Membuka Hati (28)

977 79 5
                                    

"Aku mencintaimu karena Allah. Maka dari itu tidak ada alasan bagiku untuk berhenti mencintaimu karena aku selalu melibatkan Allah."

~Rafa Dwindra Athaya~

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***

Naya memang menginap di rumah temannya tersebut. Sebab, Khafa merengek tak ingin sendirian di rumah yang lumayan besar ini. Dengan berat hati, Naya pun mengiyakan. Naya harus merelakan berjauhan dengan guling kesayangannya yang padahal kapas nya sudah menipis.

Naya sedang duduk santai di sofa dengan tangan kiri memegang remot televisi sedangkan tangan kanannya memegang pisang goreng. Sudah tiga pisang goreng Naya habiskan seorang diri sedangkan Khafa masih berkutat dengan menjemur pakaian. Untuk hari ini Naya menganggap dirinya nyonya sedangkan Khafa seorang ART. Naya tertawa sendiri membayangkan Khafa mengamuk ketika dirinya menganggap Khafa seorang ART.

Bola mata Naya terbelalak ketika melihat layar televisi yang menampilkan Rafa bersama ibunya sedang melakukan konferensi pers. Dengan cepatan kilat, Naya langsung berlari di mana Khafa berada.

"Ayo, Fa! Buruan!" seru Naya sambil menarik tangan Khafa yang masih menjemur pakaian.

"Apaan sih, Nay? Lepasin tangan gue! Aduh, Nay, sempak gue nyangkut itu. Woi!" teriak Khafa ketika Naya menarik tangannya sambil menuruni tangga.

"Sialan! Gimana nasib sempak gue, Nay?"

"Astagfirullah, Khafa. Nanti, 'kan bisa beli yang baru," kata Naya tak habis pikir karena Khafa masih saja memikirkan benda keramat tersebut.

Naya langsung mendorong tubuh Khafa supaya duduk dengan tenang. Khafa masih saja menggerutu membuat Naya pusing.

"Kelakuan lo barusan itu termasuk perbuatan tidak menyenangkan, Nay. Perkara perbuatan yang tidak menyenangkan sebagaimana diatur Pasal 335 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dapat dilakukan penahanan meskipun ancaman hukumannya paling lama 1 (satu) tahun. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 21 ayat (4) huruf (b) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)."

Naya segera menoyor kepala temannya tersebut membuat Khafa langsung melotot geram ke arah Naya. Namun, amarah Khafa terhenti karena mendengar suara tak asing berasal dari televisi.

"Itu Rafa, Nay?" tanya Khafa sambil menunjuk ke arah televisi.

Di dalam tayangan tersebut, ada Rafa, Sary bersama dokter wanita yang memeriksa keadaan Rafa dan Khafa sebelum menikah.

"Bukan!"

"Itu Rafa, Nay," ulang Khafa.

"Udah tahu ngapain nanya?" Naya lama-lama kesal juga kepada Khafa.

Khafa memerhatikan televisi tersebut ketika Rafa mulai membuka suara. Ternyata, Rafa sedang mengklarifikasi hubungan keduanya.

"Saya di sini ingin mengklarifikasi hubungan saya dengan istri. Tepat, pada 02 Februari 2022 kami sudah melangsungkan pernikahan yang sah baik secara agama maupun hukum. Ya, saya akui ... istri saya usianya jauh di atas saya. Namun, saya bisa mengemban tugas sebagai seorang suami. Terlebih, kedewasaan seseorang bukan diukur dengan umur. Namun, ada pada tanggung jawab. Saya menikahi Khafa. Murni, karena saya mencintai istri saya. Bukan karena tuduhan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Istri saya perempuan baik-baik. Ini bisa dibuktikan dengan bukti-bukti yang sudah saya kumpulkan. Dokter Hasya, merupakan dokter yang meriksa kesehatan kami sebelum menikah dan istri saya menikah juga tidak dalam kondisi mengandung. Sebab, saya dan istri tidak pernah berzina!"

Kepingan Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang