Terima kasih (62)

683 51 11
                                    

___

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Khafa memukul dahinya karena ia baru saja berhalusinasi mendengar suara dari suaminya tersebut. Ya, kamar ini masih berisi dirinya sendiri. Bau parfume yang Khafa cium juga hanya hayalannya saja.

"Kenapa hadirmu terasa nyata, Mas?"

Khafa bertanya dengan suara cicitan. Khafa kembali sadar akan realita bahwa suaminya tersebut belum juga ada kabar untuk saat ini. Khafa kembali melamun mengingat semua kenangan bersama Rafa. Namun, ketukan pintu serta suara dari Revan menarik Khafa ke alam nyata.

"Iya, sebentar, Revan!"

Khafa bergegas memakai hijab langsung. Kemudian, Khafa memutar kunci kamar lalu ia membuka pintu terlihatlah sosok dua lelaki yang salah satunya menjadi seseorang yang ia nantikan kabarnya.

Khafa mundur beberapa langkah dengan tangan yang membekap mulutnya sendiri. Revan memilih meninggalkan keduanya setelah menepuk bahu lelaki tersebut.

"Apakah itu arwah Mas Rafa? Tapi, orang kalau sudah meninggal pasti arwahnya sudah berada di alam barzah dan tidak ada di dunia lagi. Atau jangan-jangan itu jelmaan jin qorin Mas Rafa," batin Khafa berkecamuk.

"Assalamualaikum."

"W-wa'alaikumussalam," jawab Khafa dengan terbata-bata.

"Tung-tunggu jangan mendekat dulu. Aku mau baca ayat kursi dulu," ucap Khafa membuat lelaki itu mengangkat sebelah alisnya.

"Allaahu Laailaaha illa huwal hayyul qayyuum. Laa ta'khudzuhu sinatuw walaa nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa fil ardhi. Mangdzalladzii yasyfa'u 'indahuu illai bi idznih. Ya'lamu maa baina aiydiihim wamaa kholfahum walaa yukhiithuuna bisyayin min 'ilmihii illaa bimaa syaaa a. wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardho. Walaa yauduhuu khifdhuhumaa wa huwal'aliyyul 'adhiim."

Khafa sudah selesai membaca ayat kursi, tetapi lelaki tersebut masih berada di tempatnya. Tiba-tiba air matanya mengalir membuat lelaki tersebut menjadi panik.

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Ka-kamu beneran suamiku?"

"Iyalah suami kamu."

"Kamu bukan jin qorin Mas Rafa?"

Pertanyaan dari Khafa membuat lelaki berusia 20 tahun tersebut tergelak. Khafa menyeka air matanya lalu mengedip berulang kali karena takjub seseorang yang disangka jin qorin tersebut tertawa.

"Ini masmu, Mas Rafa. Rafa Dwindra Athaya. Bukan jin qorinnya Rafa. Coba lihat kaki aku napak nih," ucap Rafa sambil menghentakkan kakinya di lantai.

"Coba sini peluk dulu dong," ucap Rafa sambil merentangkan tangannya menunggu Khafa menghamburkan pelukannya.

Khafa berjalan pelan menuju arah Rafa lalu berjongkok terlebih dahulu membuat Rafa merasa heran dengan tingkah istrinya tersebut. Khafa menepuk-nepuk tangan Rafa berulang kali lalu mencubit paha Rafa dengan keras membuat Rafa mengaduh.

"Sss, sakit, Sayang."

Khafa bangkit dari posisi jongkoknya lalu mencerna yang sedang terjadi. Khafa melukiskan senyuman ketika membenarkan bahwa ini sungguh suaminya bukan jin qorin yang mengikuti Rafa sejak lahir tersebut.

Rafa mundur terlebih dahulu lalu menutup pintu dan menguncinya sebab Rafa sudah menebak istrinya tersebut akan menangis dengan kencang.

"MAS RAFA!"

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang