Mengerti (52)

645 50 13
                                    

__________

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Tiga hari kemudian •••

Raga memutuskan untuk bertemu dengan Nadhira. Raga akan berbicara kepada Nadhira supaya Nadhira sadar sekaligus menyesal atas perbuatannya. Raga masuk ke dalam ruang rawat Nadhira yang sangat sepi, sudah Raga tebak jika tantenya sudah pergi ke kantor dan Ayra pergi ke sekolah. Melihat kondisi Nadhira membuat Raga sedikit sakit.

Lelaki berusia 25 tahun tersebut duduk di kursi dekat brankar lalu menatap wajah Nadhira dengan lamat-lamat. Raga menghela napas panjang ketika kenangannya bersama Nadhira terputar begitu saja. Nadhira nya yang manis, kini sudah banyak berubah.

"Nadhira," panggil Raga sambil mengguncang pelan bahu Nadhira.

"Bangun."

Nadhira yang peka terhadap suara dan sentuhan pun membuka matanya. Kini, tatapan keduanya saling bertemu hingga terjadi tatapan satu sama lain selama sepuluh detik sebelum Raga memutuskan tatapan tersebut.

"Gimana?" tanya Raga membuat Nadhira menaikkan sebelah alisnya lantaran tidak paham dengan pertanyaan dari Raga.

"Apanya?"

"Keadaan kamu."

"Seperti yang abang liat," ucap Nadhira membuat Raga menatap malas ke arah sepupunya tersebut.

"Jangan diulangi lagi."

"Iya."

Raga berdehem ketika suasana menjadi hening seperti ini. Awalnya, Raga akan membahas tentang kejadian waktu lalu, tapi Raga menjadi sulit untuk berbicara.

"Ada yang mau abang bilang sama aku?"

"Hmm, ada."

"Ya udah bilang aja, aku siap kok kena omelan Bang Raga," ujar Nadhira sambil tersenyum tipis.

"Abang marah sama kamu, Nadhira. Sungguh, abang marah."

Nadhira hanya diam saja mendengar ucapan Raga yang terkesan serius dengan nada bicara dingin.

"Abang tahu kamu melakukan ini semua karena kamu sayang sekali sama Ayra. Namun, satu hal yang harus kamu tahu, Nadhira enggak semua hal yang diinginkan Ayra bisa diwujudkan. Dunia ini bukan milik Ayra aja, seharusnya jadi seorang kakak kamu memberikan Ayra pengertian bukan malah melakukan tindakan kriminal seperti ini."

"Karena tindakan kamu, Khafa mengalami keguguran. Coba bayangkan kamu berada di posisi Khafa, abang pastikan kamu nggak bakalan mampu. Meskipun Khafa sudah kamu sakiti, dia tetap enggak mau memperpanjang permasalahan ini ke pihak berwajib."

Nadhira diam dengan bola mata berkaca-kaca. Sungguh, dia benar-benar menyesal. Sebelum Raga berbicara seperti ini, Fani juga sempat memarahinya dan Ayra mendiamkannya selama tiga hari ini.

"Itu alasan pertama abang marah sama kamu dan alasan kedua adalah kamu enggak bilang jujur tentang kondisi kamu, Nadhira dan kamu tidak ada ikhtiar sama sekali untuk sembuh. Kenapa abang bilang kayak gitu? Karena kamu berhenti minum obat dan terapi, Nadhira."

"Ke mana Nadhira nya abang yang dulu? Sekarang, kamu seperti sosok baru yang enggak bisa abang mengerti dan pahami."

Sungguh, Raga marah sekaligus kecewa sekali dengan Nadhira. Nadhira yang ia kenal tidak seperti yang sekarang ini. Sangat jauh berbeda.

"Bang, maafin Nadhira. In Sya Allah, Nadhira akan memperbaiki semua kesalahan yang telah Nadhira perbuat. Nadhira bakalan minta maaf sama Mbak Khafa juga Rafa dan Nadhira janji bakalan lanjutin pengobatan lagi."

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang