutan forest, tapi kalau kamu for the rest of my life."

~Khafa Aseanda Zayn~

Jangan lupa ngaji dan shalawat🤍
Happy kiyowo, Bestai🤍

***
Ayra baru saja mengumpulkan lembar jawaban di meja guru. Melihat hal tersebut, Khafa melemparkan senyuman kepada muridnya tersebut dibalas senyuman kaku oleh Ayra. Tanpa berbasa-basi, Ayra pergi begitu saja keluar dari kelas membuat Khafa mengernyit heran. Namun, Khafa memilih tidak ambil pusing. Wanita tersebut memilih menatap para siswanya yang masih berkutat dengan lembar ujian.

"Fano, lama-lama kepala kamu patah lihat ke belakang terus," sindir Khafa membuat siswa bernama Fano tersebut cengengesan.

"Ini baru kuis belum ujian akhir semester. Kalian udah pada nyontek sana-sini. Padahal, ibu udah ngasih semua materi yang ada di LKS, tapi tetap aja masih nyontek."

"Bu, Ibu belum bahas tentang teks eksplanasi," ucap siswa yang berambut ikal tersebut membuat Khafa memutar bola mata malas.

"Saya sudah membahas tentang teks eksplanasi di tanggal 3 April dan saya lanjutkan kembali di tanggal 5 April. Dan, kamu malah bilang belum? Tunggu, saya ingat, ya, Adrian kalau kamu masuk sama saya cuma 3 kali dalam sebulan."

"Huuu, Adrian. Lo itu jarang masuk malah bilang Bu Khafa belum bahas."

"Lo aja yang datang bisa dihitung jari, Yan!"

Sorak-sorai pun meramaikan seisi kelas membuat Khafa menghela napas. Khafa harus mengumpulkan kesabarannya untuk menghadapi para siswanya yang mulai ribut tersebut.

"Sudah-sudah diam. Kembali kerjakan lagi atau saya tarik lembar jawaban kalian satu-satu," ucap Khafa dengan aura dingin membuat para siswa tersebut mendadak hening karena takut akan ancaman yang diberikan oleh Khafa.

Fano bangkit dari duduknya lalu mengumpulkan lembar jawaban di atas meja. Fano melukiskan senyuman sedangkan Khafa hanya menatap datar kepada siswanya tersebut.

"Ibu sama Ayra bisa senyum tadi, tapi sama saya kok nggak sih, Bu? Padahal, sama-sama ngumpulin jawaban lho ini," protes Fano membuat Khafa mendengkus kesal.

"Kamu jujur nggak ngerjakan ini kuis? Asli dari diri sendiri?" tanya Khafa dengan alis terangkat satu.

"Ada contek dikit sih, Bu. Eh!" Fano menutup mulutnya karena menjawab pertanyaan Khafa dengan jujur.

"Goblok," lirih Fano memaki dirinya.

"Sudah saya tebak."

"Terus, Bu?"

"Ya, terus apa? Paling nilai kamu saya kurangi dan orang yang ngasih kamu nyontek saya kurangi juga."

"Yahhh, Ibu mah nggak asik," kata Fano dengan lemas.

"Saya memang nggak asyik. Kamu baru tahu?" tanya Khafa dengan senyuman miring.

"Ah udah ah, ngomong sama Ibu. Saya nggak pernah menang. Fano selesai. Assalamualaikum, Bu Khafa Aseanda Zayn."

"Wa'alaikumussalam," jawab Khafa sambil menggeleng heran karena kelakuan siswanya tersebut.

Kemudian, pandangannya ke salah satu siswa yang berada di pojok. "Mahesa, kenapa kamu malah tidur?" tanya Khafa dengan suara lumayan keras.

Mahesa langsung terlonjak kaget karena mendengar suara dari Khafa. Mahesa mengucek matanya kemudian menatap Khafa dengan senyuman.

"Bawa sini lembar jawaban kamu, Mahesa!"

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang